Dalam peperangan ini umat islam akan
meraih kemenangan, mendapatkan banyak ghanimah dan bisa pulang dengan
selamat. Kekuatan iman kaum muslimin dan keteguhan beragama mereka juga
terlihat jelas dari sikap mereka ketika seorang tentara Romawi
mengangkat salib dan berteriak, “Salib telah menang.” Seorang muslim
serta merta mematahkan salib tersebut dan membunuh laki-laki tersebut,
maka terjadilah pertempuran anatara umat islam (yang jumlahnya sedikit)
dengan keseluruhan tentara Romawi. Seluruh umat islam dalam kelompok
tersebut mati syahid dalam pertemputan itu.
Tentang peristiwa ini Rasulullah SAW
bersabda: “Kalian akan mengadakan perdamaian dengan bangsa Rum dalam
keadaan aman. Lalu kalian akan berperang besama meeka melawan satu musuh
dari belakang. Lalu kalian selamat (menang) dan akan mendapatkan harta
rampasan perang. Kemudian kalian akan sampai di sebuah padang rumput
yang luas dan berbukit-bukit. Maka berdirilah seorang laki-laki dari
bangsa Rum, lalu ia mengangkat tanda salib dan berkata, ‘salib telah
menang,’ maka datanglah kepadanya seorang laki-laki dari kaum muslimin
dan membunuh laki-laki Rum tersebut. Lalu kaum Rum berkhianat dan
terjadilah peperangan, dimana mereka akan menghadapi kalian di bawah 80
bendera, dan tiap-tiap bendera terdapat 12000 tentara.”(Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, disahihkan oleh Albani dalam
mentahqiq hadits-hadits Al-Misykat, no 5452)
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Tidak
akan terjadi hari kiamat sehingga tentara Romawi sampai di A’maq atau
di Dabiq untuk menyerang kamu.”(HR. Muslim, no 2897)
Perang besar yang akan terjadi di A’maq
atau Dabiq, dua tempat dekat kota Halb, SURIAH ini, juga menunjukan
keteguhan iman dan jihad kaum muslimin. Berdasarkan riwayat Imam Muslim
di atas, dalam barisan kaum muslim terdapat banyak orang-orang Nasrani
yang telah masuk islam. Tentara Romawi menuntut umat islam agar
menyerahkan mereka kembali, namun ditolak umat islam. Maka terjadilah
perang dahsyat selama empat hari. Sepertiga pasukan islam akan melarikan
diri dari peperangan, dan mereka tidak akan di ampuni oleh Allah
Ta’ala. Sepertiga sisanya akan terus berperang dan meraih kemenangan,
mereka pulalah yang akan menaklukkan Konstantinopel dan melawan Dajjal
(Akan di jelaskan pada post berikutnya).
Tentang kedahsyatan perang ini Imam
Muslim meriwayatkan bahwa pada hari pertama, sekelompok kaum muslimin
berbaiat maju berperang dan tidak akan kembali ke kemah kecuali bila
telah meraih kemenangan. Pasukan berani mati ini bertempur sampai sore
dan mereka semua mati syahid. Kejadian ini terulang pada hari kedua dan
ketiga. Tampaknya jumlah pasukan muslim yang masih hidup tinggal
sedikit, terbukti mereka meraih kemenagan pada hari keempat setelah
datangnya bantuan dari kaum muslimin yang lain.
Lalu siapakah pemimpin pasukan ini?
Berdasarkan hadits-hadits shahih yang menceritakan tentang Al-Malhamah
Al-Kubro ini, tidak ada satupun nash yang menerangkan bahwa pemimpin
kaum muslimin dalam peperangan ini adalah Imam Al-Mahdi. Sebagian ulama
bahkan memasukkan kejadian ini dalam tanda-tanda kiamat kecil. Namun,
kemungkinan pemimpinnya Imam Al-Mahdi juga cukup kuat mengingat
peperangan ini terjadi di akhir zaman ketika bangsa Romawi merupakan
bangsa terbanyak di dunia. Sebagaimaan di sebutkan dalam hadits-hadits
shohih.
Gerbang Peperangan
Berdasarkan riwayat-riwayat shahih
berkenaan dengan Al-Malhamah Al-Kubro disebutkan bahwa kaum muslimin
memenangkan peperangan melawan orang-orang Romawi, maka kaum muslimin
akan melanjutkan peperangan berikutnya hingga berhasil membunuh Dajjal.
Di antara peperangan yang dilakukan oleh kaum muslimin pasca Al-Malhamah
Al-Kubro adalah penaklukan Konstantinopel.
Penaklukan Konstantinopel termasuk
diantara penaklukan yang unik, negri itu berhasil dikuasai oleh kaum
muslimin tanpa pedang, tombak dan anak panah, melainkan dengan dzikir,
takbir, tasbih dan tahmid. Hal itu sebagaimana di jelasakan dalam
Hadits. Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi SAW besabda:
“Apakah kalian pernah mendengar suatu
kota yang terletak sebagiannya di darat dan sebagiannya di laut?” Mereka
(para sahabat) menjawab: ”Pernah wahai Rasulullah”, Rasulullah
meneruskan: ”Tidak terjadi hari kiamat, sehingga ia diserang oleh 70000
orang dari Bani Ishaq.
Ketika mereka telah sampai di sana, maka merekapun memasukinya. Mereka tidaklah beperang denga senjata dan tidak melepaskan anak panah satupun. Mereka hanya berkata Laa ilaha illallah, Wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian kota itu.”
Berkata Tsaur, perawi hadits ini, “Saya tidak tau kecuali hal ini: hanya dikatakan oleh pasukan yang berada di laut. Kemudian mereka berkata kedua kalinya Laa ilaha illallah, Wallahu Akbar, maka jatuhlah pula sebagian yang lain (darat). Kemudian mereka berkata lagi Laa ilaha illallah, Wallahu Akbar, maka tebukalah semua bagian kota itu. Lalu merekapun memasukinya. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta ghanimah, tiba-tiba datanglah seseorang seraya berteriak, ‘Sesungguhnya Dajjal telah keluar. Kemudian mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali’.” (HR.Muslim, no: 7517)
Konstantinopel, penaklukannya hanya
dengan takbir dan tahlil. Mengapa penaklukan ini tidak mengunakan
senjatA? Sebagaimana yang termuat dalam riwayat hadits di atas bahwa
penaklukan Al-Mahdi atas Konstantinopel tidaklah menggunakan senjata,
melainkan dengan takbir dan tahlil. Tampaknya peristiwa penaklukan
Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam atas Bani Quraidhoh (yang
berkhianat dalam perang Ahzab atau perang Khondak atau perang Parit)
telah menginspirasikan penaklukan Al-Mahdi atas Konstantinopel.
Bukankah penaklukan atas Bani Quraidhoh
para sahabat tidak menggunakan pedang, tombak dan busur panah? Yang
dilakukan para sahabat hanyalah mengepung perkampungan Bani Quraidhoh,
dan melontarkan kalimat-kalimat yang membuat musuh menjadi ciut
nyalinya. Peperangan ini adalah perang urat syaraf. Allah Azza Wajallah
menyusupkan ketakutan ke dalam hati orang-orang Yahudi Bani Quraidhoh
melalui perantaraan para malaikat yang mengguncang benteng mereka.
Wallahu A’lam bish Shawab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar