Gempa bumi adalah goncangan besar dan keributan yang sangat. Alloh berfirman:
إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),” (QS. az-Zalzalah [99]: 1)
Imam al-Baghowi rahimahullah berkata, “Gempa adalah goncangan dahsyat yang menakutkan.”
Gempa dan Tsunami Dalam Catatan Sejarah
Barang siapa yang menelaah sejarah, niscaya akan mengetahui bahwa
peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami tidak hanya ada pada zaman
sekarang, namun telah ada semenjak dahulu kala sebagaimana dipaparkan
secara detail tempat dan tanggal kejadiannya oleh Imam Ibnul Jauzi dalam
al-Mudhisydan as-Suyuthi dalam Kasyfu Sholsholah ’An Wasfi Zalzalah.
Setiap peristiwa bersejarah tersebut memuat hikmah dan pelajaran bagi
setiap orang yang berakal. Tidak mungkin kami sebutkan semua peristiwa
tersebut, namun cukuplah kita merenungi salah satu kisah tsunami
berikut:
Jumadil Ula, 460 H. Bumi membelah, memuntahkan isi perutnya.
Guncangannya dirasakan hingga di kota Rohbah dan Kufah. Air laut
menyusut sejauh jarak perjalanan satu hari, terserap oleh bumi hingga
terlihatlah permukaan bumi dasar laut yang bertabur permata dan berbagai
bentuk batu unik lainnya. Orang-orang pun berhamburan untuk memungut
setiap batu unik yang tampak. Tanpa diduga, ternyata tiba-tiba air laut
kembali pasang dan menyapu mereka hingga sebagian besar mereka tergulung
dan meninggal dunia.
Apakah yang dapat kita petik dari kisah di atas?! Salah satu di antaranya, agar kita tidak tertipu dengan dunia yang menipu!!
Di Indonesia sendiri, gempa bumi akhir-akhir ini sering terjadi.
Faktor Penyebab Gempa
Seringkali kita membaca komentar para penulis dan ilmuwan di media pasca
kejadian gempa bumi atau tsunami yang mengatakan bahwa faktor penyebab
terjadinya gempa hanyalah karena faktor alam dan letak geografis daerah
bencana yang dekat dengan laut. Namun, benarkah hanya sekadar itu
sebagai faktor penyebab terjadinya gempa?! Tidakkah ada faktor lain yang
lebih dominan daripada itu?!
Gempa pertama pada masa Islam terjadi pada zaman Umar bin Khoththob
radhiyallahu ‘anhu. Simaklah ucapan Shofiyyah radhiyallahu ‘anha:
“Pernah terjadi gempa bumi di Madinah pada masa Umar radhiyallahu
‘anhusehingga beberapa pagar roboh, lalu Umar berkhotbah: ‘Wahai
penduduk Madinah, alangkah cepatnya kalian berubah. Demi Alloh,
seandainya gempa terulang lagi maka saya akan keluar dari kalian (karena
khawatir menimpa dirinya juga).’”
Perhatikanlah alangkah cerdasnya pemahaman Khalifah Umar! Tatkala beliau
mendapati peristiwa aneh yang belum pernah terjadi pada zaman Nabi
shallallahu ‘alayhi wasallam , maka beliau mengetahui bahwa umat ini
telah berbuat suatu hal baru yang menjadikan Alloh mengubah keadaan
bumi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahulloh berkata,
“Gempa termasuk tanda kekuasaan Alloh yang Alloh timpakan untuk
menimbulkan ketakutan pada hamba-Nya, seperti halnya gerhana matahari
atau bulan dan peristiwa-peristiwa dahsyat semisalnya. Kejadian-kejadian
tersebut memiliki sebab dan hikmah. Salah satu hikmahnya adalah untuk
menimbulkan ketakutan. Adapun faktor penyebabnya, di antaranya adalah
meluapnya uap dalam bumi sebagaimana air dan angin yang meluap di tempat
yang sempit. Kalau meluap, sejatinya tentu ingin cari tempat keluar
sehingga bumi terpecah dan terjadi gempa di bumi sekitar. Adapun ucapan
sebagian orang bahwa sebabnya adalah karena kerbau menggerakkan
kepalanya sehingga menggerakkan bumi, maka ini adalah kejahilan yang
sangat nyata. Seandainya benar demikian, niscaya akan terjadi gempa pada
seluruh bumi padahal tidak demikian perkaranya.”
Adapun penisbatan peristiwa ini kepada alam semata, maka itu termasuk
kebodohan dan kelalaian yang jauh dari tuntunan agama. Syaikh Muqbil bin
Hadi al-Wadi’irahimahullah telah membantah pemikiran ini secara panjang
lebar dalam risalahnya yang berjudul Idhohul Maqol Fi Asbabi Zilzal war
Roddu ’Ala Malahidah Dzulal. Di akhir kitab tersebut, beliau
mengatakan,
“Dari penjelasan yang lalu dapat disimpulkan bahwa gempa bumi bisa jadi
cobaan dari Alloh dan bisa jadi peringatan dari Alloh karena dosa hamba.
Dan semua itu dengan takdir Alloh sebagaimana telah lalu dalilnya.
Adapun orang yang mengatakan karena sebab alam jika maksudnya adalah
dengan takdir Alloh dan karena sebab dosa maka tidak kontradiksi dengan
dalil, namun bila mereka berkeyakinan hanya sekadar faktor alam semata
maka ini sangat bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits dan
ini merupakan pemikiran yang menyimpang”.
Gempa Menurut Ilmu Kebatinan
Gempa bumi dengan kategori kekuatan besar dan menghancurkan tetap
bekerja sebagai seleksi alam, serta gerakan harmonisasi alam semesta. Di
mana alam semesta beserta penghuninya mengalami perubahan-perubahan
dan gerak tarik-ulur, dan saling tarik menarik. Antara gerakan
negatif-destruktif dengan gerakan positif konstruktif. Untuk kasus gempa
bumi, sisi misteriusnya adalah, gempa bumi merupakan gejolak amuk alam
tetapi bukan berarti terjadi disorder dan disharmoni alam semesta.
Sebaliknya biasanya tetap berlaku rumus keadilan.
Alam bergolak TIDAK DENGAN CARA PENGECUT. Gejolak alam TIDAK akan
berlangsung secara diam-diam atau mencuri-curi kesempatan bak seorang
pecundang. Sebaliknya, alam semesta menjalankan “permainan” secara
fairplay, sebelumnya selalu bersuara lantang menyampaikan pesan-pesan
kepada seluruh penghuninya, meliputi hutan, gunung, sungai, dimensi gaib
dengan makhluk halus penghuninya, serta binatang dan manusia.
Seluruh isi dan makhluk penghuni bumi ini, pada kenyataannya MANUSIALAH
YANG PALING NDABLEK, MATA & TELINGANYA sengaja dibuat TULI hanya
karena alasan berlebihan takut tergoda bujukan setan yang gemar
menyesatkan iman. Padahal setan itu melekat sejak akil baliq (usia
dewasa) pasti bersemayam di dalam tubuh setiap insan, sebab setan itu
tiada lain kiasan untuk nafsu negatif manusia, “setan” sebagai gambaran
nilai-nilai negatif yang paradoksal kebalikan dari nilai-nilai
“ketuhanan” yang serba positif. Ketakutan berlebihan itu, pada
kenyataannya hanya menghasilkan kesadaran jahiliah, kesadaran yang
terkungkung oleh unsur jasadiah meliputi rasio dan emosi nafsu negatif,
namun sudah merasa diri orang paling benar di dunia.
Ilmu-ilmu dan alat-alat untuk membaca pesan-pesan alam telah lama
ditinggalkan manusia. Ngelmu titen, ngelmu kawaskitan, dll yang
dijadikan sarana membaca warning dalam bahasa alam dianggap sumber
musrik dan tahyul oleh manusia-manusia picik dan dangkal kesadarannya
hanya karena tidak memakai bahasa tanah suci. Padahal ilmu-ilmu tersebut
sangat ilmiah bila dijelaskan secara komprehensif dan esensial. Ilmu
yang mampu untuk mencermati apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bila kita
mampu membaca pesan-pesan dalam bahasa alam, maka kita akan weruh
sadurunge winarah.
Menjadikan kita lebih hati-hati dan waspada, mengerti dengan betul-betul
apa yang harus dilakukan dengan arif dan bijaksana. Lantas apa
manfaatnya jika kita menafikkan ilmu-ilmu untuk membaca bahasa Tuhan ?
Bukanlah menjadi tidak sesat dan iman tergoda, namun hasilnya tidak lain
adalah kegagalan untuk bisa “nggayuh kawicaksananing Gusti”. Jadi
orang yang kagetan dan gumunan, dan tidak tahu akan dirinya yang sejati.
Manusia-manusia yang berwatak gumunan dan kagetan mudah bersikap gegabah
bilamana bencana dahsyat (mega disaster) benar-benar melanda seantero
negeri ini. Menjadi orang yang tak pernah menyadari apa yangs
esungguhnya sedang terjadi. Kini zaman serba terbalik (wolak-waliking
zaman), di mana orang suci dianggap kotor, orang kotor dianggap suci.
Bandit menjelma bagaikan syeh, sebaliknya “syeh” yang sebenarnya justru
diruduh sebagai seorang bandit yang kafir. Ulama spiritual sejati
diangap sebagai orang sesat, sementara itu orang yang benar-benar
keblinger dianggap orang pinter (alim). Tampilan kulit luar nan
mempesona, yang indah manakjubkan dianggapnya sebagai isi dan tujuan
yang dicari selama ini. Sedangkan isi yang sesungguhnya berujud
belatung, namun dibayang-bayangkan sebagai “madu murni asli sumbawa”.
Wolak-waliking zaman !! Banyak orang merasa diri bersih, suci, bener,
pener, pas, soleh-solikah, padahal dirinyalah yang termasuk orang-orang
keblinger itu.
Dikiaskan dalam jongko sebagai setan yang berlagak manusia soleh: Ana
setan riwa-riwa minda manungsa anggawa agama. Akeh kang padha
katambuhan. Ada “setan berbulu” yang berlagak menjadi manusia yang ahli
agama (alim ulama). Banyak orang yang tertipu tetapi tidak merasa
tertipu. Itulah tanda-tanda zaman di saat ini. Alam pun menyambutnya
dengan gebrakan dahsyat, gempa bumi, banjir besar, tsunami, distorsi
cuaca yang sangat gawat, wabah penyakit aneh (pagebluk).
Di mana-mana banyak perang karena emosi angkara manusia berebut CARI
BENERNYA SENDIRI, cari butuhnya sendiri, cari menangnya sendiri. Dalam
bertuturpun tanpa ampun, hati tega nian gemar menghakimi orang lain
secara sadis dan hina, dengan hanya berdasarkan keyakinan asal-asalan,
bukan menghakimi dengan data otentik dan kesaksian pasti nan sejati.
Seolah dirinya tahu segalanya akan hakekat kehidupan sejati, seolah-olah
pernah mati dan pernah menjelajah di alam kehidupan sejati.
Padahal dasar pengetahuan dan keyakinannya sangat lemah, hanya omonge,
ujare, ceunah ceuk ceunah, kabar kabur, kabur-kanginan. Sebaik apapun
keyakinan tetap saja sekedar KONSEP BERFIKIR dan konsep beryakin (menata
hati untuk percaya saja). Tak peduli walau dirinya tak pernah mengalami
dan menyaksikan sendiri akan nilai-nilai ketuhanan. Just never say that
: “keyakinan itu hanya perlu diyakini saja, karena manusia MUSTAHIL
bisa tahu apa yang terjadi di alam kehidupan sejati, jika belum pernah
mati. Kalimat itu, hanya berlaku bagi :
Siapapun yang enggan mengolah rahsa sejati. Yang hanya mengandalkan
kesadaran jasadiah, meliputi kesadaran rasio yang teramat terbatas
kemampan nalarnya.
Siapapun yang kesadaranya didominasi oleh kekuatan emosi / nafsu-nafsu negatif.
Berlaku bagi siapapun yang tidak mengenal konsep “setan” dengan sungguh-sungguh.
Bagi siapapun yang terjebak oleh belenggu ketakutan berlebihan akan sesat dan godaan iman.
Siapapun yang kesadarannya terbelenggu oleh dogma-dogma yang penuh intimidasi dosa-nerakawi dan iming-iming pahala-surgawi.
Sementara itu, sebuah tradisi lama leluhur bangsa ini telah membutikan
bahwa tanpa harus mati terlebih dulu, sebenarnya manusia diberikan
kesempatan “melongok” apa yang sesungguhnya terjadi di dalam panggung
“alam kelanggengan” di mana terdapat kehidupan sejati, yang langgeng tan
owah gingsir. Para pembaca yang budiman, mari kita kembali ke tema
semula, mengungkap sedikit demi sedikit tabir misteri di balik bencana
alam, khususnya gempa bumi. Berikut ini saya paparkan gejala umum akan
terjadinya gempa.
Gejala Umum
Gempa bumi sangat mematikan biasanya terjadi pada saat banyak orang
sudah terbangun dari tidur pulas, misalnya siang hari atau di saat
pergantian waktu antara malam ke siang hari atau sebaliknya, siang hari
ke malam hari. Tepatnya waktu antara jam 05.00 s/d 08.00 pagi atau sore.
Jadi, bisa dikatakan gempa bumi mematikan tidak terjadi pada saat
mayoritas orang sedang terlelap tidur. Sehingga pantas dikatakan bahwa
“sing sopo leno keno“, siapapun yang terlena (tidak eling waspada) akan
menjadi korban.
Gempa bumi dahsyat tidak terjadi pada saat orang sedang terlelap dalam
tidur misalnya saat-saat antara jam 24.00 s/d 03.00 malam. Mungkin hal
ini merupakan rumus/prinsip keadilan Tuhan, atau kearifan hukum
alam/kodrat alam.
Gempa bumi tidak terjadi pada saat daratan terjadi bencana alam mislanya
banjir. Karena musibah bencana alam biasanya tidak terjadi bersamaan,
namun bergantian antara bencana yang datang dari daratan, udara, dan
lautan.
Gempa bumi tektonik terjadi di saat musim kering, atau musim kemarau.
Sebaliknya musim penghujan sangat jarang terjadi gempa bumi. Kecuali
gempa vulkanik dari gunung berapi.
Gempa bumi tektonik konon tidak terjadi pada hari selasa. Gempa bumi
juga tidak terjadi pada saat terjadi hujan lebat dan badai sedang
menimpa daratan.
Setelah terjadi gempa besar, biasanya akan segera turun hujan sangat
lebat pada malam harinya. Kejadian ini bisanya berlangsung hingga 3
kali/hari berturut-turut setiap malam hari. Setelah gempa besar, apabila
tidak terjadi hujan di malam harinya, hendaknya ekstra hati-hati karena
akan terjadi gempa susulan yang lebih besar. Apabia pasca gempa
tektonik yang besar tidak terjadi hujan, hendaknya ekstra hati-hati
terhadap gempa susulan yang kemungkinan besar akan terjadi.
Tanda-tanda Alamiah
Beberapa minggu dan hari sebelum terjadi gempa besar, biasanya akan
muncul awan hitam mulai siang hingga sore hari. Kemunculannya hanya
sekali dua kali/hari, setelah itu lenyap dengan sendirinya. Ciri-ciri
awan hitam tersebut seolah bagaikan mendung tetapi tidak menghasilkan
hujan, warnanya hitam keabu-abuan bergumpal, tetapi rata menutupi
seluruh ruang pandang di langit. Awan hitam itu seolah jaraknya dengan
bumi terasa sangat rendah/dekat. Tidak ada angin, suasana mencekam,
hening namun terkesan sangat mistis (beraura energi kuat).
Cermati bila keadaan di atas mulai tampak. Coba anda konsentrasi di
dalam rumah dan coba juga di luar rumah, apakah badan anda merasa
panas/gerah atau malah cenderung dingin ? Jika anda tidak merasakan
gerah, seyogyanya anda lebih hati-hati.
Langit cerah dan bersih, kadang terdapat gumpalan awan putih dengan
membentuk sebuah konfigurasi yang aneh dan unik. Kadang muncul
knfigurasi seperti pusaka misalnya keris, kujang, rencong, ekor kuda,
tongkat vertikal. Kadang berbentuk menyerupai wayang kulit, wajah
raksasa, wajah bola mata manusia dst. Berbagai konfigurasi awan yang
aneh-aneh tersebut merupakan gejala yang dipengaruhi oleh radiasi energi
bumi, kondisi tekanan udara yang mengalami distorsi oleh adanya desakan
energi bumi yang melebihi kewajaran. Masing-masing konfigurasi awan
memiliki arti dan makna sendiri-sendiri. Untuk menerjemahkannya pun
perlu keahlian khusus setelah kita terbiasa mengolah rahsa pangrasa.
Di samping itu, saat sebelum gempa suhu terasa sangat panas menyengat
melebihi kewajaran biasanya. Bahkan pada saat anda di dalam ruangan atau
rumah sekalipun. Rasakan dan cermati hawa panas semacam ini, biasanya
secara spontan membuat perasaan menjadi panik, gundah, gelisah. Itulah
panasnya hawa bebendu, sampai terasa panas di daun telinga kita, panas
seperti dipanggang api. Bila kita merasakan hawa dan gejala alam seperti
ini hendaklah meningkatkan kewaspadaan, biasanya hawa panas tersebut
merupakan radiasi dari tegangan energi dari dalam lempeng bumi yang siap
terlepas menjadi energi gempa bumi tektonik yang besar. Hawa panas
semacam ini dapat kita rasakan dalam jarak hingga ribuan kilometer.
Misalnya posisi kita sedang di Jakarta, lalu merasakan hawa panas
tersebut, yang menjadi gejala akan terjadi gempa di wilayah Papua,
Maluku, Ambon, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung. Hawa panas
tersebut bisa di rasakan dari mana arah datangnya. Nah, arah itulah
menunjukkan lokasi tempat di mana akan terjadi gempa bumi.
Rasakan aura panas “bebendu” tersebut, yang terasa mengalir dari dalam
tanah, melewati permukaan tanah lalu naik ke atas menjadi radiasi yang
kuat.
Bila anda tidur di bawah tidak di atas ranjang, berarti anda langsung
bersentuhan dengan bumi. Saat itu anda bisa berkonsentrasi dan memasang
indera batin dan kalbu anda untuk mencermati suara yang berasal dari
bawah permukaan tanah, atau yang berasal dari dalam bumi. Apabila
terdengar suara gemuruh, terkadang disertai letupan dan dentuman kecil,
hendaknya kewaspadaan ditingkatkan. Karena suara gemurh dan
dentuman-dentuman itu merupakan proses pergerakan lempeng bumi yang akan
berubah menjadi kekuatan gelombang tektonik.
Tanda-tanda Khusus
Bagi yang telah terbiasa olah batin dan menajamkan rasa pangrasa, atau
rahsa sejati akan lebih mudah membaca peringatan dini dari
sinyal-sinyal yang dipancarkan dalam gerak-gerik makhluk penghuni alam
semesta ini.
Beberapa minggu misalnya antara 4 s/d 12 minggu sebelumnya, kita dapat
menyaksikan peristiwa spektakuler, di mana terjadi eksodus besar-besaran
oleh masyarakat “halus” dari arah mata angin tertentu menuju ke satu
arah yang lain. Misalnya dari arah selatan ke arah utara. Disebut
masyarakat karena mereka hidup berkelompok, juga membuat suatu koloni
yang saling berinteraksi di antaranya. Masyarakat “halus” itu rupanya
sudah merasakan suhu panas yang terpancar dari pusat gempa (episentrum).
Walaupun gempa belum terjadi, namun energi tektonik yang tertahan dan
terakumulasi di dalam lapisan kulit bumi dalam sekian lama waktunya akan
menimbulkan spleteran energi yang terasa panas dan membuat badan terasa
gerah sekali. Panas itulah yang membuat mereka tidak betah/kuat lalu
“mengungsi” menjauhi pusat-pusat panas calon episentrum tersebut. Hal
ini pernah terjadi 3 bulan sebelum gempa Jogja. Dan 2 bulan sebelum
gempa Bengkulu akhir tahun 2007 lalu.
Perilaku binatang yang tidak wajar alias keluar dari pakem kebiasaannya.
Misalnya kucing, anjing, mencari tempat-tempat yang dingin untuk
berteduh/tidur. Biasanya kucing dan anjing betah di tempat-tempat yang
hangat dan panas. Kicau burung emprit gantil yang semakin intensif
terdengar di malam hari, padahal biasanya emprit gantil berkicau di
pagi, siang, dan sore hari.
Hewan dan binatang melata, binatang yang hidup di dalam rongga tanah
keluar berkeliaran pada waktu-waktu diluar kebiasaannya, berkeliaran ke
tempat-tempat yang tidak biasa disambangi atau menjadi habitat hidupnya.
Demikian pengetahuan sederhana yang bisa saya share untuk para pembaca
yang budiman, semoga bermanfaat bagi kebaikan bersama. Tulisan ini
antara lain sebagai upaya bersyukur secara konkrit, karena Gusti Ingkang
Murbeng Gesang telah memberikan anugrah hingga nyawa kami selamat dari
keganasan gempa tektonik yang melanda wilayah Bantul, Yogya, Sleman,
Kulonprogo, Klaten dan sekitarnya pada 27 Mei tahun 2006 lalu yang
merenggut nyawa kurang lebih 8000 orang meninggal dunia, 350 ribu rumah
hancur lebur, 38.000 orang luka berat dan ringan. Dengan ngelmu-ngelmu
warisan leluhur tersebut, Gusti Hyang Manon mengijinkan kami “weruh
sadurunge winarah” sehingga dapat melakukan antisipasi menjaga
keselamatan keluarga dan seluruh orang-orang terdekat. Meskipun gagal
meyakinkan pejabat dan pemegang tampuk pemerintahan tertinggi negeri ini
untuk melakukan langkah antisipasi.
Walau tatapan batin ini masih suram sekali memandang ke depan, namun
tetap saja harapan kami tak bergeming, semoga bencana alam dan bencana
kemanusiaan segera usai, saya percaya suatu saat nanti akan tiba
waktunya, “habis gelap terbitlah terang”. Dan di saat itulah kelak
banyak orang sadar diri bahwa selama ini “kebenaran” yang erat-erat
digenggamnya, ternyata imitasi, “jauh panggang dari api”.
Tafsir Surat Al-Zazalah
Saat bumi berguncang dan saat itu bumi mengeluarkan apa yang
dikandungnya. Itulah di antara kejadian pada hari kiamat yang akan kita
telaah pada tafsir surat Al Zalzalah kali ini.
Allah Ta’ala berfirman,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ
أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ
أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ
النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6)
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi
telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia
bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan
(yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari
kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada
mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 1-8)
Dalam surat ini, Allah mengabarkan apa yang terjadi pada hari kiamat di
mana saat itu bumi bergoncang begitu dahsyatnya dan meruntuhkan segala
yang ada di atasnya. Juga akan diterangkan bagaimanakah setiap amalan
baik dan jelek akan menuai balasannya.
Bumi Bergoncang
Ibnu ‘Abbas berkata mengenai ayat,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat)“, maksudnya
adalah bumi bergoncang dari bawahnya. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7:
627).
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat lainnya,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).” (QS. Al
Hajj: 1).
Bumi Mengeluarkan Isinya
Dalam ayat selanjutnya disebutkan,
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
“dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.”
Paraulama katakan bahwa ayat tersebut berarti bumi mengeluarkan mayit
yang ada di dalamnya. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 9: 627.
Hal ini semisal dengan ayat,
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4)
“Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al Insyiqaq: 3-4).
Apa yang Sebenarnya Terjadi dengan Bumi?
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
“Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?” Maksudnya di
sini sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Katsir, bumi sebelumnya dalam
keadaan tenang lalu berubah keadaannya menjadi bergoncang. Itu sudah
jadi ketentuan Allah, tidak ada yang bisa menolaknya. Ketika bergoncang,
keluarlah berbagai mayit dari orang terdahulu dan orang belakangan.
Bumi Berbicara …
Ketika itu bumi pun berbicara,
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”
Syaikh As Sa’di rahimahullahmenerangkan, “Bumi menjadi saksi bagi setiap
orang yang telah beramal dahulu di atasnya. Bumi dahulu telah menjadi
saksi amalan setiap hamba. Dan Allah memerintahkan untuk memberitahukan
amalan-amalan manusia, perintah ini harus dijalankan (jangan
didurhakai).” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 932).
Bumi Menjadi Saksi bagi Orang yang Rajin Berdzikir
Ibnul Qayyim berkata, “Orang yang senantiasa berdzikir di jalan, di
rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu
akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena
tempat-tempat tadi, semisal gunung dan tanah, akan menjadi saksi baginya
di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ
أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ
أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi
telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia
bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan
(yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)”. Lihat Al
Wabilush Shoyyib, hal. 197.
Manusia Keluar …
Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka.” Maksudnya adalah pada hari kiamat, manusia dikeluarkan dari
bumi dalam keadaan beraneka ragam lalu ditampakkan kebaikan dan
kejelekan yang pernah mereka lakukan, kemudian mereka akan melihat
balasannya.
Balasan bagi yang Berbuat Baik dan yang Berbuat Jelek
Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Ini adalah balasan bagi yang berbuat baik dan jelek. Walau yang
dilakukan adalah sebesar dzarrah (ukuran yang kecil atau sepele), maka
itu akan dibalas. Tentu lebih pantas lagi jika ada yang beramal lebih
dari itu dan akan dibalas. Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا
عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا
بَعِيدًا
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan
(dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin
kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh.” (QS. Ali
Imran: 30).
وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).” (QS. Al Kahfi: 49).
Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah, “Ayat ini
memotivasi untuk beramal baik walau sedikit. Begitu pula menunjukkan
ancaman bagi yang beramal jelek walau itu kecil.” (Taisir Al Karimir
Rahman, hal. 932).
Hanya Allah yang memberi taufik untuk mengingat hari akhir dan memberi petunjuk beramal sholeh.
Amalan-Amalan Ketika Terjadi Gempa
Ketika gempa bumi menyapa, bila tsunami menghampiri manusia, ketika para
korban berjatuhan meninggal dunia, ketika bangunan hancur
berkeping-keping menjadi tanah, ketika para wanita menjadi janda dan
anak-anak menjadi yatim tanpa orang tua … pada saat itu semua hendaknya
kita semua lebih mendekatkan diri kepada Alloh, mengingat akhirat,
segera bertaubat, bersemangat ibadah, dan tidak tertipu dengan dunia
yang fana. Berikut ini beberapa amalan yang hendaknya dilakukan ketika
gempa dan tsunami terjadi:
1. Taubat kepada Alloh
Sesungguhnya peristiwa ini akan membuahkan bertambahnya iman seorang
mukmin, memperkuat hubungannya dengan Alloh subhaanahu wa ta’aala. Dia
sadar bahwa musibah-musibah ini tidak lain dan tidak bukan adalah akibat
dosa-dosa anak manusia berupa kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan.
Tidaklah terjadi suatu malapetaka melainkan karena dosa, dan malapetaka
itu tidak akan dicabut oleh Allohsubhaanahu wa ta’aala kecuali dengan
taubat.
Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Kadang-kadang Alloh
mengizinkan bumi bernapas sehingga mengakibatkan gempa dan tsunami yang
dahsyat, sehingga hal itu menjadikan ketakutan kepada Alloh, kesedihan,
taubat dan berserah diri kepada Alloh.”
2. Banyak berdzikir, do’a, dan istighfar kepada Alloh
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Obat yang paling mujarab untuk
mengobati bencana adalah memperbanyak tasbih.” Imam as-Suyuthi
rahimahullah berkomentar, “Hal itu karena dzikir dapat mengangkat
bencana dan adzab, sebagaimana firman Alloh:
فَلَوْلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُسَبِّحِينَ ﴿١٤٣﴾ لَلَبِثَ فِى بَطْنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿١٤٤﴾
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Alloh, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari berbangkit.” (QS. ash-Shoffat [37]: 143–144)
Renungkanlah juga bersama saya firman Alloh:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿٣٣﴾
“Dan Alloh sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Alloh akan mengadzab mereka,
sedang mereka meminta ampun” (QS. al-Anfal [8]: 33)
Ayat mulia ini menunjukkan bahwa ada dua hal yang dapat melindungi
manusia dari adzab. Pertama, adanya Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi
wasallam di tengah-tengah manusia dan ini bersifat sementara. Kedua,
istighfar dan meninggalkan segala dosa dan ini bersifat seterusnya
sekalipun Nabi shalallahu ‘alayhi wasallamtelah meninggal dunia.
3. Membantu para korban bencana
Saudaraku, bila kita sekarang dalam kenikmatan dan kesenangan, kita bisa
makan, minum, dan memiliki rumah, maka ingatlah saudara-saudaramu yang
terkena bencana. Saat ini mereka sedang kesusahan dan kesulitan. Maka
ulurkanlah tanganmu untuk membantu mereka semampu mungkin. Rosululloh
shallallahu ‘alayhi wasallambersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang membantu menghilangkan kesusahan seorang mukmin di
dunia, maka Alloh akan menghilangkan kesusahan darinya besok di hari
kiamat.” (HR. Muslim (2699))
Terlebih lagi orang kaya, pengusaha, pemerintah, dan bangsawan,
hendaknya mereka mengeluarkan hartanya untuk membantu para korban.
Dahulu, tatkala terjadi gempa pada masa Kholifah Umar bin Abdul Aziz
rahimahullah, beliau menulis surat kepada para gubernurnya untuk
bershodaqoh dan memerintah rakyat untuk bershodaqoh.
Dan hendaknya para relawan saling membantu dan saling melengkapi antar
sesama sehingga terwujudlah apa yang menjadi tujuan mereka, jangan
sampai ada terjadi pertengkaran atau perasaan bahwa dia adalah orang
yang paling pantas dibanding lainnya.
4. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sebagaimana tadi kita sebutkan bahwa termasuk faktor terjadinya gempa
adalah dosa umat manusia maka hendaknya hal itu dihilangkan, salah satu
caranya dengan menegakkan dakwah, saling menasihati, dan amar ma’ruf
nahi munkar sehingga mengecillah kemungkaran. Adapun bila kita acuh tak
acuh dan mendiamkan kemungkaran maka tak ayal lagi bencana tersebut akan
kembali menimpa kita.
لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ
دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟
يَعْتَدُونَ ﴿٧٨﴾ كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍۢ فَعَلُوهُ ۚ
لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ ﴿٧٩﴾
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud
dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu. (QS. al-Ma’idah [5]: 78–79)
Wallohu A'lam