Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menguraikan ringkasan sejarah ummat Islam sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus hingga datangnya As-Sa’ah. Uraian tersebut berisi lima babak perjalanan umat Islam dengan karakter kepemimpinan pada masing-masing babak tersebut.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Masa (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2) Kekhalifahan mengikuti Minhaj (metode) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3) Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4) Raja-raja/para penguasa yang memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5) Kekhalifahan mengikuti Minhaj (metode) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (HR. Ahmad - Shahih)
Babak demi babak telah dilalui umat Islam dan hari ini kita hidup di babak keempat yaitu era kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan
(para penguasa yang memaksakan kehendak). Babak ini merupakan babak
paling kelam di dalam keseluruhan sejarah umat Islam. Mengapa? Karena di
babak keempat ini kepemimpinan dunia berada di tangan kaum kafir.
Sedangkan di negeri-negeri berpenduduk muslim para pemimpinnya mengekor
kepada kepemimpinan dunia berupa kaum yahudi dan nasrani tersebut sampai
masuk ke dalam lubang biawak (baca: kehancuran). Ini telah di-nubuwwah-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak limabelas abad yang lalu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang
sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, niscaya kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum yahudi dan nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR. Muslim - Shahih)
(Lihat tulisan berjudul "Masuk Ke Dalam Lubang Biawak" dan "Sulitnya Keluar Dari Jebakan Lubang Biawak")
Namun demikian, orang beriman tidak merasa sedih dan menjadi pesimis menyadari realita pahit dunia hari ini.
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Mukmin tahu dan yakin bahwa masalah kejayaan dan keruntuhan suatu umat merupakan sunnatullah
yang telah digariskan Allah ta’ala. Ada gilirannya kaum kafir berjaya
dan akan ada saatnya kaum kafir mengalami keruntuhan. Ada gilirannya
kaum beriman merasakan derita kekalahan dan akan tiba saatnya kaum
beriman meraih kemuliaan dan kejayaan.
وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Dan
masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran).” (QS. Ali Imran: 140)
Maka di dalam hadits di atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa sesudah babak paling kelam ini umat Islam akan berjaya kembali dengan datangnya babak kelima yaitu tegaknya khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah
(kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian). Tegaknya kekhalifahan
tersebut akan ditandai dengan di-bai’atnya pemimpin kaum beriman yang
bergelar Al-Mahdi (laki-laki yang mendapat petunjuk). Al-Mahdi
akan di-baiat di depan Ka’bah di Mekkah. Itulah sebagian dari rangkaian
peristiwa akhir zaman yang sudah di-nubuwwah-kan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai berita gembira untuk orang beriman. Untuk lebih lengkapnya
silahkan merujuk kepada berbagai tulisan dan penjelasan tentang ini.
Terbetik berita pada
awal Ramadhan 1435 / akhir Juni 2014 kemarin ada sebuah kelompok yang
asalnya bernama ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) membubarkan diri
untuk kemudian mendeklarasikan berdirinya Al-Khilafah Al-Islamiyyah
(Kekhalifahan Islam). Untuk selanjutnya mereka mencukupkan penyebutan
dirinya sebagai Daulah Islamiyah atau IS (Islamic State). Mereka telah mengangkat pemimpin mereka (mem-bai’at-nya) sebagai Khalifah (pemimpin khilafah). Berita ini telah menggemparkan dunia Islam. Bagaimanakah sepatutnya kita mensikapi fenomena ini?
Sejatinya setiap orang beriman yang peduli akan ‘izzul Islam wal-muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin) pantas menyambut dengan gembira kabar tegaknya khilafah bagi seluruh kaum muslimin, sesudah
hampir satu abad sistem bermasyarakat dan bernegara yang dirintis dan
dicontohkan Nabi Muhammad tersebut raib dari realitas ummat Islam. Oleh karena itu, betapapun
seorang muslim belum tahu banyak bagaimana sepak-terjang sebenarnya IS
tersebut, namun sudah sepantasnya ia mendahulukan husnudz-dzon kepada Allah bahwa ini merupakan sebuah perkembangan yang mengandung kebaikan. Lalu apa selanjutnya?
Di era keterbukaan informasi sudah lazim jika kita mencari tahu informasi tentang IS ini lewat media internet. Namun
kita mesti menyadari bahwa era ini juga merupakan era penuh fitnah
dimana media informasi merupakan salah satu sarana utama penyebarluasan
berbagai informasi menyesatkan atau hoax, di samping informasi yang benar.
Jika kita jujur ternyata berbagai berita yang beredar terkait dengan IS
ini sangat beragam bahkan seringkali kontradiktif. Ada yang isinya
mengandung gambaran positif yang membuat kita menjadi penuh harapan,
optimis dan bangga akan kiprah IS. Namun sebaliknya kitapun mendapati
berita-berita negatif yang membuat kita menjadi bertanya-tanya bahkan
terkadang menjadi sulit memahami mengapa kiprah IS sepertinya tidak
sesuai dengan aturan Islam.
Oleh karena itu kita diperintahkan Allah agar melakukan tabayyun
(periksa kembali) atas informasi yang kita terima. Namun upaya
melakukan tabayyun di era penuh fitnah dewasa ini ternyata tidak semudah
yang dikira. Di
sana-sini kita dapati kemungkinan manipulasi data dan informasi yang,
disengaja maupun tidak, tetap akan men-distorsi informasi yang ada.
Di
era penuh fitnah dewasa ini, ummat dibuat bingung dengan berbagai
kontradiksi berita tentang situasi di negeri-negeri yang bergolak baik
itu di Irak, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Burma, Srilanka sebagian
Afrika dan Palestina. Dengan perkembangan teknologi informasi, satu foto
yang diambil di belahan bumi manapun dapat disebarkan ke seluruh dunia
dalam waktu singkat. Dan bahkan dapat dimanipulasi dengan memberikan
keterangan seolah foto tersebut diambil di tempat yang berbeda dengan
sebenarnya. Foto tentang suatu peristiwa atau seseorang, dapat
dimanipulasi sebagai foto peristiwa lain atau orang lain hanya dengan
sedikit kutak-katik (editting) foto. Demikian pula hebatnya fitnah dalam
bentuk berbagai faham, aliran, golongan, sekte, kelompok. Tidak jarang
satu sama lain saling bermusuhan, yang bahkan banyak di antara
kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok-kelompok sempalan hasil
rekayasa musuh-musuh Islam dengan berkedok sebagai kelompok islam.
Fitnah semacam ini semakin menambah kerumitan kita dalam mencari
informasi yang benar. Terutama upaya tabayyun menjadi semakin sulit di
negeri-negeri yang sedang bergolak. Singkatnya, karena terhalang jarak
dan berbagai penghalang lain, kita tak dapat melakukan tabayyun
sebagaimana mestinya.
Mirisnya,
segala kontradiksi informasi tersebut sampai ke derajat
mengkhawatirkan. Di satu pihak sangat negatif sehingga dapat dianggap
melanggar syariat Islam bahkan keluar dari Islam, dan di lain fihak
sangat positif sampai kita melihat ketidak wajaran dalam pembelaan
(ghuluw/berlebihan).
Dalam
situasi seperti ini, kita perlu arif dalam bersikap. Hendaknya kita
tidak begitu saja ikut-ikutan mendukung maupun menolak berita tentang
kelompok IS ini. Setiap berita sebaiknya kita saring lagi dengan
meneliti sumber-sumbernya, meneliti dalil-dalilnya, meneliti siapa yang
menyebarkannya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin menggunakan
kacamata Islam dalam memberikan penilaian, sebab kita tahu di zaman Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ada orang Badui
yang mengatakan mereka beriman, namun dibantah Allah. Allah katakan
bahwa mereka belum beriman. Mereka baru sebatas tunduk (Islam)
sebab keimanan belum masuk ke dalam hati mereka. Ini menunjukkan bahwa
memang ada orang-orang yang sudah jelas beriman dengan benar dan kuat
(kepada merekalah kita percaya), ada yang belum kuat, bahkan ada yang
munafik. Sumber berita yang berbeda dapat membuat perbedaan yang besar
dalam pengambilan kesimpulan.
Oleh karena sedikitnya informasi akurat yang dapat dipercaya, sudah sepatutnya kita mengambil sikap tawaqquf (tidak begitu saja membenarkan namun tidak sepenuhnya menolak).
Hendaknya
kita tidak sepenuhnya mendukung sehingga tanpa sadar kita ikut
mendukung nilai-nilai kebatilan yang boleh jadi tersusupi di dalamnya.
Atau hendaknya kita tidak sepenuhnya menolak sehingga tanpa sadar kita
menolak nilai-nilai kebenaran yang ada di dalamnya. Inilah konsekuensi
hidup di era penuh fitnah di Akhir Zaman.
Dalam
kondisi seperti ini yang perlu kita lakukan adalah terus mengamati
perkembangan yang terjadi. Di samping itu kita perlu mendalami
tanda-tanda akhir zaman khususnya berkaitan dengan tampilnya Al-Mahdi.
Sebab kita sadar bahwa situasi membingungkan karena perselisihan
pendapat antar sesama mukminin, bahkan sesama muwahhidin dan mujahidin, justeru menandakan sudah semakin dekatnya kedatangan Al-Mahdi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Aku
kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah
ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Maka Al-Mahdi akan memenuhi bumi secara merata dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi secara merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad – para perawinya tsiqat)
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
di atas jelas sekali disebutkan adanya tiga prakondisi menjelang
tampilnya pemimpin kaum beriman di akhir zaman, yakni Al-Mahdi. Pertama, perselisihan antar-manusia. Kedua, gempa-gempa dan ketiga, kezaliman telah merata di segenap penjuru bumi. Bukankah kondisi dunia hari ini telah mencakup ketiga prakondisi tersebut?
Dan coba perhatikan bagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menanamkan husnudzdzon billah
(sangka baik kepada Allah) serta optimisme ke dalam diri umatnya dimana
ketiga prakondisi yang pada lahirnya tampak tidak baik justeru ketika
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkannya diawali dengan kata-kata: “Aku kabarkan berita gembira…”
Jadi, di balik buruknya perselisihan antar-manusia, banyaknya gempa dan meratanya kezaliman di muka bumi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajarkan kita agar menanamkan keyakinan bahwa semua fenomena
tersebut justeru menandakan sudah dekatnya kedatangan Al-Mahdi. Itu
semua justeru menandakan bahwa sangat boleh jadi saatnya ummat Islam
beralih dari babak keempat kepemimpinan para mulkan jabriyyan menuju babak kelima kepemimpinan khalifah Al-Mahdi sudah sangat dekat.
Dalam
kondisi seperti ini sangatlah penting bagi kaum muslimin untuk meyakini
bahwa yang samasekali tidak boleh diragukan ialah berbai’at kepada
Al-Mahdi pada saat pemimpin kaum beriman tersebut sudah jelas
kehadirannya.
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
“Ketika kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju.” (HR. Ibnu Majah)
Oleh
karenanya pada masa sekarang inilah kita wajib mengumpulkan sebanyak
mungkin ilmu dan pegetahuan mengenai ciri-ciri tampilnya Al-Mahdi sesuai
arahan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan lupa,
musuh-musuh Islam juga mempelajari hadits-hadits terkait akhir zaman,
termasuk soal figur Al-Mahdi. Maka sangat mungkin bahwa mereka telah
menyiapkan Al-Mahdi palsu versi mereka untuk menyesatkan kaum muslimin.
Sadarilah
bahwa pembaiatan Al-Mahdi akan berlangsung di depan Ka’bah.
Pembai’atannya terjadi ketika matinya seorang khalifah atau seorang
pemimpin. Gelombang pertama yang membai’atnya terdiri dari sejumlah
orang yang mirip dengan jumlah pasukan perang Badar yaitu sekitar 313
orang saja. Pembai’atannya dilakukan dengan paksaan karena Al-Mahdi
sendiri sebenarnya menolak untuk dibai’at. Sesudah itu akan ada seorang
penguasa zalim dari Syam mengutus pasukan untuk memerangi Al-Mahdi dan
orang-orang yang berbai’at kepadanya. Tetapi taqdir Allah mendahului
mereka, pasukan tersebut dibenamkan Allah ke dalam bumi di sebuah padang
pasir terbuka antara Madinah dan Mekkah. Begitu kabar pembenaman
pasukan itu tersiar ke seluruh dunia, maka berdatanganlah gelombang
kedua kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia untuk membai’at Al-Mahdi
di depan Ka’bah. Dan secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan di antara mereka ialah orang-orang terbaik dari Syam dan Iraq.
يَكُونُ
اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ
مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ
وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ فَيُخْسَفُ
بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى
النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ
فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ
مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا
فَيَظْهَرُونَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ
لَمْ يَشْهَدْ غَنِيمَةَ كَلْبٍ فَيَقْسِمُ الْمَالَ وَيَعْمَلُ فِي
النَّاسِ بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَيُلْقِي الْإِسْلَامُ بِجِرَانِهِ فِي الْأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ
سِنِينَ ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan terjadi
perselisihan saat matinya khalifah, lalu seorang laki-laki (Al-Mahdi)
akan keluar dari Madinah pergi menuju Makkah. Lantas beberapa orang dari
penduduk Makkah mendatanginya. Mereka memaksanya keluar (dari dalam
rumah) meskipun ia tidak menginginkannya. Orang-orang itu kemudian
membaiatnya pada suatu tempat antara Rukun (Hajar Aswad) dan Maqam
(Ibrahim). Lalu dikirimlah sepasukan dari penduduk Syam untuk
memeranginya, tetapi pasukan itu justru ditenggelamkan (Allah) di Al-Baida, tempat antara Makkah dan Madinah. Maka ketika manusia melihat hal itu, maka orang-orang shalih dari Syam dan
orang-orang terbaik dari penduduk Irak membaiatnya antara rukun dan
Maqam.. Lalu tampillah seorang laki-laki dari bangsa Quraisy,
paman-pamannya dari suku Kalb. Ia lalu mengirimkan pasukan untuk
memerangi mereka (orang-orang yang berbaiat kepada Al-Mahdi) namun (Al-Mahdi dan pasukannya) dapat mengalahkan mereka. Alangkah ruginya orang yang tidak ikut serta dalam
pembagian ghanimah perang suku Kalb. Ia (Al-Mahdi) lalu membagi
ghanimah, dan ber’amal di tengah manusia dengan sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menyampaikan Islam ke seluruh penduduk bumi. Ia berkuasa selama tujuh tahun, kemudian wafat dan kaum muslimin menyolatkannya." (HR. Abu Dawud – Sanadnya Hasan)
Ketika
Al-Mahdi telah dibai’at oleh gelombang kedua, maka Al-Mahdi segera
memiliki pasukan bersenjata yang selanjutnya mengalahkan suatu pasukan
yang dipimpin seorang Quraisy. Pemimpin Quraisy itu didukung oleh
paman-pamannya dari suku Kalb yang kaya. Sesudah itu Al-Mahdi akan
membebaskan negeri demi negeri.
Al-Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Al-Mahdi akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Rabb dan Raja tunggal langit dan bumi. Al-Mahdi akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimah thoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung dunia paling timur hingga ujung paling barat. Al-Mahdi akan memimpin umat Islam di akhir zaman untuk berpindah dari babak keempat kepemimpinan Mulkan Jabriyyan kepada babak kelima Khilafah ‘ala Minhaj An-Nubuwwah. Al-Mahdi dengan izin Allah akan mengisi bumi dengan keadilan sesudah bumi dipenuhi dengan kezaliman.
Al-Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Al-Mahdi akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Rabb dan Raja tunggal langit dan bumi. Al-Mahdi akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimah thoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung dunia paling timur hingga ujung paling barat. Al-Mahdi akan memimpin umat Islam di akhir zaman untuk berpindah dari babak keempat kepemimpinan Mulkan Jabriyyan kepada babak kelima Khilafah ‘ala Minhaj An-Nubuwwah. Al-Mahdi dengan izin Allah akan mengisi bumi dengan keadilan sesudah bumi dipenuhi dengan kezaliman.
فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Maka Al-Mahdi akan memenuhi bumi secara merata dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi secara merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad – para perawinya tsiqat)
Kembali
berbicara mengenai IS, di dalam teks deklarasi tegaknya Khilafah
Islamiyyah sekaligus pembubaran ISIS, juru bicara IS menyampaikan
kalimat sebagai berikut:
“Maka
hendaklah kalian menjaga amanah yang berat ini, dan pikullah panji ini
dengan segenap kekuatan, siramilah dengan darah kalian dan angkatlah di
atas serpihan-serpihan badan kalian, dan matilah di bawahnya, sampai
kalian menyerahkannya in Syaa Allah kepada Isa Ibnu Maryam
‘alaihissalam.”
Kalimat diatas menunjukkan sebuah harapan penuh optimisme bahwa IS merupakan khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian). Namun di balik optimisme itu ada pertanyaan penting yang perlu dijawab: Dimanakah Al-Mahdi?
Mengapa sebuah deklarasi tegaknya khilafah yang begitu penting di akhir zaman tidak menyebut Al-Mahdi sedikitpun? Jika sosok Isa ibnu Maryam ‘alaihis-salam
disebut-sebut, lalu mengapa sosok Al-Mahdi tidak disebut? Bukankah
pasukan bendera hitam merupakan pembuka jalan bagi munculnya pemimpin
kaum beriman di akhir zaman, yaitu Al-Mahdi? Bila dalam waktu dekat
peristiwa pembai’atan Al-Mahdi berlangsung di depan Ka’bah, bagaimanakah
gerangan IS akan menyikapinya? Semoga, kita berharap kepada Allah
ta’ala, IS akan segera menyerahkan panjinya kepada Al-Mahdi. Sebab
demikianlah yang kami fahami selama ini, bahwa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian) di akhir zaman pasti akan dipimpin oleh Al-Mahdi.
Dalam kondisi seperti ini sangatlah
penting bagi kaum muslimin untuk meyakini bahwa yang samasekali tidak
boleh diragukan ialah berbai’at kepada Al-Mahdi pada saat pemimpin kaum
beriman tersebut sudah jelas kehadirannya. Dan dalam
rangka mengantisipasi hal itu, maka sejak sekarang setiap orang beriman
haruslah memastikan kelayakan dirinya untuk diizinkan Allah berbai’at
dengan Al-Mahdi dan bergabung ke dalam thaifah manshurah (pasukan yang selalu ditolong Allah). Jika diri kita di mata Allah dipandang compatible
(layak) menjadi bagian dari pasukan Al-Mahdi niscaya Allah akan
mudahkan kita bergabung bersamanya. Namun demikian pula sebaliknya.
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Sesungguhnya Rasulullah
bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka
mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana
yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR.
Muslim - Shahih)Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar