Sebuah Tinjauan Nubuwah tentang Turunnya Isa as di Akhir Zaman
Kajian
tentang kemunculan Al-Mahdi dan keluarnya Dajjal selalu beriringan
dengan pembahasan turunnya Nabi Isa as. Kedatangan Isa yang akan
memberikan dukungan terhadap Al Mahdi dan Thaifah Manshurah yang bersamanya, lalu memerangi Dajjal dan membunuhnya merupakan bagian dari keimanan seorang muslim
terhadap tanda-tanda kiamat kubra. Turunnya Nabi Isa di akhir zaman
adalah masalah akidah yang telah tetap berdasar Al-Qur’an dan As-Sunnah
Ash-Shahihah yang mencapai derajat mutawatir.
Dalil-dalil dari Al-Qur’an
Pertama, firman Allah Ta’ala: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Az Zukhruf [43]: 57-61).
Konteks ayat-ayat ini bercerita tentang kisah Nabi Isa. Pada akhir rangkaian ayat-ayat tersebut, Allah berfirman وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.
Maknanya adalah, turunnya Nabi Isa sebelum terjadinya kiamat kelak
merupakan pertanda bahwa terjadinya kiamat sudah sangat dekat. Makna ini
dikuatkan oleh qira’ah Ibnu Abbas, Mujahid dan sejumlah ulama tafsir
lainnya yang membaca ayat ini dengan memfathahkan huruf ‘ain dan lam pada lafal la-‘ilmun sehingga menjadi وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ, yang maknanya adalah ‘Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar merupakan salah satu tanda (dekatnya) hari kiamat’.[1]
Kedua, firman Allah Ta’ala: “Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” “Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan pada hari kiamat nanti Isa akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’ [4]: 157-159).
Ayat-ayat dalam surat An-Nisa’ di atas menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi tidak mampu membunuh Nabi Isa, tidak pula
mampu menyalibnya, karena Nabi Isa telah diangkat oleh Allah Ta’ala ke
langit lengkap dengan jasad dan ruhnya. Nabi Isa tidak dibunuh dan tidak
disalib, tetapi ada orang yang diserupakan dengan Isa di mata mereka,
dan orang itulah yang mereka salib sebagaimana firman Allah Ta’ala: Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Makna lafazh di dalam firman Allah بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ
mengandung arti bahwa Allah telah mengangkat Isa lengkap dengan jasad
dan ruhnya, sehingga dengan demikian tercapai bantahan terhadap
pengakuan orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh dan
menyalibnya, karena pembunuhan dan penyaliban itu hanya terjadi pada
jasad saja. Dalam hal ini, pengangkatan ruhnya saja tidak cukup untuk
membantah pengakuan mereka itu. Karena yang disebut oleh Isa itu
mencakup badan dan ruh, sehingga tidak cukup dengan hanya menyebut salah
satu dari kedua unsur itu, kecuali ada bukti yang membenarkan,
sedangkan di sini tidak ada bukti seperti itu. Lagi pula, pengangkatan
ruh dan jasadnya secara keseluruhan itu sesuai dengan keperkasaan Allah
Yang Maha Sempurna, dan sesuai dengan hikmah, kemuliaan dan pertolongan
yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang dikehendaki-Nya.
Dalil-Dalil dari As-Sunnah
Terdapat
banyak hadits shahih yang menjelaskan bahwa Nabi Isa belum wafat. Isa
diangkat oleh Allah ke langit —sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat di
atas— dan kelak di akhir zaman akan turun kembali ke dunia untuk
memerangi Dajjal, menegakkan keadilan Islam, dan akhirnya wafat dan
dikebumikan di bumi layaknya manusia yang lain. Di antara hadits-hadits
tersebut adalah,
1. Rasulullah
bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga turun kepada kalian Ibnu
Maryam sebagai hakim yang adil, ia mematahkan salib, membunuh babi,
menghentikan jizyah dan melimpahkan harta sehingga tidak ada seorang pun
yang mau menerima pemberian harta.”[2]
2. Rasulullah
bersabda: “Bagaimana keadaan kalian apabila Ibnu Maryam turun di antara
kalian sedangkan yang menjadi imam (pemimpin) kalian berasal dari
kalangan kalian sendiri?”[3]
3. Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Saya mendengar Nabi bersabda: “Akan
senantiasa ada di antara umatku satu kelompok yang berperang di atas
kebenaran, mereka senantiasa menang hingga hari kiamat.” Beliau
bersabda: “Lantas Isa ibnu Maryam turun, maka pemimpin kelompok tersebut
berkata, ‘Kemarilah, shalatlah sebagai imam kami!’ Maka Isa menjawab,
“Tidak, sebagian kalian memimpin sebagian yang lain sebagai penghormatan
Allah terhadap umat ini.”[4]
Bagaimana dan kapan Nabi Isa turun ke Bumi ?
Setelah
Dajjal muncul dan melakukan perusakan dan penghancuran di muka bumi,
Allah mengutus Isa ‘alaihissalam untuk turun ke bumi turun di menara
putih di timur Damsyiq, Siria. Beliau
mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran;
beliau taruh kedua telapak tangan beliau di sayap dua orang Malaikat.
Bila beliau menundukkan kepala, meneteslah / menurunlah rambutnya, dan
bila diangkat kelihatan landai seperti mutiara. Dan tidak ada orang
kafir yang mencium nafasnya kecuali akan mati, dan nafasnya itu sejauh
pandangan matanya.
Beliau
akan turun pada kelompok yang diberi pertolongan oleh Allah yang
berperang untuk menegakkan kebenaran dan bersatu-padu menghadapi Dajjal.
Nabi Isa as. turun pada waktu sedang diiqamati shalat, lantas beliau
shalat di belakang pemimpin kelompok itu. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:
“Ketika
Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara
putih di sebelah timur Damsyiq dengan mengenakan dua buah pakaian yang
dicelup dengan waras dan za’faran, dan kedua telapak tangannya
diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka
menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti
mutiara. Maka tidak ada orang kafirpun yang mencium nafasnya
kecualipasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata
memandang. Lain Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya dipintu Lud,
lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang
telah dilindungi oleh Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka
dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di surga. “[5]
Ibnu
Katsir berkata, “Inilah yang termasyhur mengenai tempat turunnya Isa,
yaitu di menara putih bagian timur Damsyiq. Dan dalam beberapa kitab
saya baca beliau turun di menara putih sebelah timur masjid Jami’
Damsyiq, dan ini rupanya pendapat yang lebih terpelihara. Karena di
Damsyiq tidak dikenal ada menara di bagian timur selain di sebelah
Masjid Jami’ Umawi di Damsyiq sebelah timur. Inilah pendapat yang lebih
sesuai karena beliau turun ketika sedang dibacakan iqamat untuk shalat,
lalu imam kaum Muslimin berkata kepada beliau, “Wahai Ruh Allah, majulah
untuk mengimami shalat.” Kemudian beliau menjawab, “Anda saja yang maju
menjadi imam, karena iqamat tadi dibacakan untuk Anda.” Dan dalam satu
riwayat dikatakan bahwa Isa berkata, “Sebagian Anda merupakan amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah untuk umat ini.” [6]
Tersebarnya Keamanan dan Barakah pada Zaman Isa ‘Alaihis-salam
Betapa menyenangkan seandainya kita termasuk yang mendapatkan karunia untuk tinggal semasa dengan nabi Isa as. Karena
di masa beliau kehidupan manusia benar benar aman dan damai, bahkan
kedamaian itu bukan hanya milik manusia, tetapi juga merata hingga
kepada binatang. Zaman Isa ‘alaihissalam (setelah turun kembali ke bumi)
ini merupakan zaman yang penuh keamanan, kesejahteraan, dan kemakmuran
serta kelapangan. Allah menurunkan hujan yang lebat, bumi menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan serta banyak barakahnya, harta melimpah
ruah; dendam, dengki, dan kebencian hilang sirna.
Dalam
hadits Nawwas bin Sam’an yang panjang yang membicarakan tentang Dajjal,
turunnya Isa, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj pada zaman Isa ‘alaihissalam,
dan do’a Isa agar mereka dihancurkan, Rasulullah saw bersabda:
“… Kemudian
Allah menurunkan hujan, dan tak ada rumah tanah liat maupun bulu yang
dapat menahan airnya, lantas mencuci bumi hingga bersih seperti cermin
kaca. Kemudian diperintahkan kepada kami: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu
dan kembalikanlah barakahmu.’ Maka pada hari itu sejumlah orang dapat
memakan buah delima dan bernaung di bawahnya. Dan susupun diberi
barakah, sehingga susu seekor unta bunting yang sudah dekat melahirkan
dapat mencukupi banyak orang, susu seekor sapi mencukupi untuk orang
satu kabilah, dan susu seekor kambing mencukupi untuk satu keluarga….” [7]
Rasulullah saw bersabda :
“Demi
Allah, sesungguhnya Isa putra Maryam akan turun ke bumi sebagai hakim
yang adil, akan membebaskan jizyah, unta-unta muda akan dibiarkan hingga
tidak ada yang mau mengurusinya lagi, sifat bakhil, saling membenci,
dan saling dengki akan hilang, dan orang-orang akan memanggil-manggil
orang lain yang mau menerima hartanya (shadaqahnya), tetapi tidak ada
seorangpun yang mau menerimanya.[8]
Imam
Nawawi berkata, “Maknanya, bahwa pada saat itu orang-orang sudah tidak
tertarik lagi untuk memelihara unta karena banyaknya harta kekayaan,
keinginan sedikit, kebutuhan tidak ada, dan sudah tahu bahwa kiamat
telah dekat. Dan disebutkannya lafal al-qilash (unta muda) dalam hadits ini karena unta muda itu merupakan harta yang paling baik bagi bangsa Arab (pada waktu itu).
Kiamat di Ambang Pintu
Masa
tinggal Isa di bumi setelah turun dari langit menurut riwayat adalah
selama tujuh tahun, dan menurut sebagian riwayat yang lain lagi selama
empat puluh tahun. Setelah itu wafat pula Imam Mahdi dan Al Qahthani
yang melanjutkan kepemimpinannya. Tidak lama setelah itu, terbitlah
matahari dari barat dan binatang melata yang keluar dari perut bumi yang
memberikan tanda kufur dan iman atas setiap manusia. Ketika itu setiap
mukmin segera mengetahui bahwa itulah detik detik kemunculan angina
lembut dari yaman yang akan mencabut nyawa setiap mukmin. Setelah itu,
tidak seorangpun manusia yang masih memiliki keimanan kecuali akan
menemui ajalnya. Ketika seluruh penduduk manusia tidak lagi menyebut
Allah, itulah kondisi seburuk-buruk manusia, dan kepada merekalah kiamat
akan terjadi. Wallahu a’lam bish shawab.
[1]. Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Al-Qurthubi.
[2]. HR. Bukhari: no. 2296.
[3]. HR. Bukhari: Kitabu ahaditsil anbiya’ no. 3193 dan Muslim: Kitabul iman no. 222, 223, 224.
[4]. HR. Muslim: Kitabul iman no. 225
[5] (Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa ‘ah, Bab DzikrAd-Dajjal 18: 67-68).
[6] Shahih Muslim
[7] Shahih Muslim, Kitabul Fitan, Bab Dzikrid Dajjal 18: 63-70
[8] Shahih Muslim, Bab Nuzuuli Isa ‘Alaihissalam 2:192
Tidak ada komentar:
Posting Komentar