Ketika kiamat telah tiba, maka hancurlah seluruh alam semesta ini
berserta isinya. Tidak akan ada yang selamat dari bencana yang sangat
mengerikan ini termasuk para malaikat-malaikat Allah, kecuali yang Allah
kehendaki.
Bencana tersebut tiba setelah Allah mengutus malaikat Israfil untuk
meniup sangkakalanya. Maka seketika itu pula seluruh makhluk baik yang
ada di langit maupun di bumi akan terkejut sekaligus ketakutan.
Didalam kitab suci Alquran, kiamat digambarkan sebagai bencana pemusnah.
Karena tidak ada yang dapat selamat dari bencana ini sekalipun ia
bersembunyi ditempat persembunyian yang paling aman sekalipun. Dan
berikut ini adalah gambaran keadaan pada saat hari kiamat terjadi.
Diceritakan dalam surat Al Qori’ah :
الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ
(3) يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ (4) وَتَكُونُ
الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ (5) فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (7) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ
مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10)
نَارٌ حَامِيَةٌ (11)
(1) Hari Kiamat, (2) apakah hari Kiamat itu? (3) Tahukah kamu apakah
hari Kiamat itu? (4) Pada hari itu manusia adalah seperti laron yang
bertebaran, (5) dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan. (6). Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, (7) maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. (8)
Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, (9) maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (10) Tahukah kamu apakah neraka
Hawiyah itu? (11) (Yaitu) api yang sangat panas.
Ketahuilah bahwasanya Al Qori’ah merupakan salah satu nama kiamat sebagaimana kiamat juga dinamakan Al Haqqoh dan Al Ghosiyah.
Kenapa dinamakan demikian? Karena pada saat itu hati begitu gelisah
karena terkejut (takut). Kemudian Allah berfirman,’Apa itu Al Qori’ah’?
Konteks kalimat ini dalam konteks kalimat tanya. Para ulama mengatakan
bahwa setiap konteks kalimat seperti ini menunjukkan sangat besar dan
ngerinya perkara yang disebutkan.
Kemudian Allah Swt. menggambarkan tentang kedahsyatan dan kengeriannya melalui firman-Nya:
{وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ}
Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (Al-Qari'ah: 3)
Kemudian ditafsirkan oleh firman berikutnya:
{يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ}
(yaitu) pada hari manusia seperti anai-anai yang bertebaran. (Al-Qari'ah:4)
Yakni mereka bertebaran bercerai-berai ke sana dan kemari karena
kebingungan menghadapi huru-hara yang sangat menakutkan di hari itu,
sehingga mereka mirip dengan anai-anai yang bertebaran. Hal yang sama
digambarkan oleh Allah Swt. melalui ayat lainnya:
كَأَنَّهُمْ جَرادٌ مُنْتَشِرٌ
seakan-akan mereka belalang yang beterbangan. (Al-Qamar: 7)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ}
dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Al-Qari'ah: 5)
Gunung-gunung di hari itu seakan-akan seperti bulu domba yang
diawut-awut hingga menjadi beterbangan. Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu
Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ata Al-Khurrasani, Ad-Dahhak, dan As-Saddi
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-'ihni, " bahwa makna
yang dimaksud adalah bulu domba.
Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan apa yang akan dialami oleh
orang-orang yang beramal dan tempat kembali mereka berpulang, yang
adakalanya di tempat yang terhormat dan adakalanya pula di tempat yang
terhina sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ}
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. (Al-Qari'ah: 6)
Maksudnya, timbangan amal kebaikannya lebih berat daripada timbangan amal keburukannya.
{فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ}
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. (Al-Qari'ah: 7)
Yakni berada di dalam surga.
{وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ}
Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. (Al-Qari'ah: 8)
Yaitu timbangan amal keburukannya lebih berat daripada timbangan amal kebaikannya.
Firman Allah Swt.:
{فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ}
maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Al-Qari'ah: 9)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah terjatuh ke dalam
neraka dengan kepala di bawah, yaitu neraka Jahanam. Lalu diungkapkan
denganummihi yang artinya otaknya. Hal yang semisal telah diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, Ikrimah, Abu Saleh, dan Qatadah.
Qatadah mengatakan bahwa orang itu terjatuh ke dalam neraka dengan
kepala di bawah. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh, bahwa mereka
terjatuh ke dalam neraka dengan kepala di bawah.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah tempat asal yang
menjadi tempat kembalinya dan tempat ia berpulang adalah Hawiyah, yaitu
nama lain dari neraka.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sesungguhnya dikatakan Hawiyah sebagai
tempat kembalinya, tiada lain karena tiada kembali baginya kecuali hanya
kepadanya.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa Hawiyah adalah neraka yang merupakan tempat
kembali dan tempat berpulang bagi orang yang amal keburukannya lebih
berat daripada amal kebaikannya. Lalu Ibnu Zaid membacakan firman-Nya:
sedangkan tempat tinggal mereka (di akhirat) adalah neraka. (An-Nur: 57)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Qatadah; ia telah
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah neraka, dan neraka itu adalah
tempat mereka kembali.
Karena itulah maka ditafsirkan dalam firman berikutnya menjelaskan tentang Hawiyah, yaitu.
{وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ نَارٌ حَامِيَةٌ}
dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (Al-Qari'ah: 10-11)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Al-Asy'as
ibnu Abdullah yang tuna netra; dia telah mengatakan bahwa apabila orang
mukmin meninggal dunia, maka rohnya dibawa menuju ke tempat arwah kaum
mukmin. Dan mereka mengatakan, "Buatlah saudara kalian senang, karena
sesungguhnya dia dahulu selalu berada dalam kesusahan di dunia." Lalu
mereka bertanya kepadanya, "Apakah yang dilakukan oleh si Fulan?" Maka
ia menjawab, "Dia telah mati, bukankah dia telah datang kepada kalian?"
Mereka berkata, "Kalau begitu, dia dibawa ke tempat kembalinya di
Hawiyah."
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui jalur Anas ibnu Malik secara
marfu' dengan teks yang lebih panjang daripada ini yang telah kami
kemukakan di dalam kitab Sifalun Ncir, semoga Allah melindungi kitadari
neraka dengan kemurahan dan karunia-Nya.
Firman Allah Swt:
{نَارٌ حَامِيَةٌ}
(Yaitu) api yang sangat panas. (Al-Qari'ah: 11)
Yakni sangat panas lagi sangat kuat nyala dan gejolak apinya.
قَالَ أَبُو مُصْعَبٍ، عَنْ مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ
الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "نَارُ بَنِي آدَمَ الَّتِي تُوقدون جزء من
سبعين جزء مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ
كَانَتْ لَكَافِيَةً. فَقَالَ: "إِنَّهَا فُضِّلَت عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ
وَسِتِّينَ جُزءًا"
Abu Mus'ab telah meriwayatkan dari Malik, dari Abuz Zanad, dari
Al-A'raj, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Api Bani
Adam yang biasa kalian nyalakan merupakan satu bagian dari tujuh puluh
bagian api neraka Jahanam. Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, itu
pun sudah mencukupi kebutuhan." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
api neraka itu lebih unggul di atasnya dengan enam puluh sembilan
bagian.
وَرَوَاهُ الْبُخَارِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي أُوَيْسٍ، عَنْ
مَالِكٍ. وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ عن قُتيبة، عن المغيرة ابن عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي الزِّناد، بِهِ وَفِي بَعْضِ أَلْفَاظِهِ:
"أَنَّهَا فُضلت عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا، كُلُّهُنَّ
مِثْلُ حَرِّهَا".
Imam Bukhari meriwayatkannya dari Ismail ibnu Abu Uwais, dari Malik. Dan
Imam Muslim meriwayatkannya dari Qutaibah, dari Al-Mugirah ibnu Abdur
Rahman ibnu Abuz Zanad dengan sanad yang sama. Dan pada sebagian
lafaznya disebutkan: Sesungguhnya api neraka itu lebih unggul daripada
api dunia dengan enam puluh sembilan kali lipatnya, yang masing-masing
bagian sama panasnya sama dengan panas api dunia.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا
حَمَّادٌ -وَهُوَ ابْنُ سَلَمَةَ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ-سَمِعَ أَبَا
هُرَيْرَةَ يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: " نَارُ بَنِي آدَمَ الَّتِي تُوقِدُونَ، جُزْءٌ مِنْ
سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ". فَقَالَ رَجُلٌ: إِنْ كَانَتْ
لَكَافِيَةً. فَقَالَ: "لَقَدْ فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ
جُزْءًا حَرًّا فَحَرًّا"
Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman,
telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu
Abu Ziyad; ia pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Abul Qasim alias Nabi Saw. bersabda: Api Bani Adam yang biasa
kalian nyalakan merupakan suatu bagian dari tujuh puluh bagian api
neraka Jahanam.Lalu seorang lelaki berkata, "Sesungguhnya satu bagian
itu pun benar-benar sudah cukup." Maka Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya
api neraka Jahanam itu lebih panas daripada api dunia dengan enam puluh
sembilan kali kelipatannya, bagian demi bagiannya.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan cara munfarid melalui jalur ini, tetapi dengan syarat Muslim.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي
الزِّيَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَعَمْرٍو، عَنْ يَحْيَى بْنِ جَعْدة-: "إِنَّ
نَارَكُمْ هَذِهِ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ،
وَضُرِبَتْ بِالْبَحْرِ مَرَّتَيْنِ، وَلَوْلَا ذَلِكَ مَا جَعَلَ اللَّهُ
فِيهَا مَنْفَعَةً لِأَحَدٍ"
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula bahwa telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi
Saw. Dan juga Amr, dari Yahya ibnu Ja'dah: Sesungguhnya api kalian ini
merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian api neraka Jahanam. Ia
telah dicelupkan ke dalam laut sebanyak dua kali; seandainya tidak
demikian, niscaya Allah tidak akan menjadikan padanya suatu manfaatpun
bagi seseorang.
Ini dengan syarat Sahihain, tetapi mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini.
Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam kitab sahihnya melalui suatu jalur.
Al-Bazzar meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Mas'ud dan Abu Sa'id Al-Khudri:
"نَارُكُمْ هَذِهِ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا"
Api kalian ini merupakan suatu bagian dari tujuh puluh bagian.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيُّ-عَنْ سُهَيل عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُريرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "هَذِهِ النَّارُ جُزْءٌ مِنْ مِائَةِ جُزْءٍ مِنْ
جَهَنَّمَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, dari
Sahl, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Api ini merupakan suatu bagian dari seratus bagian api neraka
Jahanam.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid dari jalur ini, tetapi harus dengan syarat Muslim pula.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو
الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ،
حَدَّثَنَا مَعْن بْنُ عِيسَى الْقَزَّازُ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ عَمّه أَبِي
سُهَيل، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُريرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَتُدْرُونَ مَا مَثَلُ نَارِكُمْ
هَذِهِ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ؟ لَهِيَ أَشَدُّ سَوَادًا مِنْ دُخَانِ
نَارِكُمْ هَذِهِ بِسَبْعِينَ ضِعْفًا"
Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Amr Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul
Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepada kami Ma'an ibnu Isa
Al-Qazzaz, dari Malik, dari pamannya Abu Suhail, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tahukah
kalian bagaimana perumpamaan api kalian ini bila dibandingkan dengan api
neraka Jahanam. Sesungguhnya api neraka Jahanam itu lebih hitam asapnya
daripada api kalian ini dengan tujuh puluh kali lipatnya.
Abu Mus'ab telah meriwayatkannya dari Malik, tetapi ia tidak me-rafa '-kannya.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan:
عَنْ عَبَّاسٍ الدَّوريّ، عَنْ يَحْيَى ابْنِ أَبِي بُكَيْر: حَدَّثَنَا
شَرِيكٍ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيرة قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُوقِدَ عَلَى
النَّارِ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى احْمَرَّتْ، ثُمَّ أُوقِدَ عَلَيْهَا أَلْفَ
سَنَةٍ حَتَّى ابْيَضَّتْ، ثُمَّ أُوقِدَ عَلَيْهَا أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى
اسْوَدَّتْ، فَهِيَ سَوْدَاءُ مُظْلِمَةٌ"
dari Abbas Ad-Dauri, dari Yahya ibnu Bukair, telah menceritakan kepada
kami Syarik, dari Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang
meiigatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Api neraka dinyalakan
selama seribu tahun hingga memerah, kemudian dinyalakan lagi selama
seribu tahun hingga memutih, kemudian dinyalakan lagi selama seribu
tahun hingga menghitam, maka api neraka itu hitam lagi gelap.
Hadis ini telah diriwayatkan pula melalui Anas dan Umar ibnul Khattab.
Dan telah disebutkan di dalam hadis yang ada pada Imam Ahmad:
مِنْ طَرِيقِ أَبِي عُثْمَانَ النَّهدي، عَنْ أَنَسٍ -وَأَبِي نَضْرَةَ
العَبْديّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وعَجْلان مَوْلَى المُشْمَعّل، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ -عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ: "إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلَانِ
يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ"
melalui jalur Abu Usman An-Nahdi, dari Anas, dari Abu Nadrah Al-Ma'badi,
dari Abu Sa'id dan Ajlan maula Al-Musyma'il, dari Abu Hurairah, dari
Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ahli neraka yang paling
ringan azabnya ialah seseorang yang mengenakan sepasang terompah, yang
otaknya mendidih karenanya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ: يَا رَبِّ، أَكَلَ بَعْضِي
بَعْضًا، فَأَذِنَ لَهَا بنَفَسين: نَفَسٌ فِي الشِّتَاءِ، وَنَفَسٌ فِي
الصَّيْفِ. فَأَشُدُّ مَا تَجِدُونَ فِي الشِّتَاءِ مِنْ بَرْدِهَا،
وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ فِي الصَّيْفِ مِنْ حَرِّهَا"
Neraka mengadu kepada Tuhannya, untuk itu ia berkata, "Ya Tuhanku,
sebagian dariku memakan sebagian yang lainnya, " maka diberi izin
baginya untuk mengeluarkan dua kali hembusan napasnya; sekali di musim
dingin dan yang sekali lagi di musim panas. Maka yang sangat dingin yang
kamu jumpai di musim dingin bersumber darinya. Dan panas yang amat
terik yang kamu jumpai di musim panas, bersumber dari panasnya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"إِذَا اشْتَدَّ الْحُرُّ فَأَبْرِدُوا عَنِ الصَّلَاةِ، فَإِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيح جَهَنم"
Apabila panas sangat terik, maka tunggulah sampai panasnya menurun dan
jangan salat dahulu, karena sesungguhnya panas yang memuncak itu
merupakan embusan dari neraka Jahanam.
Keadaan manusia pada saat itu, sangat beragam jenisnya, sesuai dengan tingkat amalannya waktu didunia. Diantaranya adalah:
1. Ada yang berdiri dibawah sinar mentari yang begitu panas, sehingga peluh dan keringat membasahi tubuhnya.
Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits shahih
yang diriwayatkan dari Sahabat Miqdad bin Aswad radhiyallahu 'anhu, ia
berkata: "Aku pernah mendengar Rasulallahu Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( تُدْنَى الشَّمْسُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ
مِيلٍ,- قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَ اللهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي
بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمْ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ
الْعَيْنُ - قَالَ: فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي
الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ
وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا. قَالَ: وَأَشَارَ
رَسُولُ الله ِr بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ )) [رواه مسلم ]
"Matahari akan didekatkan kepada makhluk kelak pada hari kiamat, sampai
ada diantara mereka yang jaraknya sejauh satu mil -(berkata Sulaim bin
Amir, salah seorang perawi hadits ini; 'Demi Allah, aku tidak tahu
apakah yang dimaksud dengan mil itu adalah jarak yang ada didunia atau
yang dimaksud yaitu sejauh mata memandang')-. Rasulallah meneruskan;
'Adapun keringat mereka maka sesuai dengan amalan yang ia kerjakan
ketika didunia, di antara mereka ada yang sampai lututnya, ada yang
sampai betisnya, ada yang sampai dipinggangnya, bahkan ada yang sampai
kemulutnya. Berkata rawi; 'Dan Rasulallah mengisyaratkan dengan tangan
ke mulutnya".
Dalam hadits lain disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu, bahwasannya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( يَعْرَقُ النَّاسُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ
ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ)) [ رواه البخاري و
مسلم ]
"Kelak pada hari kiamat seluruh manusia mengucurkan keringat,
sampai-sampai ada yang keringatnya membasahi bumi tujuh puluh dira',
sehingga menutupi mereka sampai ketelinganya".
2. Di antara mereka ada yang berdiri dibawah mentari disetrika dengan api neraka.
Hal itu berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( مَا مِنْ صَاحِبِ
ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ
يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ
عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ
وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ
خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى
سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ )) [رواه مسلم ]
"Tidaklah, seorang yang mempunyai harta emas dan perak yang tidak ia
tunaikan kewajibannya (tatkala didunia) melainkan pada hari kiamat kelak
akan dibuatkan baginya seterika dari lempengan neraka yang dicelup
kedalam nereka, lalu diseterikakan kesamping kiri dan kanan, serta
punggungnya. Apabila telah dingin maka dikembalikan lagi seperti semula,
pada suatu hari yang sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal itu
dialami sampai diputuskan perkaranya para hamba (Oleh Allah) sehingga
dia dapat melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka".
3. Ada yang menelungkup dibawah injakan kaki binatang sembari digigiti olehnya.
Seperti yang telah disebutkan dalam haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata: 'Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : (( مَا مِنْ صَاحِبِ
إِبِلٍ وَلَا بَقَرٍ وَلَا غَنَمٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِذَا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ تَطَؤُهُ
بِأَخْفَافِهَا وَأَظْلَافِهَا وَتَعَضُّهُ بِأَفْوَاهِهَا كُلَّمَا مَرَّ
عَلَيْهِ أُولَاهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِي يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ
فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ ))
[رواه مسلم ]
"Tidaklah, seorang yang mempunyai harta onta, atau sapi dan kambing yang
dia tidak tunaikan kewajibannya (ketika didunia) melainkan pada hari
kiamat kelak mereka semua akan menginjak-injak mencakar serta
menginggitnya, tatkala sembuh yang pertama maka dikembalikan seperti
semula. Pada hari yang sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal
itu sampai diputuskan perkaranya para hamba (oleh Allah) sehingga pada
akhirnya dia melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka".
4. Dan tidak sedikit pula yang berada dibawah naungan ar-Rahman Tabaraka wa Ta'ala.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang masyhur, dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:
الْإِمَامُ الْعَادِلُ , وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ , وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ , وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ , وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ , فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ , وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا
تُنْفِقُ شِمَالُهُ , وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا , فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ )) .. [رواه البخاري ومسلم]
"Ada tujuh golongan yang akan berada dibawah naungan Allah, pada hari
yang tidak ada naungan kecuali naunganNya. (mereka adalah) Imam yang
adil, pemuda yang gemar ibadah, orang yang hatinya selalu merindukan
masjid, dua orang yang berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah,
dan seorang pria yang diajak zina oleh wanita yang cantik jelita, lalu
mengatakan: 'Sungguh aku takut kepada Allah', orang yang bersedekah
sembunyi-sembunyi, sampai tangan kirinya tidak mengetahuinya apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya, dan orang yang menyebut nama Allah
tatkala sendirian matanya menangis (karena takut)".
5. Di antara mereka ada yang berada dibawah naungan sedekahnya.
Berdasarkan sebuah hadits, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu,
beliau berkata: 'Aku mendengar Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam
pernah bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( كُلُّ
امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ أَوْ قَالَ:
يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ )) [رواه أحمد]
"Tiap insan akan berada dibawah naungan sedekahnya, sampai dipisah
antara sesama insan. Atau beliau mengatakan; 'Sampai dihukumi manusia".
Setelah berlalu waktu yang begitu panjang tersebut, yang penuh dengan
kegalutan dan kesulitan menunggu dipadang Mahsyar, maka selanjutnya:
Allah Tabaraka wa Ta'ala mengizinkan manusia untuk mencari Syafa'at.
Kejadian yang menegangkan tersebut, tergambar dengan jelas dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas bin
Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِذَا كَانَ يَوْمُ
الْقِيَامَةِ مَاجَ النَّاسُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ فَيَأْتُونَ آدَمَ
فَيَقُولُونَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ
عَلَيْكُمْ بِإِبْرَاهِيمَ فَإِنَّهُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ فَيَأْتُونَ
إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُوسَى
فَإِنَّهُ كَلِيمُ اللَّهِ فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا
وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِعِيسَى فَإِنَّهُ رُوحُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ
فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ
بِمُحَمَّدٍ r فَيَأْتُونِي فَأَقُولُ أَنَا لَهَا فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى
رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي وَيُلْهِمُنِي مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لَا
تَحْضُرُنِي الْآنَ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ
سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ
وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ)) ] رواه البخاري ومسلم
"Pada hari kiamat kelak manusia berbondong-bondong mendatangi Adam, lalu
memelas kepadanya dengan mengatakan: 'Mintakanlah syafa'at kepada
Rabbmu'. Namun beliau beralasan, Itu bukan bagianku, akan tetapi
datanglah kalian kepada Ibrahim, sesungguhnya beliau adalah kekasih
Allah, lanjutnya. Lalu mereka mendatangi Ibrahim, dan beliau mengatakan;
'Aku tidak sanggup, datanglah kepada Musa, sesungguhnya dia adalah
kalimu Rahman (orang yang diajak bicara oleh Allah), maka mereka
mendatangi Musa, akan tetapi beliau mengatakan: 'Aku tidak mampu', namun
pergilah kalian ke Isa, sesungguhnya dia adalah ruh dan kalimatnya
Allah'. Selanjutnya mereka mendatangi Isa, beliau mengatakan; 'Itu bukan
bagianku, akan tetapi pergilah kalian kepada Muhammad'. Mereka kemudian
mendatangiku, maka aku katakan; 'Akulah yang akan maju'. Lalu aku
meminta izin kepada Rabbku, dan diizinkan. Kemudian aku diilhami dengan
puji-pujian yang aku haturkan, yang belum aku ketahui sekarang. Maka aku
memuji dengan puji-pujian tersebut sambil sujud'. Lalu Allah berfirman;
'Wahai Muhammad, angkat kepalamu, katakan maka akan didengarkan,
mintalan pasti akan diberi, berilah syafa'at maka akan dikabulkan".
Setelah Allah Ta'ala Mengizinkan Nabi Muhammad meminta syafa'at serta
mengabulkannya, maka datanglah Allah ke tempat perhimpunan tersebut.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan datanglah Tuhanmu sedang Malaikat berbaris-baris". (QS al-Fajr: 22).
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ
ٱلۡكِتَٰبُ وَجِاْيٓءَ بِٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَقُضِيَ بَيۡنَهُم
بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ٦٩ وَوُفِّيَتۡ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا
عَمِلَتۡ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِمَا يَفۡعَلُونَ ﴾ [الزمر: 69-70]
"Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan)
Rabbnya, dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan
didatangkanlah Para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara
mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan
bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih
mengetahui apa yang mereka kerjakan". (QS az-Zumar: 69-70).
Lalu di nampakan setiap amalan para hamba, tatkala didunia.
Hal sebagaimana yang tertera di dalam firman Allah Azza wa jalla:
قال الله تعالى : ﴿ هَٰذَا كِتَٰبُنَا يَنطِقُ عَلَيۡكُم بِٱلۡحَقِّۚ
إِنَّا كُنَّا نَسۡتَنسِخُ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ﴾ [الجاثية: 29]
"(Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan
terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa
yang telah kamu kerjakan". (QS al-jaatsiyah: 29).
Dan juga firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلۡزَمۡنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِي
عُنُقِهِۦۖ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ
مَنشُورًا ١٣ ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ
حَسِيبٗا ﴾ [الإسراء: 13-14]
"Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya
(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya
pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu". (QS al-Israa': 13-14).
Tatkala manusia melihat catatan amalannya mereka semua mengakuinya.
Allah Azza wa jalla menjelaskan hal itu dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ
مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا
ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةٗ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَاۚ
وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا ﴾
[الكهف: 49]
"Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:
"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil
dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka
dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Rabbmu tidak
Menganiaya seorang pun". (QS al-Kahfi: 49).
Namun ketika mereka semua sudah mengakuinya, mereka berbalik mengingkarinya.
Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ إِلَىٰ رَبِّكَ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡمُسۡتَقَرُّ ١٢
يُنَبَّؤُاْ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذِۢ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ ١٣ بَلِ
ٱلۡإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِيرَةٞ ١٤ وَلَوۡ أَلۡقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ ﴾
[القيامة: 12-15]
"Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. Pada hari
itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang
dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.
Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya". (QS al-Qiyaamah: 12-15)
Bila keadaannya seperti itu, maka Allah menghadirkan bukti yang akan bersaksi atas perbuatannya.
Apabila manusia sudah mengakui perbuatannya tatkala didunia, kemudian
mereka mengelak maka Allah menghadirkan bukti konkrit dengan
mendatangkan saksi-saksi, diantara saksi-saksi tersebut yaitu:
a. Angggota Badan
Ia dihadirkan sebagai saksi atas perbuatan yang pernah dilakukannya
ketika didunia, hal itu, sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah
Azza wa jalla:
قال الله تعالى : ﴿ ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٰهِهِمۡ
وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ
يَكۡسِبُونَ ﴾ [سورة يس: 65]
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu
mereka usahakan". (QS Yaasiin: 65).
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيۡهِمۡ
سَمۡعُهُمۡ وَأَبۡصَٰرُهُمۡ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴾
[سورة فصلت: 20]
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan
kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka
kerjakan". (QS Fushshilat: 20)
b. Para malaikat yang kita telah diperintahkan untuk mengimani adanya,
dengan masing-masing tugas yang mereka pikul. Seperti halnya:
Yang pertama: Malaikat yang ditugaskan untuk mencatat semua ucapan kita. Hal itu seperti yang tertera dalam firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى : ﴿ إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ
وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ ١٧ مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ
رَقِيبٌ عَتِيد ﴾ [سورة ق :17-18]
"(Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas
yang selalu hadir". (QS Qaaf: 17-18).
Kedua: Para Malaikat yang ditugasi untuk mencatat segala perbuatan kita.
Allah Azza wa jalla berfirman menegaskan hal tersebut dalam ayatNya:
"Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu).
Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS al-Infithaar: 11-12).
Ketiga: Para Malaikat yang bertugas mencatat sholat lima waktu yang
dihadirinya. Berdasarkan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah radhiyallah 'anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( الْمَلَائِكَةُ
يَتَعَاقَبُونَ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ
وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ
إِلَيْهِ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ
فَيَقُولُ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ
يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ يُصَلُّونَ )) [ رواه البخاري ]
"(Ada para malaikat yang bergantian tugas), yaitu malaikat malam dengan
malaikat siang. Mereka biasanya berkumpul pada waktu sholat shubuh dan
sholat ashar, kemudian para malaikat malam naik kelangit menghadap
Allah, lalu Allah bertanya pada mereka. Sedangkan Dia Maha Mengetahui,
Allah bertanya bagaimana keadaan para hambaKu ketika kamu tinggalkan.
Mereka menjawab; 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami
jumpai mereka pun sedang sholat".
Keempat: Para malaikat yang ikut hadir pada waktu sholat jum'at untuk
mencatat amal kebajikan. Hal itu berdasarkan haditsnya Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِذَا كَانَ يَوْمُ
الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ
الْمَلَائِكَةُ يَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ
الْإِمَامُ طَوَوْا الصُّحُفَ وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ )) [ رواه
البخاري ]
"Apabila hari jum'at, adalah para Malaikat berada pada tiap pintu masjid
untuk mencatat siapa orangnya yang datang paling awal, dan jika imam
naik mimbar maka mereka semua menutup buku catatannya guna ikut
mendengarkan khutbah".
Kelima: Para Malaikat yang bertugas menjaga serta melindungi dirinya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ
خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ ﴾ [سورة الرعد : 11]
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah..".
(QS ar-Ra'd: 11).
c. Bumi di mana ia dulu berpijak.
Berdasarkan firman Allah Ta'ala:
"Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. karena sesungguhnya Tuhanmu
telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya". (QS az-Zalzalah:
4-5).
Manakala Allah Ta'ala telah menetapkan amal perbuatan insan dengan
menghadirkan saksi-saksi sebagi penguat, maka amal perbuatan mulai
dihisab. Lalu dibentangkan timbangan guna menimbang amalan para hamba.
Hal itu berdasarkan firman Allah Azza wa jalla:
قال الله تعالى : ﴿ وَنَضَعُ ٱلۡمَوَٰزِينَ ٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ
ٱلۡقِيَٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٞ شَيۡٔٗاۖ وَإِن كَانَ مِثۡقَالَ
حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٍ أَتَيۡنَا بِهَاۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ ﴾
[سورة الأنبياء : 47]
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya
seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah
Kami sebagai pembuat perhitungan". (QS al-Anbiya': 47).
Al-Hafidh al-Hakami mengatakan dalam bait syairnya:
Timbangan adalah benar adanya, tak ada kedhaliman
Tiada ditimbang dari hamba kecuali amalannya
Orang yang berhasil, dialah yang kebajikannya lebih banyak
Sedangkan yang buruk tenggelam bersama kejelekannya
Barangsiapa yang lebih banyak kebajikan dari amal jeleknya maka dia selamat.
Allah Ta'ala berfirman akan hal itu dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ وَٱلۡوَزۡنُ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡحَقُّۚ فَمَن ثَقُلَتۡ
مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٨ وَمَنۡ خَفَّتۡ
مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُم بِمَا
كَانُواْ بَِٔايَٰتِنَا يَظۡلِمُونَ ﴾ [سورة الأعراف: 8-9]
"Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), Maka barangsiapa
berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Kami". (QS al-A'raf: 8-9).
Kemudian diberikan ijazah keberhasilannya, yaitu sebuah kitab yang diterima dari sebelah kanan, serta pengumuman kesuksesannya.
Dalam surat al-Haaqah, secara panjang lebar Allah menjelaskan hal tersebut. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ
فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ ١٩ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي
مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ ٢١ فِي جَنَّةٍ
عَالِيَةٖ ٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٞ ٢٣ كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيَٓٔۢا
بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ﴾ [سورة الحاقة :
19-24]
"Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kanannya, Maka Dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)".
Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab
terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai.
Dalam syurga yang tinggi. Buah-buahannya dekat. (Kepada mereka
dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah
kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (QS al-Haaqqah: 19-24).
Siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka dialah orang yang merugi dan gagal.
Allah Tabaraka wa ta'ala berfirman menggambarkan akan hal itu:
قال الله تعالى : ﴿ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ
خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُواْ بَِٔايَٰتِنَا يَظۡلِمُونَ ﴾
[الأعراف: 9]
"Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, Maka itulah orang-orang
yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari
ayat-ayat kami".(QS al-A'raaf: 9).
Maka dilemparkan ijazah kegagalannya, sambil diterima kitabnya dari sebelah kiri, lantas diumumkan dihadapan khalayak.
Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta'ala di dalam firmanNya:
قال الله تعالى : ﴿ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ
فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا
حِسَابِيَهۡ ٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧ مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي
مَالِيَهۡۜ ٢٨ هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ٣٠ ثُمَّ
ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ ٣١ ثُمَّ فِي سِلۡسِلَةٖ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ
ذِرَاعٗا فَٱسۡلُكُوهُ﴾ [الحاقة: 32-25]
"Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,
Maka Dia berkata: "Wahai alangkah baiknya jika kiranya tidak diberikan
kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap
diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.
Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang
kekuasaanku daripadaku. "(Allah berfirman): "Peganglah dia lalu
belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api
neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang
panjangnya tujuh puluh hasta". (QS al-Haaqqah: 25-32).
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ١٠
فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورٗا ١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا ١٢ إِنَّهُۥ كَانَ
فِيٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا ١٣ إِنَّهُۥ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ ١٤ بَلَىٰٓۚ
إِنَّ رَبَّهُۥ كَانَ بِهِۦ بَصِيرٗا ١٥ ﴾ [الانشقاق: ١٠، ١٥]
"Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan
berteriak: "Celakalah aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di
kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia menyangka
bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan
demikian), yang benar, sesungguhnya Rabbnya selalu melihatnya". (QS
al-Insyiqaaq: 10-15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar