Kiamat dari segi bahasa artinya adalah kebangkitan, Secara istilah
Kiamat bisa diartikan sebagai Hari Kebangkitan seluruh umat manusia dari
Nabi Adam sampai manusia terakhir. Istilah tentang Kiamat ini diyakini
oleh umat agama Islam, Kristen dan Yahudi.
Lalu kapan akan terjadi hari kiamat? Jawaban yang tepat mengenai
pertanyaan tadi adalah Wallahu A'lam atau Hanya Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang Mengetahuinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا
عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ
ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً
ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا
عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat: ‘Kapankah terjadinya.’
Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah
pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi
makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya
penge-tahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi
ke-banyakan manusia tidak mengetahui.’” [Al-A’raaf: 187]
Firman Alloh SWT;
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ
اللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari Berbangkit. Katakanlah:
‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Berbangkit itu hanya di sisi
Allah.’ Dan tahukah kamu wahai (Muhammad), boleh jadi hari Berbangkit
itu sudah dekat waktunya.” [Al-Ahzaab: 63]
Akan tetapi ada beberapa teks yang bersumber dari Rasulullah SAW
mengenai ciri ciri dan tanda tanda akan terjadinya Kiamat Kubro atau
Kiamat Besar yang sudah sangat dekat dengan sekarang.
Perlu pembaca ketahui bahwa Kiamat terbagi menjadi 2, Kiamat Sughra
(Kecil) dan Kiamat Kubro (Besar). Kiamat Kubro tidak akan terjadi jika
tanda tanda Kiamat Sughro belum banyak yang muncul. dan dibawah ini
adalah beberapa ciri dan tanda Kiamat Sughro.
Orang ramai bicara tentang kiamat, saat kehancuran bumi yang kemudian
diikuti dengan dibangkitkannya manusia kembali. Kini semakin ramai
diperbincangkan kembali. Bukan masalah ada atau tidaknya kiamat, karena
hampir semua orang percaya adanya kiamat. Yang sedang hangat
didiskusikan adalah kapan kiamat itu tiba.
Alam dunia adalah salah satu fase kehidupan yang dilalui oleh manusia,
suatu saat nanti dunia ini akan berakhir dan manusia berpindah kepada
fase kehidupan berikutnya yaitu alam akhirat. Akhir kehidupan dunia
inilah yang disebut kiamat.
Sesungguhnya setiap makhluk hidup ‘apakah itu manusia, hewan, atau
tumbuh-tumbuhan’ memiliki tanda-tanda dari akhir kesudahan hidupnya di
dunia. Tanda-tanda dekatnya kematian manusia adalah rambut beruban, tua,
sakit, atau lemah. Begitu juga halnya dengan hewan, hampir sama dengan
manusia. Sementara tumbuhan warna menguning, kering, jatuh, lalu
hancur. Demikian juga alam semesta, memiliki tanda-tanda akhir masanya
seperti kehancuran dan kerusakan.
Kiamat disebut juga dengan Sa’ah. Sa’ah asalnya adalah sebagian malam
atau siang. Dikatakan juga bahwa sa’ah segala sesuatu berarti waktunya
hilang dan habis. Dari makna ini, sa’ah atau kiamat mengandung dua
macam, yaitu:
Sa’ah khusus bagi setiap makhluk, seperti tanaman, binatang dan manusia
ketika mati; dan bagi sebuah umat jika datang ajalnya. Itu semua
dikatakan telah datang saatnya.
Sa’ah umum bagi dunia secara keseluruhan ketika ditiup sangkakala, maka hancurlah segala yang di langit dan di bumi.
Bagaimana dengan kiamat yang sebenarnya? Tentu saja lebih dahsyat,
lebih besar, dan lebih mengerikan. Al-Quran banyak menyebutkan tentang
kejadian di hari kiamat. Tanpa keraguan sedikit pun, kaum muslimin
meyakini bahwa kiamat memang akan tiba. Kepastian terjadinya ditetapkan
oleh dalil-dalil al-Quran dalam jumlah yang banyak.
Tanda Tanda Kiamat Kecil
Diantara tanda tanda Kiamat Kecil ialah terjadi banyak fitnah,
pembunuhan merajalela, manusia di zaman itu suka berbuat keji dan
kemungkaran seperti zina, ber mabuk mabukan, judi, mereka tidak malu
berbuat keji bahkan bangga jika perbuatannya itu dilakukan secara
terang-terangan. Sehingga, orang yang berpegang teguh pada agamanya
diumpamakan seperti menggenggam bara api di tangannya.
Selain itu tanda-tanda kiamat kecil adalah dicabutnya ilmu agama, jumlah
wanita melebihi jumah pria, banyak orang yang suka memakai sutera dan
perabotan dari emas, munculnya para dai yang menyesatkan, para pemimpin
yang menyimpang, amanat disia-siakan dengan diserahkan kepada orang yang
bukan berpengalaman.
Demikian pula, di zaman itu akan jarang turun hujan, sering terjadi
bencana, gempa, banjir, gunung meletus. harga-harga barang akan naik
tajam, kaum perempuan keluar dengan berpakaian tapi pada hakikatnya
tidak menutupi tubuhnya.
Tanda-tanda kiamat kecil yang lain ialah terjadi perang antara Yahudi
dan Islam. Akhirnya kaum muslimin membunuh mereka sampai akhirnya
orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pepohonan, lalu pohon
atau batu tersebut berbicara, “Wahai orang muslim, wahai hamba Allah!
Ini orang Yahudi di belakangku. Kemari, bunuh dia!” Kecuali pohon
Gharqad, karena sesungguhnya pohon Gharqad termasuk pohon orang Yahudi.
Di masa itu waktu akan berjalan sangat cepat, sehingga setahun seperti
sebulan, sebulan seakan-akan hanya satu jam, dan satu jam hanya seperti
bara api yang membakar dengan cepat.
Dan diantara tanda-tanda kiamat kecil yang lain adalah banyak orang yang
menyia-nyiakan sholat, menuruti hawa nafsunya sendiri, orang pembohong
dibenarkan dan diikuti, orang jujur dianggap pendusta, orang yang suka
berkhianat dianggap dapat dipercaya, orang yang bisa dipercaya dianggap
berkhianat. Alquran akan hilang. Yang tersisa hanyalah tulisannya akan
tetapi tidak banyak yang membaca dan mengamalkannya.
Banyak sekali dalil tentang hal ini, di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اُعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِيْ، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ
الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيْكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ،
ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِيْنَارٍ
فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لاَ يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ
إِلاَّ دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُوْنُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي
اْلأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُوْنَ فَيَأْتُوْنَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِيْنَ غَايَةً،
تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اِثْنَا عَشَرَ أَلْفًا.
“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari Kiamat: (1) wafatku, (2) penaklukan
Baitul Maqdis, (3) wabah kematian (penyakit yang menyerang hewan
sehingga mati mendadak) yang menyerang kalian bagaikan wabah penyakit
qu’ash yang menyerang kambing, (4) melimpahnya harta hingga seseorang
yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, (5)
timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun
melainkan pasti memasukinya, dan (6) terjadinya perdamaian antara kalian
dengan bani Asfar (bangsa Romawi), namun mereka melanggarnya dan
mendatangi kalian dengan 80 kelompok besar pasukan. Setiap kelompok itu
terdiri dari 12 ribu orang.” [HR. Al-Bukhari (no. 3176), dari Sahabat
‘Auf bin Malik Radhiyallahu anhu.]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai
fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR.
Al-Bukhoriy no.989 dan Muslim no.157)
Juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا.
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah: diangkatnya
ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, dan merajalelanya
perzinaan.” [HR. Al-Bukhari (no. 80).]
Tanda Tanda Kiamat Besar
Kemudian munculnya tanda-tanda yang kedua, yaitu tanda-tanda Kiamat yang
besar sebagai tanda telah dekatnya hari Kiamat. Penulis khususkan
pembahasan tentang sebagian tanda-tanda Kiamat yang besar, karena ada
sebagian orang (golongan) yang menolak tentang tanda-tanda besar
tersebut berdasarkan akal, ra’yu dan hawa nafsu. Padahal para ulama
Ahlus Sunnah sudah membahas permasalahan ini dalam kitab-kitab tafsir,
kitab-kitab hadits, dan kitab-kitab ‘aqidah mereka.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani tentang adanya tanda-tanda Kiamat
yang besar (kubra) seperti, keluarnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi
‘Isa Alaihissallam dari langit, Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari
dari barat, dan yang lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ
رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ
آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ
قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا
مُنْتَظِرُونَ
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Ma-laikat kepada
mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabb-mu atau
kedatangan sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman
seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia
(belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah:
‘Tunggu-lah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula).’” [Al-An’aam:
158]
Dalam hadits Hudzaifah bin usaid radhiallahu ‘anhu tentang 10 tanda-tanda hari kiamat yang diriwayatkan oleh Muslim.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ
بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ فِي جَزِيْرَةِ
الْعَرَبِ، وَالدُّخَانُ، وَالدَّجَّالُ، ودَابَّةٌ، وَيَأْجُوْجُ
وَمَأْجُوْجُ، وَطُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنَارٌ تَخْرُجُ
مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ، وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ
Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda:
(1) penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan
bumi di barat, (3) penenggelaman permukaan bumi di Jazirah Arab, (4)
keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya binatang besar, (7)
keluarnya Ya’juj wa Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9)
api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang meng-giring manusia, serta
(10) turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam
Rasulullah saw bersabda,
ثَلاَثٌ إِذَا خَـرَجْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ
آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِـي إِيْمَانِهَا خَيْرًا طُلُوْعُ
الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ
“Ada tiga perkara yang jika keluar maka tidak akan berguna lagi keimanan
orang yang belum beriman sebelumnya; atau belum mengusahakan kebaikan
yang dilakukan dalam keimannya. Ketiga perkara itu adalah: terbitnya
matahari dari barat, Dajjal dan binatang bumi.” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوْجًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ عَلَـى النَّاسِ ضُحًى فَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ
قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيْبًا
“Sesungguhnya tanda-tanda (Kiamat) yang pertama kali muncul adalah
terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada
waktu Dhuha. Mana saja yang lebih dahulu muncul, maka yang satunya akan
terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.” (HR. Muslim)
Terjadi Khasf (penenggelaman bumi/Gempa) di timur, barat dan di negeri arab
Khasf yang dimaksudkan di sini, bukanlah terjadinya gerhana sebagaimana
yang dikatakan oleh sebagian orang. Akan tetapi khasf yang merupakan
tanda hari kiamat adalah ditenggelamkannya manusia ke dalam bumi,
sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an ketika Allah subhanahu wa Ta’ala
berfirman tentang Qarun yang tidak bersyukur dengan kenikmatan yang
telah diberikan kepadanya:
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ … القصص: 81
Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi… (al-Qashash: 81)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan bahwa terjadinya
adzab tersebut adalah ketika manusia telah tenggelam dalam kemaksiatan
dan dosa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Umu
Salamah radhiallahu ‘anha . Beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
سَيَكُوْنُ بَعْدِي خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ
بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُخْسَفُ اْلأَرْضُ
وَفِيْهَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:
إِذَا أَكْثَرَ أَهْلُهَا الْخَبَثَ. (رواه الطبراني في معجم الأوسط)
“Akan terjadi setelahku khasf di timur, di barat dan di negeri arab”.
Saya katakan: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apakah
manusia akan ditenggelamkan, padahal di tengah-tengah mereka ada
orang-orang yang shalih?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Ya, jika mayoritas penduduknya telah banyak melakukan
kemaksiatan (dosa).” (HR. Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath).
Ibnu Hajar al-Atsqalani rahimahullah berkata: “Telah didapati khasf di
beberapa tempat, namun bisa jadi yang dimaksud dengan kejadian khasf
tersebut adalah sesuatu yang luar biasa (lebih dari biasanya). Apakah
lebih dahsyat kejadiannya, atau lebih luas daerah yang ditenggelamkannya
atau ukurannya”. (Lihat Fathul Bari, juz 13 hal. 84)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai
fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR.
Al-Bukhoriy no.989 dan Muslim no.157)
Munculnya Asap (ad-Dukhan)
Tanda-tanda hari kiamat kubra yang berikutnya adalah munculnya asap. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ (10) يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ. الدخان: 10-11
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (ad-Dukhan: 10-11)
Ayat ini merupakan ancaman kepada kaum musyrikin Quraisy khususnya dan
orang-orang kafir umumnya bahwa Allah subhabahu wa Ta’ala akan
menurunkan adzab kepada mereka berupa asap yang akan menutupi mereka
seluruhnya.
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang asap di dalam ayat
tersebut, apakah yang akhirnya menimpa kaum Quraisy ketika itu berupa
panas dan kemarau panjang serta kelaparan? atau asap yang akan datang
sebagai tanda hari kiamat yang besar yang disebutkan dalam hadits-hadits
yang shahih?
Di antara mereka yang berpendapat dengan pendapat pertama adalah Ibnu
Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Ketika ada seorang dari negri Kindah
menyatakan tentang asap yang akan datang pada hari kiamat yang akan
memekakan telinga-telinga kaum munafiqin dan membutakan mata-mata
mereka, beliau marah sambil berkata:
مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلْ:
اللهُ أَعْلَمُ، فَإِنَّ مِنَ الْعِلْمِ أَنْ يَقُوْلَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ
لاَ يَعْلَمُ. فَإِنَّ اللهَ قاَلَ لِنَبِيِّهِ: قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ
عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ .
Barangsiapa yang memiliki ilmu maka katakanlah! Dan barangsiapa yang
tidak memiliki ilmu maka katakanlah: ‘Allahu a’lam!” Karena sesungguhnya
termasuk ilmu adalah ucapan orang pada apa yang dia tidak tahu: “aku
tidak tahu”. Sesungguhnya Allah telah mengatakan kepada nabi-Nya:
((“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada
kalian dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang
mengada-adakan (memaksakan diri”)).
Kemudian Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya kaum
Quraisy tidak mau menerima Islam, kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mendoakan atas mereka:
أَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسِنِيْنَ كَسِنِيْ يُوْسُفَ.
Ya Allah tolonglah aku untuk mengalahkan mereka dengan kelaparan seperti
yang terjadi pada zaman nabi Yusuf. (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir dan
Muslim dalam Shifatul Qiyaamah).
Maka terjadilah kemarau panjang dan kelaparan, hingga sebagian mereka
binasa dan sebagian lainnya memakan bangkai-bangkai dan tulang-tulang.
Ketika itu setiap orang melihat seakan-akan di antara langit dan bumi
ada asap. (Atsar riwayat ad-Darimi juz 1/62; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’
Bayaanil Ilmi, juz 2/51; Baihaqi dalam al-Madkhal no. 797; al-Khathib
al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqih; melalui nukilan Hilyatul
Alimi al-Mu’allim, hal. 59)
Pendapat ibnu mas’ud radhiallahu ‘anhu ini sesuai dengan konteks ayat di
atas yang mengancam kaum Musyrikin Quraisy. Namun demikian, tidak
menafikan ancaman umum kepada seluruh orang-orang kafir dan musyrikin
dengan asap yang turun menjelang hari kiamat kelak. Karena dalil-dalil
yang shahih tentang tanda-tanda kiamat kubra sebagaimana disebutkan
dalam hadits Hudzaifah di antaranya adalah munculnya ad-dukhan (asap).
Kemarahan yang diucapkan oleh Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu di atas
bukanlah karena beliau menafikan munculnya asap menjelang hari kiamat,
tetapi karena beliau mengerti orang tersebut berbicara tanpa ilmu dengan
mengatakan bahwa asap tersebut dapat membutakan mata dan memekakan
telinga. Karena dalam riwayat lain, Ibnu Mas-‘ud mengatakan ada dua
asap, salah satunya telah terjadi dan yang lain akan datang menjelang
hari kiamat.
Dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا أَوِ
الدُّخَانَ أَوِ الدَّجَّالَ أَوِ الدَّابَّةَ أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ
أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ . رواه مسلم في الفتن وأشرط الساعة
Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya enam perkara: terbitnya
matahari dari arah barat, datangnya asap, munculnya Dajjal, keluarnya
ad-Dabbah (binatang yang dapat berbicara), kematian atau datangnya hari
kiamat yang merata. (HR. Muslim dalam al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai
fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR.
Al-Bukhoriy no.989 dan Muslim no.157)
Fitnah Dajjal di Zaman Akhir
Jika ditinjau dari sisi bahasa, makna Dajjal berarti banyak berdusta dan
menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan menipu, ada pengikutnya
ataupun tidak, maka dia adalah Dajjal. Demikianlah yang diistilahkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka. Beliau
menjelaskan hal ini dalam banyak hadits seperti yang diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat (no. 3340 dalam
Kitabul Manaqib dan no. 6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim
rahimahullahu dalam dua tempat (no. 8 dalam Muqaddimah dan no. 5205
dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah) dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيْمَتَانِ
يَكُوْنُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيْمَةٌ دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ
وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ ثَلاَثِيْنَ
كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ
وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ
وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيْكُمُ
الْمَالُ فَيَفِيْضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ
صَدَقَتَهُ وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ فَيَقُوْلَ الَّذِي يَعْرِضُهُ
عَلَيْهِ: لاَ أَرَبَ لِي بِهِ؛ وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي
الْبُنْيَانِ وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُوْلُ:
يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ؛ وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ يَعْنِي آمَنُوا أَجْمَعُوْنَ فَذَلِكَ
حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ
قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga dua kelompok besar saling
berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang
seruan mereka adalah satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi
pendusta hampir 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah,
dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi
muncul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah
kalian sehingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan
menerima shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang
namun orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang
berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada
sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya
matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah barat di
saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka itulah
waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya
dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai untuk
menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat. Para
dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Dajjal (Dajjal
Shogir). Dan bila disebutkan Dajjal secara mutlak (tanpa keterangan
tambahan, red.) maka tidak ada yang tergambar dalam benak setiap orang
melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar), yang akan muncul di akhir
zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat dengan sifat-sifat yang sudah
jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dajjal sebagai Tanda Hari Kiamat
Munculnya Dajjal merupakan salah satu tanda hari kiamat kubra
(tanda-tanda yang besar). Artinya, tanda-tanda yang muncul mendekati
hari kiamat dan bukan tanda yang biasa terjadi. Seperti munculnya
Dajjal, turunnya ‘Isa, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terbitnya
matahari dari sebelah barat. (Lihat At-Tadzkirah karya Al-Imam
Al-Qurthubi rahimahullahu hal. 264, Fathul Bari 13/485, dan Ikmal
Mu’allim Syarah Shahih Muslim, 1/70)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan akan
munculnya Dajjal di dalam banyak hadits. Di antaranya yang diriwayatkan
oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 5228) dari An-Nawwas bin Sam’an
radhiyallahu ‘anhu:
ذَكَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ
غَدَاةٍ فَخَفَّضَ فِيْهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ
النَّخْلِ فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِيْنَا. فَقَالَ: مَا
شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً
فَخَفَّضْتَ فِيْهِ وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ
النَّخْلِ. فَقَالَ: غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ، إِنْ
يَخْرُجْ وَأَنَا فِيْكُمْ فَأَنَا حَجِيْجُهُ دُوْنَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ
وَلَسْتُ فِيْكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيْجُ نَفْسِهِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah tentang Dajjal pada
pagi hari dan beliau mengangkat dan merendahkan suaranya seakan-akan
kami menyangka dia (Dajjal) berada di sebagian pohon korma. Lalu kami
berpaling dari sisi Rasulullah. Kemudian kami kembali kepada beliau dan
beliau mengetahui hal ini, lalu beliau berkata: ‘Ada apa dengan kalian?’
Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi
hari dan engkau mengangkat serta merendahkan suara, sehingga kami
menyangka bahwa dia berada di antara pepohonan korma.’ Rasulullah lantas
bersabda: ‘Bukan Dajjal yang aku khawatirkan atas kalian. Dan jika dia
keluar dan aku berada di tengah kalian maka akulah yang akan
menyelesaikan urusannya. Dan jika dia keluar dan aku tidak berada di
tengah kalian, maka setiap orang menyelesaikan urusannya
masing-masing’.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan (no.
4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiyallahu ‘anhu:
كُنَّا قُعُوْدًا نَتَحَدَّثُ فِي ظِلِّ غُرْفَةٍ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا السَّاعَةَ فَارْتَفَعَتْ
أَصْوَاتُنَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَنْ تَكُوْنَ – أَوْ لَنْ تَقُوْمَ – السَّاعَةُ حَتَّى يَكُوْنَ
قَبْلَهَا عَشْرُ آيَاتٍ طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوْجُ
الدَّابَّةِ وَخُرُوْجُ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَالدَّجَّالُ وَعِيْسَى
ابْنُ مَرْيَمَ وَالدُّخَانُ وَثَلاَثَةُ خُسُوْفٍ خَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ
وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ
تَخْرُجُ نَارٌ مِنْ الْيَمَنِ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَسُوْقُ النَّاسَ إِلَى
الْمَحْشَرِ
“Kami sedang duduk-duduk berbincang di bayang-bayang salah satu kamar
Rasulullah. Kami berbincang tentang hari kiamat, dan suara kami pun
menjadi meninggi. Lalu beliau bersabda: ‘Tidak akan terjadi hari kiamat
sehingga muncul sepuluh tanda; yaitu terbitnya matahari dari sebelah
barat, munculnya Dajjal, munculnya asap, keluarnya binatang, munculnya
Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Isa putra Maryam, dan tiga khusuf (terbenam
ke dalam bumi), satu di timur, satu di barat dan satu di Jazirah Arab,
dan api yang keluar dari arah Yaman dari dataran terendah ‘Adn yang
menggiring manusia ke tempat mahsyar’.”
Keluarnya ad-Dabbah (binatang yang dapat berbicara)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ
وَالْمَلآئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ) (سورة: النحل: 49)
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang berada di
langit yang belapis-lapis dan semuamakhluk yang melata di bumi dan
jugaPara malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri”
(QS An-Nahl 16 : 49).
Dalam ayat lain, Tentang keberadaan Dabbah di Langit yang berlapis-lapis (Samawat) dan Juga Pada Bumi.
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاء قَدِيرٌ)
(الشورى:29)
Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia
Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS
Asy-Syuura 42 : 29)
Syeikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir “Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan” (1/759) :
.
أي: ومن أدلة قدرته العظيمة، وأنه سيحيي الموتى بعد موتهم، و{خَلْقُ} هذه
{السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ} على عظمهما وسعتهما، الدال على قدرته وسعة
سلطانه، وما فيهما من الإتقان والإحكام دال على حكمته وما فيهما من المنافع
والمصالح دال على رحمته، وذلك يدل على أنه المستحق لأنواع العبادة كلها،
وأن إلهية ما سواه باطلة.
{وَمَا بَثَّ فِيهِمَا} أي: نشر في السماوات والأرض من أصناف الدواب التي
جعلها الله مصالح ومنافع لعباده. {وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ} أي: جمع الخلق
بعد موتهم لموقف القيامة {إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ} فقدرته ومشيئته صالحان
لذلك، ويتوقف وقوعه على وجود الخبر الصادق، وقد علم أنه قد تواترت أخبار
المرسلين وكتبهم بوقوعه.
“Diantara dalil Qudrah Allah yang besar adalah Bahwasanya Allah mampu
menghidupkan orang yang telah mati, dan(Pencipta’an langit yang
berlapis lapis dan Bumi) ini yang begitu besar (bentuk) nya dan begitu
luas (ukuran) nya. hal itu menunjukkan adanya Qudrah dan Keluasan
ilmu-Nya, dan Apa saja di dalamnya (ya’ni Qudrah dan keluasan ilmu) dari
berbagai peraturan dan hukum-hukum yang menunjukkan atas hikmahnya.
Dan apa saja didalamnya dari manfa’at dan maslahat, hal itu menunjukkan
atas rahmat-Nya, hal itu juga hal-hal yang berkaitan didalamnya dari
berbagai ibadah semuanya, dan Sesungguhnya Tuhan-Tuhan (yang disembah)
selain Allah adalah Bathil. (dan makhluk-makhluk yang melata (Dabbah)
Yang Dia sebarkan pada keduanya.) ya’ni: yang di sebarkan di
lapisan-lapisan langit
Dan Bumi dari berbagai jenis Dabbah yang Allah jadikan sebagai maslahat
dan manfa’at untuk hamba-hambaNya, (Dan Dia mampu mengumpulkan mereka
(Dabbah-Dabbah) semuanya) : ya’ni [di bangkitkan, lalu] dikumpulkan
setelah kematian mereka di saat hari Qiyamat (hal itu jika Allah
menghendaki). Maka Qudrah (Kemampuan) dan Masyi’ah (Kehendak) sangat
berkaitan erat atas hal tersebut…” (“Al-Karimir Rahman fi Tafsiri
Kalamil Mannan” (Tafsir “Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan”))
Ada Sejenis Dabbah Asing Dari Dalam Bumi, dan Akan Keluar Ke Permukaan
Bumi (Sebelum Datang Hari Kiyamat), Binatang ini Akan Berbicara Pada
Manusia.
Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ
اْلأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لاَ
يُوقِنُونَ. النمل: 82
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis
binatang dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa
sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.(an-Naml:
82)
Selain ayat di atas, dalil-dalil dari hadits tentang akan keluarnya ad-Dabbah ini sangat banyak, di antaranya:
Hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas yang diriwayatkan oleh Muslim tentang beramallah sebelum datang enam perkara.
Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
ثَلاَثٌ إِذَا خَرَجْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ
آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا طُلُوعُ
الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ. رواه مسلم
في كتاب الإيمان 2/195 بشرح النواوي
Tiga perkara jika telah keluar, maka tidak berguna lagi bagi seseorang
keimanannya yang belum beriman sebelumnya atau belum beramal kebaikan
sedikit pun sebelumnya: terbitnya matahari dari barat, munculnya Dajjal
dan keluarnya ad-Dabbah. (HR. Muslim dalam kitab al-Iman juz 2/195
dengan syarh Imam Nawawi)
Hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى وَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ
قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا. رواه مسلم في
كبات الفتن وأشرط الساعة 18/27 بشرح النواوي
Sesungguhnya awal tanda-tanda terjadinya hari kiamat adalah terbitnya
matahari dari arah tenggelamnya dan keluarnya ad-Dabbah di antara
manusia pada waktu dluha. Yang mana pun keluar lebih dulu sebelum yang
lainnya, maka yang lainnya muncul di belakangnya secara dekat. (HR.
Muslim dalam kitab al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah, 18/27 dengan syarh
Imam Nawawi)
Hadits Abu Umamah radhiallau ‘anhu dalam riwayat imam Ahmad:
تَخْرُجُ الدَّابَّةُ فَتَسِمُ النَّاسَ عَلَى خَرَاطِيمِهِمْ ثُمَّ
يَغْمُرُونَ فِيكُمْ حَتَّى يَشْتَرِيَ الرَّجُلُ الْبَعِيرَ فَيَقُولُ
مِمَّنِ اشْتَرَيْتَهُ فَيَقُولُ اشْتَرَيْتُهُ مِنْ أَحَدِ
الْمُخَطَّمِينَ. رواه أحمد وصححه الألباني، انظر صحيح الجامع الصغير 3/37
وسلسلة الأحاديث الصحيحة 1/3/322
Akan keluar sejenis binatang kemudian menandai manusia di muka-muka
mereka kemudian bertambah banyaklah di tengah-tengah kalian (orang-orang
yang bertanda), hingga ketika seseorang membeli unta ditanya:“Dari
siapa engkau membeli unta ini?” Maka dia menjawab : “Aku membeli dari
salah seorang yang telah diberi tanda” (tanda kafir atau mukmin –pent).
(HR. Ahmad)
Allah memberlakukan Ajaran Tauhid pada Seluruh Makhluk Yang Ada Di
Lapisan Langit (Yaitu Malaikat) dan Makhluk Bumi [Makhluk Bumi], Karena
ketiga Makhluk ini berakal, berbeda dengan Dabbah.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93)
Tidak ada sesiapapun di langit dan di bumi melainkan dia akan datang kepada (Allah) Ar-Rahman, sebagai hamba. (QS. Maryam: 93)
Yang telah terbukti dari Dalil Al-Qur’an Maupun As-Sunnah yang Shahih Tentang Adanya Binatang Dabbah.
Sebagian manusia menafsirkan ad-Dabbah dengan berbagai macam penafsiran.
Bahkan sebagian mereka mengatakan bahwa ad-Dabbah adalah sejenis virus
yang akan membikin cacat manusia dengan tidak membawakan dalil sama
sekali kecuali dari akalnya.
Kita katakan bahwa tidak perlu kita menebak-nebak sesuatu tanpa ilmu.
Apa yang telah diberitakan kita imani, sedangkan apa yang tidak
diberitakan kita katakan wallohu a’lam.
Munculnya Ya'juj dan Ma'juj sebagai Tanda Kiamat berikutnya
Dalil Al Quran mengenai Ya'juj dan Ma'juj
Berita tentang keluarnya Ya`juj dan Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ
أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ
هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ.
Maksudnya: "Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya'juj dan Ma'juj, dan
mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah
dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba
terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai,
celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan
kami adalah orang-orang yang zalim.”
Ibnu Katsir rahimahullahu menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam
‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak
keturunan Yafits yakni nenek moyang bangsa Turki yang terkurung oleh
benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.
Sedangkan makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu
Katsir rahimahullahu: yakni turun dari tempat-tempat yang tinggi dengan
cepat dengan membuat kerosakan
Dalam Surat Al-Kahfi
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ
مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا . قَالُوا يَا
ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ
فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ
سَدًّا .
Kemudian dia menempuh suatu jalan yang lain. Hingga apabila dia telah
sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit
itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata:
“Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan
mereka?” (QS. al-Kahfi: 92 – 94)
Pada ayat di atas, Allah menceritakan seorang raja yang adil, Dzul
Qarnain yang kekuasaannya membentang dari timur hingga barat. Dia pernah
mendatangi ujung-ujung daerah kekuasaannya. Salah satu yang didatangi
Dzul Qarnain adalah sebuah kaum yang mereka menetap di daerah antara dua
gunung (baina saddain). Menurut tafsir Ibnu Abbas, dua gunung itu
antara Armenia dan Azerbaijan. (Zadul Masir, 4/250).
Kaum inilah yang mengeluhkan keberadaan Yakjuj dan Makjuj karena mereka
suka mengganggu. Sehingga mereka minta dibuatkan benteng besar yang bisa
menghalangi mereka dari kehadiran Yakjuj dan Makjuj. Bakan mereka
sanggup bayar harta, agar bisa dibuatkan benteng itu. Mereka mengatakan –
seperti yang dikutip dalam ayat di atas –,
“Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan
mereka?”
Atas permintaan ini, Dzulqarnain membuatkan tembok sangat besar yang
terbuat dari cor besi dan tembaga. Dia lelehkan besi dan tembaga dengan
semburan api, yang dibantu masyarakat kaum tersebut.
Allah ceritakan,
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ
بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ( ) آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى
إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ
نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
Dzulkarnain berkata: “Kekuasaan yang diberikan Tuhanku kepadaku
terhadapnya adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan
(manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan
mereka ( ) berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu
telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulkarnain: “Tiuplah api itu.” Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu (QS. al-Kahfi: 95 –
96)
Allah memberikan jaminan, mereka tidak akan mampu menaiki benteng itu
untuk keluar darinya dan tidak bisa mereka lubangi. Allah menegaskan di
lanjutan ayat,
فَمَا اسْطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.” (QS. al-Kahfi: 97).
Mereka terus berusaha melubanginya untuk bisa keluar dari benteng itu.
Setelah mereka berhasil membuat lubang sebesar satu jari, Allah
menutupnya kembali. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن يأجوج ومأجوج يحفرون كل يوم ، حتى إذا كادوا يرون شعاع الشمس ، قال الذي عليهم : ارجعوا فسنحفره غداً ، فيعيده الله أشد ما كان
Yakjuj dan Makjuj selalu menggali (benteng itu) setiap hari, sampai
ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka
mengatakan, “Mari kita pulang, kita lanjutkan besok.” Lalu Allah
mengembalikan bekas lubang itu lebih kuat dari sebelumnya. (HR. Ahmad
10913, Ibnu Majah 4218)
Di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, Yakjuj Makjuj telah
berhasil melubangi sebesar satu lingkaran jari telunjuk dan jempol. Dan
beliau merasa sangat cemas dan ketakutan. Zainab Radhiyallahu ‘anha
pernah menceritakan ketakutan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di
suatu malam. Beliau tiba-tiba terbangun dengan wajah pucat memerah,
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ
فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِه
Laa ilaaha illallaah, sungguh, keburukan yang akan menimpa manusia telah
dekat. Pada hari ini, benteng Yakjuj dan Makjuj telah terbuka selebar
ini. Beliau berisyarat membuat lingkaran dengan jari telujuk dan jempol.
(HR. Bukhari 3346, Muslim 7416 dan yang lainnya).
Demikianlah pendapat yang kuat dan ini keyakinan ahlus sunah. Yakjuj
Makjuj hanya akan keluar dari benteng itu, setelah Allah izinkan. Dan
itu muncul di akhir zaman, sebagai deretan tanda kedatangan kiamat.
Yakjuj Makjuj adalah nama dua suku. Mereka keturunan Adam, manusia biasa
seperti kita. Menurut Ibnu Katsir, Yakjuj Makjuj keturunan Nabi Nuh
dari jalur Yafits Abu Turk. (an-Nihayah, 1/201).
Diantara bukti bahwa Yakjuj dan Makjuj itu manusia adalah hadis dari Abu
Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
dalam hadis qudsi,
يقول الله تعالى: يا آدم, فيقول: لبيك وسعديك والخير فى يديك. فيقول تعالى:
أخرج بعث النار. قال: وما بعث النار؟ قال: من كل ألف تسعمائة وتسعة
وتسعين. فعنده يشيب الصغير( وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى
النَّاسَ سُكَارَى وَمَاهُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ )
قالو: يارسول الله وأينا ذلك الواحد؟ قال: أبشروا فإن منكم رجلا ومن يأجوج
ومأجوج ألف.
Allah berfirman, “Wahai Adam. Ia pun menjawab, “Ya, aku memenuhi panggilan-Mu, dan kebaikan ada di tangan-Mu.
Allah berfirman, “Keluarkanlah ba’tsun nar! (rombongan neraka)”
Ia bertanya, “Apakah ba’tsun nar itu?”
Allah berfirman, “Dari setiap 1000 orang, 999 orang sebagai ba’tsun nar.
Saat itulah anak kecil menjadi tua. “Dan gugurlah segala kandungan
wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
mereka sebenarnya tidak mabuk. Akan tetapi azab Allah itu sangat keras“.
(QS. al Hajj: 2)
Mereka bertanya, “Siapakah di antara kami yang termasuk orang yang satu itu?”
Beliau bersabda, “Bergembiralah! Sesungguhnya dari kalian satu orang dan
dari Ya`juj dan Ma`juj seribu orang”. (HR. Bukhari 6530).
Masih banyak beberapa informasi tentang Yakjuj dan Makjuj. Kita cukupkan
dulu, untuk mencoba menggali pelajaran darinya terkait dengan kasus
yang ditanyakan,
Pertama, bahwa yakjuj dan makjuj hanya akan keluar di akhir zaman, setelah munculnya Dajjal.
Kedua, benteng itu Allah rahasiakan. Tidak ada satupun manusia yang
tahu. Sehingga percuma orang melakukan penelitian untuk mencarinya.
Ketiga, Yakjuj dan Makjuj keluar sendiri. Setelah benteng itu rusak
dengan izin Allah. Mereka tidak dibebaskan oleh masyarakat di
sekitarnya.
Keempat, Yakjuj Makjuj itu manusia, anak keturunan Adam. Berbentuk manusia, bukan makhluk salamander.
Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam
Ya’juj dan Ma’juj adalah dari jenis manusia keturunan Adam
‘alaihissalam. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebahagian orang
bahawa mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya sahaja mereka
adalah orang-orang yang merosak serta memiliki sifat dan perangai yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia
pada umumnya.
Dalil yang menunjukkan bahawa mereka dari jenis manusia keturunan Adam
‘alaihissalam adalah apa yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari dalam
Kitabul Anbiya’ bab Qishah Ya’juj dan Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-Khudri
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: يَا
آدَمُ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ.
فَيَقُولُ: أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟
قَالَ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ
فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا
وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ
اللَّهِ شَدِيدٌ ﭼ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيُّنَا ذَلِكَ
الْوَاحِدُ؟ قَالَ: أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا وَمِنْ يَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ أَلْفًا …
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam
menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut
panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di tangan-Mu).”
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkan utusan
(penghuni) neraka.” Maka Adam bertanya: “Apa itu utusan (penghuni)
neraka?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Mereka dari setiap seribu
orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika itu
anak kecil menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang
dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-akan mabuk padahal
mereka tidak mabuk, tetapi kerana azab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
sangat keras. Kemudian para sahabat bertanya: “Siapa satu yang selamat
dari kita itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bergembiralah,
sesungguhnya penghuni neraka itu dari kamu satu dan dari Ya’juj dan
Ma’juj seribu….” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6 hal. 382)
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Adam, namun mereka memiliki
sifat khas yang berbeza dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah
perosak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun
dari gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara
dan tidak fasih, bermata kecil (sepet), berhidung kecil, lebar mukanya,
merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan lain-lain
sifat.
Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari makciknya, dia berkata:
خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ
إِصْبَعَهُ مِنْ لَدْغَةِ عَقْرَبٍ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لاَ
عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ لاَ تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ
يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ شُهْبُ
الشِّعَافِ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ
الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dalam keadaan
jarinya dibalut kerana disengat kalajengking. Baginda bersabda: “Kamu
mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kamu akan terus
memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil
(sepet) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir
dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti
perisai.” (HR. Ahmad)
Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang
Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam keadaan turun-temurun
(beranak pinak), tidak meninggal satu orang dari mereka, kecuali lahir
seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abdullah bin
‘Amr radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam
Mustadrak-nya.
Namun alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bentengi mereka dari
kita, iaitu dengan sebab menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan
kemampuannya membuat benteng yang terbuat dari besi dan tembaga.
Binasanya Ya'juj dan Ma'juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissalam
Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam hadis yang panjang. Di antaranya sebagai berikut:
إِذْ أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لاَ
يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ
وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ
فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ
بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ
حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ
دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ
فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِي اْلأَرْضِ
مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ
نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا
كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ
ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ
وَبَرٍ فَيَغْسِلُ اْلأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ
يُقَالُ لِلْأَرْضِ أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ…
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam:
Sesungguhnya aku mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan
bagi seorang pun untuk memeranginya. Maka biarkanlah mereka
hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala keluarkan
Ya’juj dan Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi.
Kemudian mereka melewati danau Thabariyah, dan meminum seluruh air yang
ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang mereka sampai di
danau tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini masih ada
airnya.” Ketika itu dikepunglah Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dan para
sahabatnya. Hingga kepala sapi ketika itu lebih berharga untuk mereka
daripada seratus dinar kamu sekarang ini. Maka Isa dan para sahabatnya
berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala pun mengirim sejenis ulat yang menyerang leher mereka. Maka
pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi bangkai-bangkai dalam
waktu yang hampir bersamaan. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur)
Nabiyullah Isa dan para sahabatnya, maka tidak didapati satu jengkal pun
tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk mereka. Maka Nabi
Isa ‘alaihissalam pun berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan burung-burung yang
lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka dan kemudian
dilemparkan di tempat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki. Kemudian
Allah kirimkan hujan yang tidak meninggalkan satu pun rumah mahupun
kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian dikatakan
kepada bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalilah berkatmu...”
(HR. Muslim)
Terbitnya matahari dari arah barat termasuk salah satu tanda hari kiamat
besar yang telah tetap berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Beberapa Dalil yang Menjadi Dasar Terjadinya Peristiwa Tersebut
1. Dalil dari Al-Qur’an.
Allah ta’ala berfirman :
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا
لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat
lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu,
atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” [QS.
Al-An’am : 158].
Beberapa hadits shahih menunjukkan bahwasannya yang dimaksudkan dengan
‘sebagian tanda-tanda (ayat)’ yang disebutkan dalam ayat di atas adalah
terbitnya matahari dari arah barat. Hal itu merupakan perkataan
kebanyakan mufassiriin (ahli tafsir).
Telah berkata Ath-Thabariy – setelah menyebutkan perkataan mufassiriin tentang ayat ini - :
وأولى الأقوال بالصواب في ذلك ما تظاهرت به الأخبار عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ذلك حين تطلع الشمس من مغربها
“Perkataan yang lebih mendekati kebenaran tentang perkara itu adalah apa
yang datang dengannya khabar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, bahwasannya beliau bersabda : ‘Hal itu terjadi ketika matahari
terbit dari arah barat”.
Asy-Syaukaniy berkata :
فإذا ثبت رفع هذا التفسير النبوي من وجه صحيح لا قادح فيه، فهو واجب التقديم، محتَّم الأخذ به
“Apabila telah tetap akan marfu’-nya tafsir nabawiy ini dari jalan yang
shahih tanpa ada cacat di dalamnya, maka wajib untuk mendahulukan dan
mengambil/ menerimanya”.
2. Dalil dari As-Sunnah Ash-Shahiihah
Hadits-hadits yang menunjukkan terbitnya matahari dari arah barat sangat banyak, diantaranya :
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا
أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في
إيمانها خيرًا
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat.
Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka
berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan
seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan
kebaikan di masa imannya”.Shahih Al-Bukhari, Kitaabul-Fitan (13/81-82 –
bersama Al-Fath).
Dari hadits diatas dikatakan bahwa : “Apabila ia telah terbit (dari arah
barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua”.kata2 ini
bermaksud mengungkapkan bahwa jika kaum muslimin hanya melihat atau
mengklaim bahwa negeri syam berada di barat berdasarkan banyak orang yg
mengatakan negeri syam itu di timur tengah, dan langsung saja mereka
semua mengimaninya (tanpa ditelusuri lagi sejarahnya dengan pandangan yg
luas).
Imam Ahmad dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :
حفظتُ من رسول الله صلى الله عليه وسلم حديثًا لم أنسه بعد، سمعتُ رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول : إن أول الآيات خروجًا طلوعُ الشمس من
مغربها
“Aku menghapal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebuah
hadits yang aku tidak lupa setelahnya. Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :‘Sesungguhnya tanda-tanda
(besar hari kiamat) pertama yang akan muncul adalah terbitnya matahari
dari arah barat”.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ
عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ " أَوَّلُ الآيَاتِ خُرُوجًا
طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ
ضُحًى " . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَأَيَّتُهُمَا مَا خَرَجَتْ قَبْلَ
الأُخْرَى فَالأُخْرَى مِنْهَا قَرِيبٌ . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَلاَ
أَظُنُّهَا إِلاَّ طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا .
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah menceritakan
kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Hayyan
At Taimi dari Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir dari Abdullah bin 'Amru dia
berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tanda-tanda
yang pertama kali keluar adalah terbitnya matahari dari barat,
keluarnya binatang melata kepada manusia pada waktu pagi." Abdullah
berkata, "Tidaklah salah satu dari keduanya muncul lebih awal kecuali
yang lain akan menyusul keluar secepatnya." Berkata Abdullah, "Aku tidak
mengira kecuali terbitnya matahari dari barat." HR Ibnu Majah
Dan diriwayatkan dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, bahwasanya pada suatu
hari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟ قَالُوا: اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ
إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، فَلاَ
تَزَالُ كَذَلِكَ، حَتَّى يُقَالُ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ
جِئْتِ، فَتْرجِعُ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجِيءُ
حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ
سَـاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّـى يُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ،
اِرْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ، فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ
مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُ النَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا،
حَتَّـى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ الْعَرْشِِ،
فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، أَصْبَحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ
فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ :
أَتَدْرُونَ مَتَى ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا
إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي
إِيْمَانِهَا خيْرًا.
“Tahukah kalian ke mana perginya matahari (saat itu)?” Para Sahabat
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya matahari ini berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya
di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian
hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama
kali datang.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari
tempat terbitnya, kemudian dia berjalan hingga sampai ke tempat
menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa
demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu
pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang waktu pagi dan terbit
dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan lagi sementara manusia
tidak mengingkarinya sedikit pun hingga dia kembali ke tempat menetapnya
di bawah ‘Arsy, hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Terbitlah dari
tempamu terbenam.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit
dari tempat terbenamnya.’” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Apakah kalian tahu kapan itu terjadi? Hal itu terjadi
ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum
itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”
Shahih Muslim, Kitaabul-Fitan, Baab Bayaaniz-Zamani Alladzii Laa Yuqbalu
fiihil-Iimaan (2/195-196 – bersama Syarh An-Nawawiy). Diriwayatkan juga
oleh Al-Bukhari secara ringkas dalam Shahih-nya, Kitaabut-Tafsiir, Baab
: Wasy-Syamsu tajrii li-mustaqarril-lahaa (8/541 – bersama Al-Fath),
dan Kitaabut-Tauhiid, Baab Wa Kaana ‘Arsyuhu ‘alal-Maa’, Wahuwa
Rabbul-‘Arsyil-‘Adhiim (13/404 – bersama Al-Fath).
Dari hadits diatas dikatakan bahwa :“Sesungguhnya matahari terus
berjalan hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu
tunduk bersujud (kepada Allah)”. Maka terus-menerus ia melakukan hal itu
hingga dikatakan kepadanya : ‘Bangkitlah, dan kembalilah dari tempat
kamu datang (yaitu arah timur)”. kata2 ini bermaksud untuk mengungkapkan
bahwa matahari atau syam yg diklaim kaum muslimin ada diarah tempat
terbitnya (timur) seiring perkembangan zaman, negeri syam diperumpamakan
berjalan seperti berjalannya matahari seiring perkembangan zaman.
Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah keluarnya api yang sangat besar,
ia adalah tanda terakhir dari tanda-tanda besar Kiamat, dan sebagai
tanda per-tama yang mengisyaratkan tegaknya Kiamat.
1. Tempat Keluarnya
Banyak riwayat yang menunjukkan bahwa api tersebut akan keluar dari Yaman, yaitu dari jurang ‘Adn.
Berikut ini kami sebutkan beberapa hadits yang menjelaskan tempat keluarnya api ini, sekaligus sebagai dalil atas kemunculannya.
(a). Dijelaskan dalam hadits Hudzaifah bin Asid Radhiyallahu anhu ketika
menyebutkan tanda-tanda (besar) Kiamat, di dalamnya ada sabda beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَْخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ، تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ.
“Dan yang terakhirnya adalah api yang keluar dari Yaman, menggiring manusia ke tempat mereka berkumpul.” [HR. Muslim]
(b). Dalam riwayat beliau pula, dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu :
وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قُعْرَةِ عَدْنٍ تُرَحِّلُ النَّاسَ.
“Dan api yang keluar dari jurang ‘Adn yang menggiring manusia.”
(c). Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Akan keluar api dari Hadramaut atau laut Hadramaut
sebelum hari Kiamat yang akan menggiring manusia.’”
(d). Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu
anhu bahwa ‘Abdullah bin Salam ketika masuk Islam bertanya kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang beberapa masalah, di antaranya:
“Apakah tanda pertama datangnya Kiamat?” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Adapun tanda Kiamat yang pertama adalah api yang
mengumpulkan manusia dari timur ke barat.”
Cara menggabungkan antara riwayat yang menjelaskan bahwa api ini adalah
tanda besar Kiamat yang terakhir dan riwayat yang menjelaskan bahwa ia
adalah tanda Kiamat yang paling pertama ialah bahwa dikatakan terakhir
dilihat dari tanda-tanda lain yang disebutkan bersamanya di dalam hadits
Hudzaifah, dan dikatakan yang pertama karena ia adalah tanda Kiamat
pertama mengingat tidak ada lagi kehidupan dunia setelahnya, bahkan
dengan berakhir-nya tanda Kiamat ini terjadilah peniupan sangkakala,
berbeda dengan tanda-tanda Kiamat lainnya yang disebutkan dalam hadits
Hudzaifah, di mana setelah tanda-tanda Kiamat tersebut masih ada urusan
dunia.
Adapun riwayat yang menjelaskan bahwa api tersebut keluar dari Yaman,
dan di dalam sebagian riwayat lain api tersebut menggiring manusia dari
timur ke barat, maka hal itu dapat dijawab dengan beberapa jawaban:
Pertama: Mungkin saja menggabungkan di antara riwayat ini, yaitu api
tersebut keluar dari jurang ‘Adn sama sekali tidak bertentangan dengan
pengumpulan manusia dari timur sampai barat. Hal itu karena pemulaan
keluarnya dari lembah ‘Adn, lalu jika api tersebut telah keluar maka
akan menyebar ke seluruh bagian bumi, dan yang dimaksud dengan
menggiring manusia dari timur sampai barat adalah pengumpulan yang
bersifat menyeluruh, tidak khusus di bagian timur dan barat saja.
Kedua: Bahwa ketika api itu menyebar, maka untuk pertama kalinya ia akan
mengumpulkan penduduk bumi yang berada di bagian timur. Hal itu
diperkuat oleh kenyataan bahwa permulaan fitnah selalu datang dari arah
timur. Adapun menjadikan kesudahan penyebarannya di barat karena Syam
berada di bagian barat apabila dikaitkan dengan daerah yang berada di
bagian timur.
Ketiga: Kemungkinan api yang diungkapkan dalam hadits Anas hanya
merupakan kiasan atas fitnah yang menyebar serta menimbulkan banyak
kejelekan dan menyala-nyala bagaikan nyala api. Fitnah tersebut
permulaannya dari timur hingga membinasakan sebagian besar penduduknya.
Manusia ber-kumpul dari arah timur sampai ke Syam dan Mesir, dan
keduanya berada di arah barat, sebagaimana hal itu disaksikan beberapa
kali dari zaman Jingis Khan dan yang setelahnya.
Adapun api yang diungkapkan dalam kedua hadits Hudzaifah bin Asid dan
Ibnu ‘Umar, maka sesungguhnya api itu adalah api yang sebenarnya (yang
akan keluar), wallahu a’lam.
2. Cara Api Tersebut Mengumpulkan Manusia
Ketika api yang besar tersebut muncul dari Yaman, maka ia akan menyebar
di bumi dan akan menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan, dan
orang-orang yang digiring itu terbagi menjadi tiga kelompok:
a. Kelompok yang penuh suka cita, mereka makan, mengenakan pakaian, dan menaiki kendaraan.
b. Kelompok yang terkadang berjalan dan dan terkadang menaiki kendaraan,
mereka semua saling bergantian dengan satu unta, sebagaimana akan
dijelaskan di dalam hadits, “Dua orang di atas unta, dan tiga orang di
atas unta…” sampai beliau bersabda, “Dan sepuluh orang di atas kendaraan
saling bergantian.” Hal itu terjadi karena sedikitnya kendaraan ketika
itu.
c. Kelompok yang digiring oleh api, mereka digiring api dari belakang
dan dari segala penjuru ke tempat mereka dikumpulkan, barangsiapa
terlambat, maka ia akan dimakan oleh api.
Di antara hadits-hadits yang menjelaskan cara api ini menggiring manusia adalah:
Pertama: Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى ثَلاَثٍ: طَرَائِقَ رَاغِبِيْنَ وَرَاهِبِيْنَ،
وَاثْنَانِ عَلَى بَعِيْرٍ، وَثَلاَثَةٌ عَلَـى بَعِيْرٍ، وَأَرْبَعَةٌ
عَلَى بَعِيْرٍ، وَعَشْرَةٌ عَلَى بَعِيْرٍ، وَيَحْشُرُ بَقِيَّتُهُمُ
النَّـارُ، تَقِيْلُ مَعَهُـمْ حَيْثُ قَالُوا، وَتَبِيْتُ مَعَهُمْ حَيْثُ
بَاتُوْا، وَتُصْبِحُ مَعَهُمْ حَيْثُ أَصْبَحُوْا، وَتَمْسِي مَعَهُمْ
حَيْثُ أَمْسَوا.
“Manusia itu dikumpulkan menjadi tiga kelompok: kelompok orang yang
bersuka ria, kelompok yang merasa takut, dan kelompok di mana dua orang
di atas unta, tiga orang di atas unta, empat orang di atas unta, dan
sepuluh orang di atas unta, dan selebihnya digiring oleh api, api ini
akan selalu bersama mereka di saat mereka istirahat, di saat mereka
bermalam, di waktu pagi, dan di waktu sore hari.” [Shahiih al-Bukhari,
kitab ar-Riqaaq, bab al-Hasyr (XI/377, al-Fat-h, no. 6522), dan Shahiih
Muslim, kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imihaa, bab Fanaa-ud Dun-yaa wa
Bayaanul Hasyri Yaumal Qiyaamah (XVII/194-195, Syarh an-Nawawi).].
Kedua: Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, beliau
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُبْعَثُ نَارٌ عَلَـى أَهْلِ الْمَشْرِقِ فَتَحْشُرُهُمْ إِلَى
الْمَغْرِبِ تَبِيْتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَـاتُوا وَتَقِيْلُ مَعَهُمْ حَيْثُ
قَالُوا وَيَكُوْنُ لَهَا مَـا سَقَطَ مِنْهُمْ وَتَخْلِفُ تَسُوْقُهُمْ
سَوْقَ الْجَمَلِ الْكَسِيْرِ.
‘Akan dikeluarkan api pada penduduk yang ada di timur, lalu api tersebut
menggiring mereka ke barat, ia akan selalu bersama mereka saat mereka
bermalam, saat mereka beristirahat, apa saja yang jatuh dan tertinggal
dari mereka menjadi miliknya (dimakannya), ia berada di belakang dan
menggiring mereka bagaikan digiringnya unta yang patah kakinya.’” [HR.
Ath-Thabrani dalam al-Kabiir dan al-Ausath dengan perawinya yang tsiqat.
Majma-uz Zawaa-id (VIII/12).Dan diriwayatkan oleh al-Hakim dalam
al-Mustadrak (IV/548), beliau berkata, “Hadits ini shahih, akan tetapi
keduanya tidak meriwayatkannya,” adz-Dzahabi menyepakati
keshahihannya.]
Ketiga: Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Asid Radhiyallahu anhu, beliau
berkata, “Abu Dzarr Radhiyallahu anhu berdiri, lalu beliau berkata:
يَا بَنِيْ غِفَارٍ! قُوْلُوْا وَلاَ تَخْتَلِفُوْا، فَإِنَّ الصَّادِقَ
الْمَصْدُوْقَ حَدَّثَنِيْ أَنَّ النَّاسَ يُحْشَرُوْنَ عَلَـى ثَلاَثَةِ
أَفْوَاجٍ، فَوْجٌ رَاكِبِيْنَ طَاعِمِيْنَ كَاسِيْنَ، وَفَوْجٌ يَمْشُوْنَ
وَيَسْعَوْنَ، وَفَوْجٌ تَسْحَبُهُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى وُجُوْهِهِمْ
وَتَحْشُرُهُمْ إِلَى النَّارِ فَقَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ: هَذَانِ قَدْ
عَرَفْنَاهُمَا، فَمَا بَالُ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ وَيَسْعَوْنَ؟ قَالَ:
يُلْقِـي اللهُ اْلآفَةَ عَلَى الظَّهْرِ حَتَّى لاَ يَبْقَى ظَهْرٌ،
حَتَّـى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكُوْنُ لَهُ الْحَدِيْقَةُ الْمُعْجِبَةُ
فَيُعْطِيْهَا بِالشَّارِفِ ذَاتَ الْقَتَبِ، فَلاَ يَقْدِرُ عَلَيْهَا.
“Wahai Bani Ghifar! Bersatulah dan janganlah kalian berselisih, karena
ash-Shaadiqul Mashduuq Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda
kepadaku, ‘Sesungguhnya manusia akan dikumpulkan dalam tiga kelompok:
satu kelompok yang mengenakan pakaian, diberi makan, dan berkendaraan,
satu kelompok yang berjalan dan berlari, dan satu kelompok (lain) yang
wajah-wajah mereka diseret oleh para Malaikat dan digiring menuju api,’
lalu seseorang dari mereka berkata, ‘Dua kelompok ini sudah kami
ketahui, maka bagaimana keadaan orang yang berjalan dan berlari?’ Beliau
menjawab, ‘Allah mengirimkan penyakit (yang mematikan) pada binatang
tunggangan mereka hingga tidak ada yang tersisa, bahkan seseorang
memiliki kebun yang sangat bagus akan ditukarnya dengan unta betina
gemuk yang memiliki pelana, akan tetapi orang tersebut tidak bisa
melakukannya (me-milikinya).” [Musnad Imam Ahmad (V/164-165, dengan
catatan pinggir Muntakhab Kanzul ‘Ummal), Sunan an-Nasa-i, kitab
al-Janaa-iz, bab al-Ba’tsu (IV/116-117), Mustadrak al-Hakim (IV/564),
al-Hakim berkata, “Sanad hadits ini shahih kepada al-Walid bin Jami’,
akan tetapi keduanya (al-Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.”]
Tepatnya di Kota Damaskus, Wilayah Syam
Setelah keluarnya Dajjal dan terjadinya kerusakan di muka bumi, maka Allah mengutus Nabi ‘Isa Alaihissallam untuk turun ke bumi.
Beliau Alaihissallam turun di Menara Putih yang terletak sebelah timur
kota Damaskus di Syam (Syiria). Beliau Alaihissallam menggunakan dua
pakaian yang dicelup sambil meletakkan kedua tangannya pada sayap dua
Malaikat, apabila beliau menundukkan kepala, maka (seolah-olah)
meneteskan air, apabila beliau mengangkat kepala maka (seolah-olah)
berjatuhanlah tetesan-tetesan itu bagai manik-manik mutiara. Dan tidak
seorang kafir pun yang mencium nafasnya melainkan akan mati padahal
nafasnya sejauh mata memandang. Beliau turun di tengah golongan yang
dimenangkan (ath-Thaa-ifatul Manshuurah) yang berperang di jalan haq dan
berkumpul untuk memerangi Dajjal. Beliau turun pada waktu didirikannya
shalat Shubuh dan shalat di belakang pemimpin golongan tersebut. Beliau
tidak membawa syari’at baru namun mengikuti syari’at yang dibawa oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam di akhir zaman tercantum di dalam
Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, bahkan riwayat-riwayatnya
mutawatir. Diriwayatkan lebih dari 25 Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
وإن عيسى نازل فإذا رأيتموه فاعرفوه رجل مربوع على الحمرة والبياض ينزل بين ممصرتين كأن رأسه يقطر وإن لم يصبه بلل))
“Nabi Isa alaihis salam akan turun berdekatan dengan menara putih di
timur Damsyik, dengan memakai pakaian kuning. Dua telapak tangannya
terletak di atas sayap dua malaikat. Apabila dia menundukkan kepalanya
menitislah air. Apabila dia mengangkat kepalanya lagi, turunlah
daripadanya seperti untaian mutiara.” (Shahih, HR Muslim)
Dalil dari Al-Qur-an al-Karim:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ
فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۖ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikanmu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang
yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat.
Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu
tentang hal-hal yang selalu kamu ber-selisih padanya.’” [Ali ‘Imran:
55]
Hadits yang Berbicara Tentang Turunnya Isa bin Maryam
Sebagaimana dijelaskan hadits yang membicarakan mengenai turunnya Nabi
Isa di akhir zaman adalah hadits yang mutawatir (mutawatir makna) yaitu
terdiri dari banyak hadits dan membicarakan satu maksud yaitu bahwa Nabi
Isa akan turun menjelang hari kiamat.
Di antara bukti dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu dari Abu Hurairah, beliau bersabda,
« وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابْنُ
مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً ، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ ، وَيَقْتُلَ
الْخِنْزِيرَ ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ ، وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ
يَقْبَلَهُ أَحَدٌ ، حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ
الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا
إِنْ شِئْتُمْ ( وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ
قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا )
“Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya. Sebentar lagi Isa bin Maryam
akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil. Beliau akan
menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (upeti), harta
semakin banyak dan semakin berkah sampai seseorang tidak ada yang
menerima harta itu lagi (sebagai sedekah, pen), dan sujud seseorang
lebih disukai daripada dunia dan seisinya.” Abu Hurairah lalu
mengatakan, “Bacalah jika kalian suka:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya
(Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi
saksi terhadap mereka.” (QS. An Nisa’: 159)” (Shahih, HR. Al-Bukhari
no. 3264, 3/1272. Bab 50 Nuzul Isa bin Maryam ‘alaihissalam; Muslim no.
155, 1/135 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina
Muhammad. Ini adalah lafadz Al-Bukhari).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ بْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
“Bagaimana kalian bila turun putra Maryam di tengah-tengah kalian dan
imamnya dari kalian.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab 49
Nuzul Isa ibn Maryam no. 3449; Muslim Kitabul Iman 1/135 no. 390, Bab 71
Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad cet. Darul
Ma’rifah)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ
ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا.
فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ
اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang
memperjuangkan kebenaran dan meraih kemenangan hingga hari kiamat.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan,
“Kemudian Isa bin Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka
tadi mengatakan pada Isa, “Jadilah imam shalat bersama kami.” “Tidak.
Sesungguhnya di antara kalian sudah menjadi pemimpin bagi yang lain.
Allah betul-betul telah memuliakan umat ini”, jawab Isa.” (Shahih, HR.
Muslim, 2/368 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina
Muhammad; Ibnu Hibban, no. 6819, 15/231, Bab Al-Bayan bi Anna Imama
Hadzihil Ummah ‘inda Nuzul ‘Isa bin Maryam Yakunu minhum duna an yakuna
‘Isa Imamahm fi Dzalika Az-Zaman).
Kematian Dajjal terjadi di Syam
ٍNabi Isa turun di saat kaum muslimin akan memerangi Dajjal di saat shalat Shubuh.
Dari Abu Umamah Al Bahili, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِمَامُهُمْ رَجُلٌ صَالِحٌ فَبَيْنَمَا إِمَامُهُمْ قَدْ تَقَدَّمَ
يُصَلِّى بِهِمُ الصُّبْحَ إِذْ نَزَلَ عَلَيْهِمْ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
الصُّبْحَ فَرَجَعَ ذَلِكَ الإِمَامُ يَنْكُصُ يَمْشِى الْقَهْقَرَى
لِيَتَقَدَّمَ عِيسَى يُصَلِّى بِالنَّاسِ فَيَضَعُ عِيسَى يَدَهُ بَيْنَ
كَتِفَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ تَقَدَّمْ فَصَلِّ فَإِنَّهَا لَكَ
أُقِيمَتْ. فَيُصَلِّى بِهِمْ إِمَامُهُمْ فَإِذَا انْصَرَفَ قَالَ عِيسَى
عَلَيْهِ السَّلاَمُ افْتَحُوا الْبَابَ.
“Imam mereka adalah seorang laki-laki yang shalih. Ketika pemimpin
mereka hendak maju ke depan untuk mengimami dalam shalat subuh,
tiba-tiba turunlah Isa bin Maryam, maka mundurlah imam mereka ke
belakang supaya Isa maju untuk mengimami shalat. Isa lalu meletakkan
tangannya di antara dua bahunya (pemimpin mereka) sambil berkata,
‘Majulah engkau dan pimpinlah shalat, karena sesungguhnya ia ditegakkan
untuk kalian.’ Akhirnya pemimpin mereka pun mengimami mereka shalat, dan
ketika shalat telah usai, Isa berkata, ‘Bukalah pintu.’ (HR. Ibnu Majah
no. 4067. Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ Ash Shogir no. 13833
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ إِذْ
أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَأَمَّهُمْ
“Dan ketika mereka sedang mempersiapkan peperangan dan sedang merapikan
barisan, tiba-tiba datanglah waktu shalat, dan turunlah Nabi Isa bin
Maryam, lalu ia mengimami mereka.” (HR. Muslim no. 2897). Namun bukan
yang dimaksudkan dalam hadits ini bahwasanya Isa menjadi imam shalat.
Disebutkan dalam hadits lainnya, dari Jabir bin ‘Abdillah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ
ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا.
فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ
اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang
memperjuangkan kebenaran dan meraih kemenangan hingga hari kiamat.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Kemudia Isa bin Maryam
turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka tadi mengatakan pada
Isa, “Jadilah imam shalat bersama kami.” “Tidak. Sesungguhnya di antara
kalian sudah menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah
memuliakan umat ini”, jawab Isa.” (HR. Muslim no. 156)
Sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
يأتي المسيح الدجال من قبل المشرق وهمته المدينة حتى ينزل دائر أحد - يعني: قريباً من جبل أحد - ثم تصرف الملائكة وجهه قبل الشام }
“Al-Masih Dajjal akan datang dari arah timur, ia menuju Madinah, hingga
berada di balik Uhud, ia disambut oleh malaikat, maka malaikat
membelokkan arahnya ke Syam, di sana ia dibinasakan, di sana
dibinasakan.” (Shahih, HR. Imam Ahmad, di shahihkan oleh Ahmad Syakir,
Al-Arna'ut, dll)
Dalam hadits Shahih:
العرب هم يومئذ قليل وأكثرهم ببيت المقدس وإمامهم رجل صالح فبينما
إمامهم قد تقدم يصلي بهم الصبح إذ نزل عليهم عيسى بن مريم فيرجع
ذلك الإمام ينكص ليتقدم عيسى يصلي بالناس فيضع عيسى يده بين
كتفيه ثم يقول له : (تقدم فصل فإنها لك أقيمت) فيصلي بهم إمامهم وبعدها
يقول عيسى : (افتحوا الباب) فيفتح ووراءه الدجال، وليقوم بتتبع
الدجال الذي يفر منه ويذوب مثل الملح ما أن يراه، ويقول عيسى :
(إن لي فيك ضربة لن تسبقني بها) فيدركه عند (باب اللد الشرقي)
فيقتله
“Jumlah orang arab (kaum muslimin) pada waktu itu terlalu sedikit.
Mereka lari ke Baitul Maqdis (palestina, wilayah Syam) menjumpai Imam
mereka, seorang lelaki yang soleh -Imam Mahdi-.
“Ketika Imam mereka sudah berdiri di depan untuk mengimami solat Subuh,
tiba-tiba datang Nabi Isa. Imam mereka itu mundur untuk memberi peluang
kepada Nabi Isa untuk mengimami solat Subuh itu tetapi Isa a.s sambil
memegang bahu Imam itu berkata: “Teruskanlah, sesungguhnya iqamat
dibacakan untuk engkau.” Maka sembahyanglah mereka semua di belakang
Imam tadi.
“Selesai solat, Isa a.s berkata kepada semua jemaah: “Bukakan pintu
itu.” Mereka membuka pintu masjid itu, tiba-tiba Dajal sudah berdiri di
situ dan di belakangnya ada 70,000 Yahudi lengkap membawa senjata.
”Melihat Nabi Isa ada di dalam masjid itu,
Dajal tiba-tiba saja layu atau cair seperti cairnya garam disirami air.
Dajal itu lari terbirit-birit kerana ketakutan. Nabi Isa bersama kaum
Muslimin terus saja mengejarnya kemudian menjumpainya di Babu Luddi. Dan
di sanalah Nabi Isa membunuh Dajal itu. (Shahih, HR Ahmad, di
shahihkan oleh Syeikh Syu'aib Al-Arna'ut, dll)
Misi turunnya Isa bin Maryam
Sebagaimana nanti dijelaskan tersendiri bahwa di antara misi Nabi Isa
‘alaihis salam ketika turun di muka bumi adalah memusnahkan Ya’juj dan
Ma’juj. Beliau bersama sahabatnya akan memusnahkan Ya’juj dan Ma’juj,
kaum yang jumlahnya amat banyak dan terkenal amat rakus. Disebutkan
dalam hadits Nawwas bin Sam’an yang amat panjang, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ
فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ
بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ. وَيُحْصَرُ نَبِىُّ اللَّهُ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ
حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ
دِينَارٍ لأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهُمُ النَّغَفَ فِى رِقَابِهِمْ
فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِىُّ
اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِى الأَرْضِ
مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ
نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ فَيُرْسِلُ اللَّهُ
طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ
اللَّهُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ
وَلاَ وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ
يُقَالُ لِلأَرْضِ أَنْبِتِى ثَمَرَتَكِ وَرُدِّى بَرَكَتَكِ.
فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ وَيَسْتَظِلُّونَ
بِقِحْفِهَا وَيُبَارَكُ فِى الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ
الإِبِلِ لَتَكْفِى الْفِئَامَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ
لَتَكْفِى الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْغَنَمِ
لَتَكْفِى الْفَخِذَ مِنَ النَّاسِ فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ
اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ فَتَقْبِضُ
رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ
يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ
السَّاعَةُ ».
“Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj, ‘Dari segala penjuru mereka datang
dengan cepat.’ (Al Anbiyaa`: 96) Lalu yang terdepan melintasi danau
Thabari dan minum kemudian yang belakang melintasi, mereka berkata:
‘Tadi disini ada airnya.’ nabi Allah Isa dan para sahabatnya dikepung
hingga kepala kerbau milik salah seorang dari mereka lebih baik dari
seratus dinar milik salah seorang dari kalian saat ini, lalu nabi Allah
Isa dan para sahabatnya menginginkan Allah mengirimkan cacing di leher
mereka lalu mereka mati seperti matinya satu jiwa, lalu ‘Isa dan para
sahabatnya datang, tidak ada satu sejengkal tempat pun melainkan telah
dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk darah mereka. Lalu Isa dan para
sahabatnya berdoa kepada Allah lalu Allah mengirim burung seperti leher
unta. Burung itu membawa mereka dan melemparkan mereka seperti yang
dikehendaki Allah, lalu Allah mengirim hujan kepada mereka, tidak ada
rumah dari bulu atau rumah dari tanah yang menghalangi turunnya hujan,
hujan itu membasahi bumi hingga dan meninggalkan genangan dimana-mana.
Allah memberkahi kesuburannya hingga hingga sekelompok manusia cukup
dengan unta perahan, satu kabilah cukup dengan sapi perahan dan beberapa
kerabat mencukupkan diri dengan kambing perahan. Saat mereka seperti
itu, tiba-tiba Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut nyawa
setiap orang mu`min dan muslim di bawah ketiak mereka, dan orang-orang
yang tersisa adalah manusia-manusia buruk, mereka melakukan hubungan
badan secara tenang-terangan seperti keledai kawin. Maka atas mereka
itulah kiamat terjadi.” (HR. Muslim no. 2937)
Intinya, misi Isa bin Maryam ketika turun ke muka bumi sebagaimana diterangkan dalam berbagai hadits adalah:
(1) membunuh Dajjal,
(2) menghancurkan salib-salib,
(3) membunuh babi,
(4) menghapuskan jizyah atau upeti (cuma ada satu pilihan yaitu masuk Islam),
(5) menghancurkan agama selain Islam dan yang tersisa di muka bumi hanyalah Islam,
(6) memusnahkan Ya’juj dan Ma’juj, serta
(7) menjadi imam dan hakim yang adil dengan menegakkan syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar