بسم الله الرحمن الرحيم
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً
عَظِيماً”
أما بعد
Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah
Akhir zaman merupakan waktu di mana fitnah datang silih berganti bagai potongan malam yang gelap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ فِتَنٌ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
“Sebelum datang kiamat ada beberapa fitnah seperti potongan malam yang gelap.” (HR. Hakim, Shahihul Jaami’ no. 2855)
Oleh karena fitnah yang datang begitu banyak, maka dibutuhkan pegangan agar seseorang tidak terbawa arus fitnah tersebut.
Hikmah di Balik Adanya Fitnah (Cobaan)
Dengan adanya fitnah (cobaan), maka dapat diketahui orang-orang yang benar imannya dan orang-orang yang dusta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al ‘Ankabut: 3)
Pembagian Fitnah
Fitnah (cobaan) terbagi menjadi dua:1. Fitnah khusus
Fitnah khusus adalah fitnah, di mana masing-masing manusia akan diuji dengan keluarganya (isteri dan anak), hartanya (lih. Al Anfal: 28) dan tetangganya. Pada umumnya cobaan itu dapat melalaikan dan menjauhkan manusia dari beribadah kepada Allah dan melupakannya dari mencari bekal untuk akhirat. Terhadap fitnah ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُلْهِكُمْ
أَمْوَالُكُمْ وَلآأَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ
فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Wahai orang-orang beriman! Janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)
Fitnah ini disebut juga fitnah syahwat. Fitnah ini pernah menimpa Adam ‘alaihissalam
ketika ia tergoda memakan buah yang dilarang Allah, akhirnya ia
dikeluarkan dari surga, setelah itu Beliau bertaubat dan Allah pun
menerima taubatnya. Untuk menghadapi fitnah syahwat ini adalah dengan
bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat
dan istiqamah di atas agamanya.
2. Fitnah umum
Fitnah umum adalah fitnah yang berkaitan dengan agamanya, inilah fitnah syubhat. Fitnah ini pertama kali menimpa Iblis karena analogi rusak yang dijadikan argumentasi untuk menolak perintah Allah untuk sujud menghormati Adam. Dalam Alquran disebutkan:
قَالَ مَامَنَعَكَ أَلاَّتَسْجُدَ إِذْأَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاخَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
“Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku
menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al A’raaf: 12)
Fitnah syubhat ini bagi orang yang kurang dalam ilmunya terlihat
seakan-akan baik, bagus dan benar, padahal di balik itu ada bahaya yang
besar, dan bahaya tersebut umumnya hanya diketahui oleh orang-orang yang
dalam ilmu agamanya (ulama).
Fitnah ini juga muncul ketika Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu
terbunuh. Setelah itu, kaum muslimin berpecah belah, mereka dikuasai
oleh hawa nafsu, mengkafirkan satu sama lain, bahkan sampai terjadi
pembunuhan dan pertumpahan darah.
Untuk menghadapi fitnah syubhat ini adalah dengan yakin di atas
kebenaran dan teguh tidak mudah berubah oleh situasi dan kondisi; berbekal ilmu syar’i.
Nah, untuk fitnah yang kedua inilah Insya Allah akan dibahas lebih rinci bagaimana cara menghadapinya.
Kamu muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Berikut ini kami sampaikan hal-hal yang perlu disiapkan untuk menghadapi fitnah tersebut:
- Menjaga tauhid dan menjauhi syirk.
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirk), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam: 82)
- 2. Berpegang teguh dengan kitabullah dan sunah Rasul-Nya dengan pemahaman As Salafush Shaalih (generasi pertama Islam) dan bersatu di atasnya.
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ ، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا
حَتَّى يَرِداَ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara; kamu tidak akan tersesat
selama kamu berpegang kepada keduanya; kitab Allah dan sunahku, dan
keduanya tidak akan berpisah sampai mendatangi telagaku.” (Syaikh Al Albani dalam Manzilatus sunah berkata: “Isnadnya hasan.”)
Tentang keharusan memahami keduanya (Alquran dan sunah) dengan pemahaman As Salafush Shaalih, Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلَافًا شَدِيدًا
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ
الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ
وَالْأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Kalian akan melihat setelahku perselisihan yang dahsyat. Maka
kalian harus berpegang dengan sunahku dan sunah para khalifah yang lurus
dan mendapat petunjuk. Gigitlah sunah itu dengan geraham serta jauhilah
perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap bid’ah adalah
sesat.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Sabda Beliau “sunahku” adalah sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sabda Beliau “dan sunah para khalifah yang lurus…”adalah
sunahnya para sahabat, yakni manhaj/jalan yang mereka tempuh dalam
memahami agama, atau istilah lainnya “pemahaman mereka (para sahabat)”.
Inilah solusi agar kita tetap di atas hidayah/petunjuk ketika terjadi banyak perselisihan seperti di zaman sekarang.
Adapun tentang keharusan bersatu di atasnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, terlebih di zaman sekarang, ketika
musuh-musuh Islam saling bahu-membahu menjauhkan umat Islam dari
agamanya dan mengadakan kerusakan dengan berbagai sarana. Kondisi
seperti ini menghendaki kita bersatu di atas kitabullah dan sunah Rasulullah dengan pemahaman salaful ummah dan bahu-membahu membendung gelombang itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai kaum muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan
terjadi fitnah (kekacauan) di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfal: 73)
Persatuan ini pun tetap memperhatikan saling nasihat-menasihati
(yakni dengan beramr ma’ruf dan bernahi mungkar), tidak mendiamkan
kemungkaran yang terjadi.
- Tetap beribadah dan beramal shalih.
الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
“Beribadah pada saat terjadi kekacauan (banyak fitnah) seperti berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim)
- Beristighfar dan bertaubat serta banyak berdzikr.
فَلَوْلاَ إِذَاجَآءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati
mereka telah menjadi keras, dan setan pun menampakkan indah apa yang
selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’aam: 43)
Ali radhiallahu ‘anhu berkata: “Tidaklah turun bala’ (musibah) kecuali karena dosa, dan bala’ itu tidak diangkat kecuali dengan bertaubat.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ
الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ
الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ
عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار،
وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
Kemudian di antara solusi agar diri kita terhindar dari fitnah adalah
- Kembali mempelajari agama.
وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً فَلَوْلاَ
نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي
الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tampaknya kebodohan (terhadap agama).” (HR. Bukhari dan Muslim)
1. Mendekat kepada para ulama rabbani
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِى اْلأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ
“Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri).” (QS. An Nisaa’: 83)
Makna “Ulil Amri” di sini adalah ulama dan umara’. Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Kami ketika timbul kekhawatiran, pikiran kami kacau dan bumi
(yang luas) terasa sempit, kami mendatangi beliau (Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah), kami perhatikan dan dengarkan kata-katanya sehingga hilanglah
(syubhat) yang menimpa kami semuanya.”
2. Tetap bersama jamaah kaum muslimin dan imam mereka.
Hal ini berdasarkan hadits Hudzaifah yang panjang ketika Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan akan muncul banyak fitnah, lalu Hudzaifah bertanya tentang
bagaimana sikap yang harus dilakukannya. Maka Beliau bersabda:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ
تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى
يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Kamu tetap bersama jamaah kaum muslimin dan imam mereka.”
Hudzaifah bertanya, “Jika mereka tidak memiliki jamaah dan imam
(bagaimana)?” Beliau menjawab: “Jauhilah semua firqah (golongan) itu,
meskipun kamu harus menggigit akar pohon sampai maut menjemputmu dan
kamu berada di atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Berlemah lembut dan tidak tergesa-gesa dalam sesuatu agar dapat menyikapi masalah dengan bijak (hikmah).
4. Bersabar dan teguh di assunnah
Berpegang dengan sunah di zaman fitnah sungguh berat, ibarat memegang
bara api. Oleh karena itu, seseorang butuh bersabar. Untuk memperoleh
kesabaran di antara caranya adalah dengan mengkaji Alquran dengan
tafsirnya dan sunah dengan penjelasannya, memperhatikan akibat baik bagi
orang-orang yang bersabar, mempelajari kisah-kisah para nabi dan para
sahabat, menghadiri majlis-majlis ilmu, berkawan dengan orang-orang
shalih, mengingat surga dan neraka, mengingat bahwa hidup di dunia hanya
sementara, dsb.
5. Ingat, masa depan di tangan IslamAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.”
(terjemah An Nuur: 55)
Oleh karena itu, tetaplah mendalami Islam dengan benar, amalkanlah,
dakwahkanlah dan bersabarlah dalam berdakwah. Jika kita sudah
melakukannya, niscaya Allah akan memenangkan Islam sebagaimana Allah
telah memenangkan Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dahulu.
6. Berhati-hati terhadap nifak dan sarana yang mengarah kepadanya.
Al Hasan berkata, “Tidak ada yang takut terhadapnya (yakni
terhadap kemunafikan) kecuali orang mukmin dan tidak ada orang yang
merasa aman dari kemunafikan kecuali orang munafik.”
Di antara sarana (dalam bentuk amal) yang dapat mengarah kepada nifak
adalah khianat dalam amanat, berdusta dalam bicara, ingkar janji,
bertindak kasar ketika bertengkar, tidak mau mengerjakan shalat dengan
berjamaah, menunda-nunda hingga hampir habis waktuya, sangat berat
melakukan shalat; terutama shalat subuh dan isya, malas beribadah dsb.
7. Hati-hati jangan menyelisihi perintah Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut
akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An
Nuur: 63)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yakni hendaknya orang-orang yang menyalahi ajaran Rasul shallalllahu ‘alaihi wa sallam batin maupun zhahir merasa khawatir dan takut “tertimpa fitnah” yakni di hati mereka berupa kekufuran, kemunafikan atau bid’ah.”
Termasuk penyimpangan di hati.
8. Berlindung kepada Allah dari fitnah.
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Berlindunglah kepada Allah dari fitnah; yang nampak maupun yang tersembunyi.” (HR. Muslim)
9. Berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan hati.
Hati manusia semuanya berada di antara dua jari di antara jari-jari Allah, Dia mudah membalikkannya jika Dia menghendaki (HR. Ahmad dan Muslim). Oleh karena itu, Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam sering berdo’a dengan do’a berikut:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلىَ دِيْنِكَ
“
Wahai Allah yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku ini di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi dari Anas, lih. Shahihul Jami’ 7864)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى
وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ
زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ
وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا
أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar