Tanda-tanda Akhir Zaman

Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi dan merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq.Wallahu'alam Bish-shawab


Selasa, 29 Desember 2015

Perhatian Nabi Muhammad Tentang Tanda-tanda Hari Kiamat


Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah saw dalam sunnah beliau. Hal ini tampak jelas dalam berbagai riwayat yang bersumber dari beliau. Berikut ini adalah riwayat-riwayat yang menunjukkan betapa besarnya perhatian beliau dan para sahabatnya terhadap tanda-tanda hari Kiamat.
Perhatian Nabi Muhammad Tentang Tanda-tanda Hari Kiamat
ilustrasi

Tanda-tanda Kiamat Dalam Hadits Nabi Muhammad

Hadits pertama
Dari Umar ra, dia bertutur:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
 
Pada suatu hari kami bersama Rasulullah saw, tiba-tiba muncullah seseorang yang berpakian putih bersih, berambut hitam-legam, dan tidak tampak pada dirinya bekas-bekas melakukan perjalanan jauh. Di antara kami tidak ada satupun yang mengetahui jati dirinya. Yang jelas dia langsung duduk di hadapan Rasulullah saw. Dia merapatkan kedua lututlnya berhadapan dengan lutut Rasulullah saw, kemudian dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha Rasulullah saw. Orang tersebut berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam!” Maka beliau menjawab, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan haji jika engkau mampu menunaikannya.” Maka berkatalah orang tersebut, “Engkau benar!” (Kata Umar ra, “Kami pun tertegun keheranan, padahal dia yang menanyakan hal tersebut, tetapi dia sendiri yang membenarkan jawabannya.”) Kemudian, orang tersebut bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta iman kepada takdir, yang baik dan yang buruk.” Laki-laki itu kembali menjawab, “Engkau benar.” Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, “Beritahukanlah kepada apakah ihsan itu?” Beliau menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun, jika engkau tidak dapat melihat-Nya maka (ketahuilah) sesungguhnya Dia melihatmu.” Kemudian, orang tersebut bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang hari Kiamat!” Beliau menjawab, “Orang yang ditanyai tentang hari Kiamat ini tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Kemudian laki-laki tersebut menukas, “(Kalau begitu) beritahukanlah tentang tanda-tandanya!” Beliau menjawab, “Budak wanita melahirkan tuannya sendiri dan apabila engkau melihat penggembala kambing yang bertelanjang kaki mulai berlomba-lomba membuat gedung pencakar langit.” (Umar berkata, “Lalu laki-laki tersebut pergi dan aku pun termenung untuk beberapa saat.”) Kemudian Rasulullah saw bersabda kepadaku, “Wahai Umar, tahukah kamu siapakah yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Nabi saw bersabda, “Ketahuilah, dia itu Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim bab: Al-Îmân, hadits no. 8. Muslim bi Syarh An-Nawawi, 1/157)

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa maksud dari turunnya Jibril adalah untuk mengajarkan kepada umat Islam perihal agama mereka. Dalam redaksi hadits tersebut jelas sekali Jibril hanya menyinggung soal garis-garis besar agama Islam. Maka dari itu Jibril hanya menanyakan perkara Islam, iman, dan ihsan. Perkara ini merupakan aksioma dalam agama Islam. Intinya pertanyaan tersebut hanyalah bertujuan untuk menunjukkan bahwa merealisasikan ketiga hal tersebut dalam kehidupan merupakan tonggak utama agama Islam.

Kemudian pertanyaan tentang perkara ini diikuti dengan pertanyaan tentang hari Kiamat. Dalam pertanyaan terakhir ini terkandung sebuah pengertian bahwa mengetahui perkara hari Kiamat merupakan hal yang amat penting. Terbukti dengan dilontarkannya pertanyaan tersebut setelah pertanyaan rukun Islam dan iman. Jika tidak demikian maksudnya lantas untuk apa Jibril menanyakan perkara hari Kiamat setelah dua pertanyaan sebelumnya atau melontarkan pertanyaan lain yang lebih penting daripada dua hal tersebut jika di sana memang ada hal lain yang lebih penting?

Bahkan bisa jadi lafal-lafal hadits tersebut memberikan isyarat bahwa turunnya malaikat Jibril ini tujuan utamanya adalah memberi penjelasan tentang perkara yang selama ini mereka lupakan, yaitu agar mereka menanyakan kepada Rasulullah saw tentang pertanda hari Kiamat sebagaimana mereka bertanya tentang rukun Islam dan iman.

Kemungkinan lain adalah jika di kalangan sahabat, mereka semua telah paham bahwa masalah penentuan terjadinya hari Kiamat ini hanya Allah swt yang tahu, ada semacam rasa segan pada mereka untuk menanyakan perkara yang berkaitan dengan hari Kiamat sebagai perwujudan tatakrama mereka terhadap Allah swt.

Maka untuk memperingatkan mereka bahwa yang dilarang itu adalah menanyakan kapan terjadinya hari Kiamat, sedangkan kalau hanya menanyakan pertandanya saja termasuk hal yang dibenarkan, maka datanglah Jibril untuk memberikan contoh kepada mereka.

Bahkan perkara ini harus ditanyakan agar dapat diketahui. Sebab rangkaian dan urutan tanda-tanda Kiamat, sebagai permulaan datangnya hari Kiamat adalah perkara yang harus diperhatikan daripada hari Kiamat itu sendiri.

Hari Kiamat, sebagaimana yang diredaksikan Allah swt sebagai an-naba’ al-‘azhim, oleh karenanya mempelajari tanda-tanda permulaannya dengan sendirinya merupakan bagian dari berita agung dan urgent sehingga setiap muslim wajib mengetahuinya.

Demikian juga hadits tersebut mengandung sisi yang amat penting, yaitu terpadunya antara utusan terpercaya dari langit (Jibril as) dan utusan terpercaya di bumi (Muhammad saw) untuk bersama-sama mengingatkan umat Islam akan pentingnya mengetahui tanda-tanda hari Kiamat.

Hal ini terbukti dengan cara penyampaian peringatan tersebut yang sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh para sahabat sebelumnya, yaitu Jibril datang kepada Rasulullah saw dengan rupa seorang laki-laki untuk menanyakan beberapa perkara. Peristiwa seperti inilah yang membuat para sahabat sulit untuk melupakan peristiwa tersebut lengkap dengan rinciannya.

Pada akhir hadits tersebut ditutup dengan sabda Nabi berikut: “Inilah Jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian.” Redaksi ini menyiratkan bahwa betapa pentingnya untuk menanyakan perkara tanda-tanda hari Kiamat dan mempertautkan urutan kejadiannya, sebab dengan mengetahui hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi urusan agama umat Islam.

Demikian juga hadits tersebut juga mencakup petunjuk Rasulullah saw kepada para sahabat yang mulia akan keharusan menanyakan tanda-tanda hari Kiamat. Artinya, rangkaian redaksi hadits tersebut menjelaskan bahwa Jibril datang kepada Nabi saw untuk mengingatkan mereka tentang prinsip yang paling fundamen dan penting dalam agama Islam agar mereka juga menanyakannya, yang termasuk di antaranya adalah pertanda hari Kiamat ini.

Hadits kedua
Diriwayatkan dari Hudzaifah ra, dia berkata:

قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَامًا مَا تَرَكَ شَيْئًا يَكُونُ فِي مَقَامِهِ ذَلِكَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلَّا حَدَّثَ بِهِ حَفِظَهُ مَنْ حَفِظَهُ وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ قَدْ عَلِمَهُ أَصْحَابِي هَؤُلَاءِ وَإِنَّهُ لَيَكُونُ مِنْهُ الشَّيْءُ قَدْ نَسِيتُهُ فَأَرَاهُ فَأَذْكُرُهُ كَمَا يَذْكُرُ الرَّجُلُ وَجْهَ الرَّجُلِ إِذَا غَابَ عَنْهُ ثُمَّ إِذَا رَآهُ عَرَفَهُ 
 
Rasulullah saw berdiri menyampaikan khutbah sehari penuh untuk menjabarkan peristiwa apa saja yang akan terjadi hingga hari Kiamat sehingga tak satu pun di antara peristiwa tersebut yang tidak disebutkan oleh beliau. Maka sebagian penjabaran tersebut ada yang diingat oleh para sahabat dan ada pula yang terlupakan oleh mereka, namun para sahabat mengetahui semua hal itu dengan jelas. Hanya saja ada beberapa perkara yang aku telah melupakannya. Ketika aku melihat kejadian (yang diceritakan oleh Rasulullah saw waktu itu) maka aku ingat kembali (akan sabda Nabi saw). Hal ini seperti seorang teman karib yang lama tidak berjumpa kemudian dia akan teringat lagi siapa temannya itu ketika bertatap muka. (HR. Muslim, Al-Fitan, hadits no. 2891. Muslim bi Syarh An-Nawawi, 9/214

Hadits ketiga
Diriwayatkan dari Amru bin Akhthab ra, dia berkata:

صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ وَصَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتْ الظُّهْرُ فَنَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتْ الْعَصْرُ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى غَرَبَتْ الشَّمْسُ فَأَخْبَرَنَا بِمَا كَانَ وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ فَأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنَا
 
Rasulullah saw shalat Shubuh bersama kami kemudian beliau naik ke mimbar lalu berkhutbah di hadapan kami hingga tibalah waktu Dhuhur. Lantas beliau turun dari mimbar dan melaksanakan shalat Dhuhur. Kemudian beliau kembali naik mimbar untuk berkhutbah hingga sampailah waktu Asar tiba. Kemudian beliau turun dari mimbarnya dan melaksanakan shalat Asar. Beliau kembali naik mimbar berkhutbah hingga matahari terbenam. Dalam khutbahnya itu, beliau memberitahukan kepada kami peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Orang yang paling tahu di antara kami tentang peristiwa-pperistiwa tersebut adalah orang yang paling kuat hafalannya di antara kami. (HR. Muslim: Al-Fitan, hadits no. 2892. Muslim bi Syarh An-Nawawi, 9/215)

Hadits keempat
Diriwayatkan dari Hudzaifah ra, dia berkata:

أَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فَمَا مِنْهُ شَيْءٌ إِلَّا قَدْ سَأَلْتُهُ إِلَّا أَنِّي لَمْ أَسْأَلْهُ مَا يُخْرِجُ أَهْلَ الْمَدِينَةِ مِنْ الْمَدِينَةِ
 
Rasulullah saw mengabarkan kepadaku tentang apa saja yang terjadi hingga hari Kiamat tiba, sehingga apa saja yang akan terjadi aku tanyakan kepada beliau. Hanya saja aku tidak sempat menanyakan kepada beliau gerangan apakah yang membuat penduduk Madinah keluar dari kota Madinah. (HR. Muslim: Al-Fitan, hadits no. 2891. Muslim bi Syarh An-Nawawi, 9/214)

Hadits kelima
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra, dia berkata:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ النَّاسِ بِكُلِّ فِتْنَةٍ هِيَ كَائِنَةٌ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ السَّاعَةِ وَمَا بِي إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسَرَّ إِلَيَّ فِي ذَلِكَ شَيْئًا لَمْ يُحَدِّثْهُ غَيْرِي وَلَكِنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ مَجْلِسًا أَنَا فِيهِ عَنْ الْفِتَنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَعُدُّ الْفِتَنَ مِنْهُنَّ ثَلَاثٌ لَا يَكَدْنَ يَذَرْنَ شَيْئًا وَمِنْهُنَّ فِتَنٌ كَرِيَاحِ الصَّيْفِ مِنْهَا صِغَارٌ وَمِنْهَا كِبَارٌ قَالَ حُذَيْفَةُ فَذَهَبَ أُولَئِكَ الرَّهْطُ كُلُّهُمْ غَيْرِي
 
Demi Allah, akulah orang yang paling tahu tentang berbagai fitnah apa saja yang akan terjadi di antara diri kami hingga datangnya hari Kiamat nanti. Tidak ada satu peristiwa pun yang beliau rahasiakan kepadaku kecuali beliau telah mengabarkan kepadaku dan beliau tidak memberitahukan kepada selainku. Namun pada suatu hari Rasulullah saw bersabda dalam sebuah majelis yang aku sendiri turut serta di dalamnya. Maka bersabdalah beliau sambil menghitung fitnah apa saja yang terjadi pada umat ini. Di antaranya terdapat 3 fitnah yang tidak menyisakan sesuatu pun, dan di antaranya ada juga seperti angin musim panas yang berhembus kadang besar dan kadang kecil. (Hudzaifah ra melanjutkan kisahnya, “Semua sahabat yang ada di majelis tersebut telah pergi (meninggal) kecuali aku.”). (HR. Muslim: Al-Fitan, hadits no. 2891. Muslim bi Syarh An-Nawawi, 9/214)

Hadits-hadits di atas mencakup beberapa kandungan yang menunjukkan akan pentingnya mengetahui perihal tanda hari Kiamat, yang antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, Rasulullah saw berdiri menyampaikan khutbah tentang tanda-tanda hari Kiamat dalam waktu yang amat lama. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Hudzaifah ra yang kemudian diperjelas waktunya oleh hadits yang diriwayatkan oleh Amru bin Aktam ra, bahwa lama khutbah yang disampaikan oleh beliau berlangsung selepas shubuh hingga menjelang terbenamnya matahari. Satu khutbah yang amat panjang yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah saw sebelumnya.

Biasanya beliau jarang-jarang memberikan khutbah karena khawatir para sahabatnya yang mulia diliputi rasa bosan. Biasanya khutbah Rasulullah saw pendek tapi mengandung berbagai pengertian yang beragam sebagai seorang Rasul yang di beri jawami’ al-kalim (kalimat singkat yang penuh makna).

Khutbah Rasulullah saw yang sangat lama ini tidaklah dilakukan beliau kecuali apabila perkara yang disampaikannya itu amat penting dan sama sekali tidak boleh dianggap remeh, bahkan hingga pada taraf yang paling kecil sekalipun. Rasulullah saw tidak biasanya berbuat demikian, apa lagi jika hal tersebut membuat para sahabatnya merasa bosan untuk mendengarkan nasihat beliau yang memakan waktu sehari penuh kecuali apabila yang disampaikan beliau adalah hal yang amat penting untuk mendapatkan perhatian.

Waktu sehari penuh itu sama halnya dengan ceramah Stadium General sehari untuk membahas problematikan sosial masyarakat. Bedanya yang menjadi narasumber tunggal saat itu adalah Rasulullah saw sedangkan para mahasiswanya adalah para sahabat, orang-orang yang tidak banyak menuntut dan paling mengerti dengan topik yang sedang dibahas. Stadium General tersebut berlangsung sangat interaktif sebagaimana yang digambarkan dalam riwayat hadits-hadits di atas. Adapun topik bahasannya hanyalah satu, yaitu peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di dunia ini hingga tibanya hari Kiamat nanti.

Kedua, secara tersirat hadits-hadits tersebut menunjukkan betapa Rasulullah saw sangat mengasihi umatnya. Hal ini tercermin dari rasa antusiasme beliau ketika menyampaikan amanah kerasulan yang dibebankan kepada pundaknya sebagaimana apa adanya yang beliau terima sehingga umatnya tidak perlu bersusah-payah untuk menangkap hal apa saja yang akan terjadi di masa depan serta harus bagaimana menyikapinya.

Ketiga, hadits-hadits tersebut menunjukkan betapa para sahabat juga sangat antusias serta perhatian penuh terhadap topik yang sedang dibahas. Banyak pertanyaan yang mereka ajukan kepada Rasulullah saw, begitu penasarannya mereka untuk mendapatkan petunjuk di masa depan terkait peristiwa-peristiwa yang akan mereka alami sehingga membuat Rasulullah saw memperpanjang sesi ini hingga sehari penuh.

Selama apapun sesi yang diberikan, para sahabat tidak akan merasa bosan sedikitpun, bahkan mereka akan semakin penasaran dan menuntut jawaban-jawaban yang diberikan oleh Rasulullah saw sehingga akan ditemuilah telinga-telinga yang amat peka, penglihatan yang semakin jernih, dan hati yang semakin lapang.

Satu hal yang perlu dicatat, jika para sahabat membutuhkan waktu sehari penuh untuk menangkap intisari dari Stadium General yang disampaikan oleh Rasulullah saw terkait topik tanda-tanda hari Kiamat, mungkin bagi orang-orang seukuran kita-kita ini memerlukan waktu berhari-hari atau bahkan berulang kali melakukan seminar untuk mengetahui tanda-tanda hari Kiamat serta berbagai solusi atas berbagai fitnah yang menjadi permulaan terjadinya hari Kiamat. Lebih-lebih pada masa sekarang ini sebagian besar tanda-tandanya sudah terjadi, terlepas apakah kita memedulikannya atau tidak.

Keempat, hadits-hadits di atas menunjukkan bahwasanya Rasulullah saw menaruh perhatian yang amat besar terhadap tanda-tanda datangnya hari Kiamat sampai-sampai para sahabat yang meriwayatkan hadits ini menyatakan, tak satupun dari tanda-tanda tersebut yang terlewatkan dari khutbah yang disampaikan Rasulullah saw sampai hari Kiamat benar-benar terjadi. Bahkan Rasulullah saw tidak melewatkan satu pun pihak yang akan tertimpa fitnah melainkan beliau mengabarkannya.

Rasulullah Selalu Mengingatkan Tanda-tanda Kiamat Dalam Berbagai Kesempatan

Orang yang sering membaca literatur hadits akan menjumpai bahwa Rasulullah saw tidaklah melewatkan satu pun kesempatan untuk menyelipkan kabar tentang tanda-tanda datangnya hari Kiamat. Ini adalah satu isyarat yang amat jelas bahwa dalam benak Rasulullah saw tidak pernah sedikitpun terkosongkan dari perihal tanda-tanda ini. Atau bisa jadi hal itu disebabkan wahyu masih dalam proses turun. Hal yang seperti ini tidak lain membuktikan bahwa masalah tanda-tanda hari Kiamat ini merupakan perkara yang agung.

Bagaimana mungkin hal ini bisa dianggap remeh sedangkan kejadiannya itu merupakan permulaan dari sebuah an-naba’ al-azhim? Bagaimana hal ini bisa dipandang remeh, padahal keempat penjuru mata angin turut mengiyakan betapa pentingnya mengetahui tanda-tanda yang dikabarkan oleh utusan langit?

Di antaranya adalah: pernah Rasulullah saw terbangun di tengah malam karena dikejutkan oleh peringatan (dalam mimpinya, penj) tentang sebuah bencana, yaitu mulai keroposnya tembok yang menghalangi Ya’juj dan Ma’juj. Tentunya, peristiwa terbangunnya Rasulullah saw ini merupakan dalil tersendiri yang menunjukkan betapa pentingnya urusan yang satu ini.

Kita juga menyimak perjalanan panjang yang ditempuh Rasulullah saw dalam perang Tabuk, yang dalam kesempatan tersebut beliau memanfaatkannya untuk menjelaskan tanda-tanda datangnya hari Kiamat. Di samping itu Rasulullah saw juga pernah memanggil para sahabat beliau agar melakukan shalat jamak kemudian mendengarkan khutbah beliau terkait peristiwa yang dialami oleh Tamim bin Aus Ad-Dari ra atas penampakkan Dajjal. Tentunya menjamak shalat tidak dilakukan kecuali ada hal-hal yang amat penting.

Bahkan sampai di saat wudhu pun beliau sempat menjabarkan tanda-tanda hari Kiamat kepada beberapa sahabatnya. Dan tentunya kita juga tidak melewatkan ketika Rasulullah saw menyampaikan Khutbah Ushama’ (Khutbah Haji Wada‘) yang di antara topiknya menyinggung tentang tanda-tanda hari Kiamat.

Moment-moment yang seperti ini dan masih banyak lagi moment-moment yang lain menjelaskan kepada kita betapa Rasulullah saw sangat menaruh perhatian besar terhadap tanda-tanda kedatangan hari Kiamat. Hal tersebut juga menunjukkan betapa pentingnya untuk mengetahui tanda-tanda hari Kiamat, padahal pada masa ini sering dilalaikan para ulama sehingga orang-orang yang sok alim berbicara semaunya sendiri tentang tema ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar