Menara Jam Raksasa, Bangunan yang “Mengganggu” di Makkah
Abraj al Bait, tepat berada di depan
Masjidil Haram (Foto:skyscrapercenter.com)
Tepat di depan pintu utama Masjidil Haram
Makkah, berdiri sebuah menara jam raksasa dengan tinggi 601 m, Makkah
Clock Royal Tower. Menara yang semula direncakan berketinggian 743 m ini
tercatat sebagai bangunan tertinggi nomor dua di dunia setelah Burj al
Khalifa, Dubai yang berketinggian 828 m. Melewati Taipei 101 Tower di
Taiwan, yang mempunyai ketinggian 508 m. Menara ini merupakan salah
satu hotel dari komplek tujuh hotel Abraj al Bait. Enam hotel lainnya
masing-masing diberi nama Hajar, Zamzam, Maqam, Qibla dengan ketinggian
250, serta Marwa dan Safa yang punya ketinggian 240 m. Bentuk menara jam
ini sangat mirip dengan menara jam raksasa Big Ben di London, tetapi
ukurannya lebih besar 3 kali lipat. Jam pada menara tersebut pada malam
hari akan berwarna hijau bisa dilihat dari jarak 17 km, sedangkan pada
siang hari akan berwarna putih dan masih bisa dilihat dari jarak 12 km.
Dua juta lampu LED dibawah jam dinyalakan lima kali sehari sebagai
pertanda waktu shalat. Lampu ini bisa terlihat terangnya sampai 28
kilometer.
Menara Jam dari jarak 3 km
Komplek Abraj al Bait ini seluruhnya memiliki 3.000 kamar hotel dan
apartemen ditambah 20 lantai pusat perbelanjaan dan tempat parkirnya
sanggup menampung 1000 mobil. Pembangunan komplek Abraj al Bait ini
dikerjakan oleh grup Bin Laden, perusahaan konstruksi terbesar di Arab
Saudi. Tujuannya antara lain agar Makkah mampu menampung 10 juta jamaah
haji. Saat ini Makkah hanya mampu menampung sekitar 3 juta jamaah.
Abraj al Bait dari depan pintu Masjidil Haram
Kritik terhadap Pembangunan Menara
Banyak yang mendukung proyek pembangunan Abraj al Bait, tetapi tidak
sedikit juga yang memberikan kritik. Beberapa di antaranya adalah
seperti yang ditulis oleh Gunawan Mohammad dalam Catatan Pinggir-nya. Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian menyebut pembangunan tersebut sebagai“It is the end of Mekkah“.
Sementara Sami Angawy, arsitek pendiri Pusat Penelitian Ibadah Haji di
Jeddah memandang transformasi yang berlangsung Makkah berada di bawah
kuasa para pengusaha properti dan pengembang. “Mereka ubah tempat
ziarah suci ini jadi mesin, sebuah kota tanpa identitas, tanpa
peninggalan sejarah, tanpa kebudayaan dan tanpa lingkungan alam. Bahkan
mereka renggut gunung dan bukit.” Pembangunan Abraj al Bait ini juga
sempat menimbulkan ketegangan antara pemerintah Arab Saudi dan Turki
karena harus menggusur Benteng Ajyad yang dibangun oleh Keraajaan Turki
Usmani pada tahun 1781. Pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk
melindungi Ka’bah dari serangan pihak luar.
Benteng Ajyad, Situs yang tergusur karena pembangunan Abraj al Bait (foto : Wikimedia)
Bagi saya pribadi, komplek Abraj Al Bait adalah bangunan yang
“mengganggu” di kota Makkah. Komplek ini sangat kontras dengan
keberadaan Masjidil Haram dengan bangunan Ka’bahnya yang tepat berada
tepat di bawahnya. Sejak 14 abad yang lalu bangunan masjid merupakan
simbol dari kesetaraan, kesederhanaan dan kerendahan manusia di hadapan
Allah SWT. Sementara Abraj al Bait adalah simbol hedonisme dan
kemewahan. Bangunan ini juga terkesan a-historis, tanpa ada hujan dan
angin tiba-tiba berdiri bangunan yang bentuk dan nuansanya sangat
berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Pembimbing haji saya selalu
memberikan nasehat kepada para jamaah, jika kita ingin menjadi haji
mabrur maka harus memperbanyak thawaf di Masjidil Haram, bukan di Bin
Dawuud. Bin Dawuud adalah mall dan super market yang berada di
lingkungan komplek Abraj Al Bait tersebut. Dalam bayangan ideal saya,
seharusnya bangunan yang paling bagus dan paling tinggi yang didirikan
di Makkah adalah bangunan Masjidil Haram lengkap dengan
menara-menaranya, bukan bangunan yang lain. Sementara tanah-tanah di
sekitar masjid dibiarkan menjadi lapangan terbuka. Sejauh-jauh mata
memandang, pemandangan yang paling menonjol adalah bangunan Masjidil
Haram. Yang terjadi sekarang justru sebaliknya, Masjidil Haram terlihat
seperti miniatur yang berada di ketiak Abraj Al Bait. Keanggunan dan
kesederhanaan Masjidil Haram tertutup dengan keangkuhan dan kemegahan
Abraj Al Bait. Tanda Kiamat ? Dalam sudut pandang
agama, menurut keterangan yang pernah saya dengar, bermunculannya
gedung-gedung pencakar langit di Tanah Haram sebenarnya adalah termasuk
salah satu tanda datangnya hari kiamat. “Tidak akan datang hari kiamat
hingga manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan. ”, begitu sabda Nabi
Muhammad SAW. Ibnu Hajar, salah seorang ulama hadits menerangkan bahwa
makna salah satu makna berlomba-lomba meninggikan bangunan adalah setiap
orang ingin rumahnya lebih tinggi lagi daripada yang lainnya. Makna
lainnya adalah berbangga-bangga dgn memperhias & memperindah
bangunan atau makna lain yang lebih umum dari itu. Kalau fenomena
tersebut benar-benar terjadi, alangkah mengerikannya. Wallahu a’lam.
Catatan haji lainnya :
2. Di Makkah, Harga Air Kencing Unta Lebih Mahal dari Harga Susu Unta 3. Bagaimana Cara Jamaah Haji Makan Selama di Tanah Suci
4. Menengok Bekas Rumah Abu Jahal
5. Beda Perlakuan Terhadap Jamaah Haji dengan Pesawat Garuda Dan Saudia
6. Naik Haji, Mandiri atau Ikut KBIH
7. Mendaki Gua Hira, Tempat Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar