Imam Mahdi as Dalam Al-Quran
Konsep Imam Mahdi as sebagai juru penyelamat adalah sebuah konsep yang sudah diterima oleh semua agama samawi, bahkan oleh semua umat manusia meskipun nama yang ditentukan untuk menyebutnya berbeda-beda. Kesepakatan konsep ini dapat kita bahas pada kesempatan yang lain.
Oleh karena itu, dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang ditafsirkan dengan keberadaan Imam Mahdi as sebagai seorang juru penyelamat. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Surah al-Qashash (28) : 5
“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”
Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.
Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah,
Imam Ali as berkata:
“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”
Ibnu Abil Hadid berkata:
“Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”
Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]
b. Surah an-Nûr (24) : 56
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”
Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:
Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.
Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.
Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.
Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.
Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata:
“Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2]
[1] Al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 63, bab ayat-ayat yang ditakwilkan dengan Imam Mahdi as.
[2] At-Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jilid 7, hal. 152.
Imam afs…dalam Zoroaster
Sushians, Sang Juru Penyelemat
Dalam buku-buku referensi agama Zoroaster terdapat pernyataan yang tak terhingga berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdi as. Mari kita perhatikan pernyataan-pernyataan tersebut di bawah ini:
a. Dalam kitab Zand, salah satu kitab suci agama Zoroaster, dalam pembahasan bahwa kejahatan akan lenyap dan orang-orang saleh akan mewarisi bumi setelah orang-orang lalim terbasmi, disebutkan demikian, “Laskar Ahriman (orang-orang lalim) akan selalu berperang melawan laskar-laskar Izadan (putra-putra tuhan langit), dan pada umumnya, laskar Ahriman selalu memenangkan peperangan itu. Akan tetapi, kemenangan mereka ini tidak sampai dapat membasmikan laskar Izadan. Hal itu dikarenakan pada saat sulit seperti itu, akan selalu datang pertolongan dari Ourmazd tuhan langit kepada Izadan, putra-putranya, dan peperangan mereka ini akan berlanjut selama 9 tahun. Setelah itu, kemenangan besar akan berpihak kepada Izadan dan mereka akan berhasil membasmi laskar Ahriman. Seluruh kekuasaan Ahriman berpusat di bumi dan mereka tidak memiliki jalan ke langit. Setelah kemenangan Izadan dan terbasminya Ahriman, seluruh alam semesta akan mencapai kebahagiaan aslinya dan Bani Adam akan duduk di atas singgasana kesejahteraan.”[1]
b. Di dalam Ghatha, salah satu bagian dari empat bagian kita suci Avesta (pasal 8 dan 9) terdapat beberapa berita gembira berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdi as dan kekuasaan beliau yang mendunia. Revolusi agung beliau ini akan terjadi di akhir zaman sesuai dengan janji-janji para nabi as. Dalam kitab tersebut disebutkan, “Ketika balasan orang-orang yang berdosa ini telah tiba, negaramu pada waktu itu wahai Muzda akan dipimpin oleh Bahman. Umat manusia (pada waktu itu) telah melupakan segala kebohongan. Kami berharap akan termasuk golongan mereka yang memulai kehidupan baru ini.”
c. Begitu juga, di dalam Gatha tersebut disebutkan berita gembira tentang kemunculan satu-satunya juru penyelamat umat manusia dalam sebuah pasal yang berjudul “Pagi Hari”. Bunyi berita gembira tersebut adalah “Wahai Muzda, kapankah pagi hari itu akan tiba dan kapankah agama yang sejati akan mendominasi dunia dengan membawa ajaran-ajaran para pembebas yang sangat logis? Siapakah orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan Bahman? Untuk memberitahukan hal ini, aku telah memilihmu wahai Ahura-muzda.”
Setelah menukil kedua berita gembira yang terdapat dalam Gatha tersebut, penulis buku “Besharat-e ‘Ahdain” berkomentar: “Dalam catatan kakinya, penerjemah kitab Gatha menafsirkan Bahman yang telah disebutkan dalam kedua kabar gembira sebagai delegasi Ahura-muzda yang sangat kuat, maha benar dan penuntut keadilan. Berdasarkan hal ini, penjelasan atas kedua cuplikan berita gembira tersebut adalah sebagai berikut:
Di akhir zaman sebelum terjadinya hari kebangkitan universal, orang-orang yang berdosa akan mendapatkan balasan duniawi atas segala perbuatan mereka melalui tangan seorang delegasi kekuatan mutlak, kebenaran, kekudusan dan keadilan Ilahi yang sangat kokoh. Pemerintahan yang penuh dengan kesejahterann ini hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang telah meninggalkan segala kebohongan dan melupakan segala tindak kejahatan.
Sungguh masa yang cemerlang itu adalah sebuah pagi hari yang pemerintahan Ilahiah yang benar mulai tumbuh dan agama yang benar ini, agama abadi umat akhir zaman akan mendominasi seluruh dunia. Sebuah agama yang telah memuat seluruh ajaran para nabi, dan satu-satunya delegasi kekuatan dan keadilan Ilahi tersebut akan menyebarkan dan merealisasikan seluruh ajaran salih dan terpuji para pemimpin umat manusia itu.
Jelas bahwa kedua frase tersebut membicarakan tentang kemunculan Imam Mahdi as, meskipun ia tidak menyebutkan nama beliau. Akan tetapi, pemerintahan universal dan keadilan yang mencakup seluruh dunia yang telah diprediksikannya adalah sebaik-baik pertanda atas (pemerintahan) figur agung Ilahi tersebut.” [2]
d. Jamasb memiliki sebuah sebuah buku yang terkenal bernama “Jamasb-nameh”. Buku ini memuat seluruh peristiwa dunia, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang. Kitab ini juga menjelaskan biografi para raja, nabi, washî dan para wali Allah. Ketika ia menukil sebuah ucapan Zoroaster tentang para nabi, ia menulis tentang Nabi Islam saw dan pemerintahan Imam Mahdi as yang abadi, serta Raj’ah sekelompok orang yang sudah meninggal dunia ke dunia ini demikian:
“Nabi bangsa Arab adalah seorang nabi terakhir yang muncul di antara pegunungan Mekah. Ia adalah seorang penunggang onta dan kaumnya adalah para penunggang onta. Ia makan bersama dengan para hambanya dan duduk sebagaimana layaknya para hamba. Ia tidak memiliki bayangan dan dapat melihat di belakang kepalanya sebagaimana melihat di depan wajahnya. Agamanya adalah agama yang paling mulia dan kitabnya akan membatalkan seluruh kitab-kitab yang lain. Pemerintahannya akan membasmikan seluruh pemerintahan kaum ‘Ajam. Ia akan membasmi seluruh agama Majusi dan kerajaan dan menghancurkan seluruh tempat api penyembahan. (Dengan demikian), masa pemerintahan Pishdadiyan, Kiyaniyan, Sasaniyan dan Ashkaniyan akan berakhir.”
Setelah itu, ia menulis berkenaan dengan Imam Mahdi as demikian: “Dari anak cucu putri Nabi itu yang dikenal dengan sebutan matahari dunia dan jujungan wanita semesta alam akan muncul satu orang yang akan menjadi seorang raja di dunia ini dengan ketentuan dari Yazdan. Ia adalah pengganti terakhir Nabi itu di dunia ini (Mekah) dan pemerintahannya akan bersambung kepada hari kiamat. Setelah kerajaannya usai, dunia akan berakhir, langit akan tergulung, bumi akan tenggelam ke dalam air, dan gunung-gunung akan sirna. Ia akan menangkap Ahriman yang menentang Yazdan dan selalu bermaksiat kepadanya, lalu ia akan menghukum dan membunuhnya.
Nama agamanya adalah sebuah hujah yang konklusif (qath’i)dan benar. Ia akan mengajak makhluk kepada Yazdan, dan akan menghidupkan makhluk, baik yang baik maupun yang jahat. Ia akan memberi pahala kepada orang-orang yang baik dan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang jahat. (Pada masanya), sangat banyak orang baik dan nabi yang akan hidup kembali, dan ia akan menghidupkan sebagian orang-orang yang jahat, para musuh tuhan dan para penentang. Ia akan menghidupkan sebagian raja-raja yang telah membuat fitnah-fitnah di dalam agama dan membunuh hamba-hamba Yazdan yang baik. Ia akan membunuh seluruh pengikut Ahriman dan orang-orang lalim.
Nama raja itu adalah Bahram.
Kemunculannya akan terjadi di akhir zaman ... Kemunculannya itu akan terjadi ketika kaum Mongol menang atas kaum Persia dan kota-kota Oman hancur karena ulah seorang raja dari ‘Ajam. Setelah itu, ia akan keluar, berperang dan membunuh Dajjal. Ia akan terus menjelajah hingga merebut Konstantinopel dan mengibarkan bendera iman dan Islam di sana. Tongkat merah Nabi Musa menyertainya dan cincin dan mahkota Sulaiman berada pada dirinya. Jin, manusia, hewan, bangsa burung dan hewan-hewan buas akan berada di bawah perintahnya ....
Ia akan menyatukan seluruh agama dunia sehingga agama Yahudi dan Zoroaster akan sirna. Seluruh nabi Allah, orang-orang bijak, putra-putri peri, hewan, bangsa burung, segala jenis binatang, awan, angin dan orang-orang yang bercahaya wajahnya akan berkhidmat kepadanya ....” [3]
Jamasb dikenal dengan julukan orang agung dan bijak dalam dunia sastra Persia dan Arab. Orang-orang Persia dan Arab juga menisbatkan beberapa prediksi kepadanya. Sepertinya, ia adalah seorang bijak yang ahli dalam ilmu perbintangan. Menurut pengakuan penulis buku “Habîb as-Sair”, “Ia adalah murid Lukman dan saudara Goshtasb. Ia memiliki kemahiran yang sempurna dalam ilmu perbintangan.”
Pengarang buku “Besharat-e ‘Ahdain” setelah menukil berita gembira dari buku Jamasb tersebut menulis tentang kehidupannya dalam catatan kakinya, “Para ahli sejarah menulis, ‘Jamasb, saudara Goshtasb bin Suhrab hidup setelah 4996 tahun Nabi Adam turun ke bumi. Selama beberapa waktu ia pernah belajar dari Zoroaster dan juga pernah menjadi murid Chankarmakhajeh, seorang ilmuan berkebangsaan India. Dalam “Jamasb-nameh”nya ia telah melakukan prediksi (tentang masa depan) sejak dari masa ia hidup hingga 5000 tahun mendatang. Kuburannya terletak di Khofrak, Persia.” [4]
e. Begitu juga dalam buku Jamasb berkenaan dengan pemerintahan makmur Imam Mahdi as, perdamaian yang mendominasi dunia binatang, terbasminya kelaliman dan kebejatan, kemanunggalan pemerintahan dunia, kesepakatan umat manusia untuk memeluk agama Islam, dan bahwa beliau akan mengikuti jalan Islam, agama kakek beliau disebutkan, “Salah seorang dari anak cucu Hasyim akan muncul dari negeri orang-orang ‘Ajam. Ia adalah seorang yang tegap. Ia akan mengikuti agama kakeknya. Ia akan menuju ke Iran dengan bala tentara yang sangat banyak dan menciptakan kemakmuran, serta memenuhi bumi ini dengan keadilan. Karena keadilannya srigala mau meminum dari dari satu air dengan kambing.
Jumlah penduduk dunia akan bertambah banyak dan usia akan bertambah panjang sehingga seseorang dapat memiliki lima puluh orang putra dan putri. Gunung dan padang rumput akan dipenuhi oleh manusia dan binatang layaknya kemeriahan sebuah sebuah pesta pernikahan.
Semua orang akan kembali kepada agama seorang penguji cinta (Muhammad) dan segala bentuk kejahatan akan sirna dari dunia ini sehingga setiap orang akan lupa bahwa ia harus memiliki persenjataan. Jika kuungkapkan segala kebaikan pada masa itu, niscaya kehidupan yang sedang kita jalani ini akan menjadi pahit.” [5]
f. Dalam buku “Bahman Yasht” telah disebutkan tentang kemunculan seorang figur luar biasa yang bernama Sushians (Juru Penyelamat Agung). Berkenaan dengan tanda-tanda kemunculannya ia berkata, “Tanda-tanda menakjubkan akan muncul di langit yang mengindikasikan kemunculan sang juru penyelamat dunia itu. Ia akan memerintahkan beberapa malaikat dari arah barat dan timur untuk menyampaikan pesannya ke seluruh penjuru dunia.”[6]
g. Ketika Goshtasb menanyakan tentang bagaimana Sushians akan muncul dan memimpin dunia, Jamasb Sang Bijak menjelaskan, “Sushians akan menyebarkan agama ke seluruh dunia dan membasmi kemiskinan. Ia akan menyelamatkan Izadan dari tangan Ahriman dan menjadikan seluruh umat manusia satu pemikiran, satu ucapan dan satu perilaku.” [7]
Perlu kami tekankan di sini bahwa keyakinan tentang kemunculan Sushians ini sudah mendarah daging di tengah-tengah masyarakat Persia kuno sehingga ketika mereka mengalami kekalahan perang dan pasang-surutnya kehidupan, mereka selalu menyelamatkan dirinya dari rasa keputusasaan dengan mengingat akan kemuculan seorang juru penyelamat yang kuat tersebut.
Saksi nyata atas realita ini adalah dalam peperangan Qadisiah, setelah Rustam Farrukh-zad, komandan pasukan terkenal itu meninggal dunia, Yazdgerd, raja terakhir dinasti Sasaniyan terpaksa harus melarikan diri bersama seluruh anggota keluarganya. Ketika ia sedang keluar dari istana Madain, sambil memandang balkon istananya yang megah ia berkata kepadanya, “Wahai balkon istanku, salam atasmu! Aku sekarang akan pergi dari sisimu hingga aku akan kembali lagi kepadamu bersama salah seorang putraku yang sekarang belum tiba kemunculannya.”
Sulaiman ad-Dailami bercerita, “Suatu hari aku bertamu kepada Imam ash-Shadiq as. Aku bertanya kepada beliau tentang maksud Yazgerd dari ucapannya “salah seorang putraku” tersebut. Beliau berkata,
‘Ia adalah Mahdi yang telah dijanjikan (kemunculannya) dan al-Qâ`im dari keluar Muhammad yang akan muncul di akhir zaman dengan perintah Allah. Ia adalah putraku yang keenam dan putra dari putri Yazdgerd. Dengan demikian, Yazdgerd adalah ayahnya juga.” [8]
Karena Shahzanan yang lebih dikenal dengan sebutan Syahrbanu—menurut riwayat yang terkenal—, ibunda Imam Sajjad adalah putri Yazdgerd, dapat dipahami bahwa ia adalah ayah Imam Mahdi as yang sejati.
[1] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 237.
[2] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 10-11, setelah mukadimah cetakan ke-2.
[3] Lama’ât an-Nûr, jilid 1, hal. 23-25.
[4] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 243.
[5] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 258, menukil dari buku Jamasb-nameh.
[6] Uu Khahad Amad, hal. 108.
[7] Ibid. menukil dari Jamasb-nameh, hal. 121-122.
[8] Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 164.
Konsep Imam Mahdi as sebagai juru penyelamat adalah sebuah konsep yang sudah diterima oleh semua agama samawi, bahkan oleh semua umat manusia meskipun nama yang ditentukan untuk menyebutnya berbeda-beda. Kesepakatan konsep ini dapat kita bahas pada kesempatan yang lain.
Oleh karena itu, dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang ditafsirkan dengan keberadaan Imam Mahdi as sebagai seorang juru penyelamat. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Surah al-Qashash (28) : 5
وَ نُرِيْدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِيْنَ
“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”
Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.
Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah,
Imam Ali as berkata:
لَتَعْطُفَنَّ الدُّنْيَا عَلَيْنَا بَعْدَ شِمَاسِهَا عَطْفَ الضَّرُوْسِ عَلَى وَلَدِهَا
“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”
Ibnu Abil Hadid berkata:
“Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”
Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]
b. Surah an-Nûr (24) : 56
وَعَدَ
اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ
لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”
Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:
Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.
Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.
Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.
Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.
Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata:
“Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2]
[1] Al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 63, bab ayat-ayat yang ditakwilkan dengan Imam Mahdi as.
[2] At-Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jilid 7, hal. 152.
Imam afs…dalam Zoroaster
Sushians, Sang Juru Penyelemat
Dalam buku-buku referensi agama Zoroaster terdapat pernyataan yang tak terhingga berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdi as. Mari kita perhatikan pernyataan-pernyataan tersebut di bawah ini:
a. Dalam kitab Zand, salah satu kitab suci agama Zoroaster, dalam pembahasan bahwa kejahatan akan lenyap dan orang-orang saleh akan mewarisi bumi setelah orang-orang lalim terbasmi, disebutkan demikian, “Laskar Ahriman (orang-orang lalim) akan selalu berperang melawan laskar-laskar Izadan (putra-putra tuhan langit), dan pada umumnya, laskar Ahriman selalu memenangkan peperangan itu. Akan tetapi, kemenangan mereka ini tidak sampai dapat membasmikan laskar Izadan. Hal itu dikarenakan pada saat sulit seperti itu, akan selalu datang pertolongan dari Ourmazd tuhan langit kepada Izadan, putra-putranya, dan peperangan mereka ini akan berlanjut selama 9 tahun. Setelah itu, kemenangan besar akan berpihak kepada Izadan dan mereka akan berhasil membasmi laskar Ahriman. Seluruh kekuasaan Ahriman berpusat di bumi dan mereka tidak memiliki jalan ke langit. Setelah kemenangan Izadan dan terbasminya Ahriman, seluruh alam semesta akan mencapai kebahagiaan aslinya dan Bani Adam akan duduk di atas singgasana kesejahteraan.”[1]
b. Di dalam Ghatha, salah satu bagian dari empat bagian kita suci Avesta (pasal 8 dan 9) terdapat beberapa berita gembira berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdi as dan kekuasaan beliau yang mendunia. Revolusi agung beliau ini akan terjadi di akhir zaman sesuai dengan janji-janji para nabi as. Dalam kitab tersebut disebutkan, “Ketika balasan orang-orang yang berdosa ini telah tiba, negaramu pada waktu itu wahai Muzda akan dipimpin oleh Bahman. Umat manusia (pada waktu itu) telah melupakan segala kebohongan. Kami berharap akan termasuk golongan mereka yang memulai kehidupan baru ini.”
c. Begitu juga, di dalam Gatha tersebut disebutkan berita gembira tentang kemunculan satu-satunya juru penyelamat umat manusia dalam sebuah pasal yang berjudul “Pagi Hari”. Bunyi berita gembira tersebut adalah “Wahai Muzda, kapankah pagi hari itu akan tiba dan kapankah agama yang sejati akan mendominasi dunia dengan membawa ajaran-ajaran para pembebas yang sangat logis? Siapakah orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan Bahman? Untuk memberitahukan hal ini, aku telah memilihmu wahai Ahura-muzda.”
Setelah menukil kedua berita gembira yang terdapat dalam Gatha tersebut, penulis buku “Besharat-e ‘Ahdain” berkomentar: “Dalam catatan kakinya, penerjemah kitab Gatha menafsirkan Bahman yang telah disebutkan dalam kedua kabar gembira sebagai delegasi Ahura-muzda yang sangat kuat, maha benar dan penuntut keadilan. Berdasarkan hal ini, penjelasan atas kedua cuplikan berita gembira tersebut adalah sebagai berikut:
Di akhir zaman sebelum terjadinya hari kebangkitan universal, orang-orang yang berdosa akan mendapatkan balasan duniawi atas segala perbuatan mereka melalui tangan seorang delegasi kekuatan mutlak, kebenaran, kekudusan dan keadilan Ilahi yang sangat kokoh. Pemerintahan yang penuh dengan kesejahterann ini hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang telah meninggalkan segala kebohongan dan melupakan segala tindak kejahatan.
Sungguh masa yang cemerlang itu adalah sebuah pagi hari yang pemerintahan Ilahiah yang benar mulai tumbuh dan agama yang benar ini, agama abadi umat akhir zaman akan mendominasi seluruh dunia. Sebuah agama yang telah memuat seluruh ajaran para nabi, dan satu-satunya delegasi kekuatan dan keadilan Ilahi tersebut akan menyebarkan dan merealisasikan seluruh ajaran salih dan terpuji para pemimpin umat manusia itu.
Jelas bahwa kedua frase tersebut membicarakan tentang kemunculan Imam Mahdi as, meskipun ia tidak menyebutkan nama beliau. Akan tetapi, pemerintahan universal dan keadilan yang mencakup seluruh dunia yang telah diprediksikannya adalah sebaik-baik pertanda atas (pemerintahan) figur agung Ilahi tersebut.” [2]
d. Jamasb memiliki sebuah sebuah buku yang terkenal bernama “Jamasb-nameh”. Buku ini memuat seluruh peristiwa dunia, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang. Kitab ini juga menjelaskan biografi para raja, nabi, washî dan para wali Allah. Ketika ia menukil sebuah ucapan Zoroaster tentang para nabi, ia menulis tentang Nabi Islam saw dan pemerintahan Imam Mahdi as yang abadi, serta Raj’ah sekelompok orang yang sudah meninggal dunia ke dunia ini demikian:
“Nabi bangsa Arab adalah seorang nabi terakhir yang muncul di antara pegunungan Mekah. Ia adalah seorang penunggang onta dan kaumnya adalah para penunggang onta. Ia makan bersama dengan para hambanya dan duduk sebagaimana layaknya para hamba. Ia tidak memiliki bayangan dan dapat melihat di belakang kepalanya sebagaimana melihat di depan wajahnya. Agamanya adalah agama yang paling mulia dan kitabnya akan membatalkan seluruh kitab-kitab yang lain. Pemerintahannya akan membasmikan seluruh pemerintahan kaum ‘Ajam. Ia akan membasmi seluruh agama Majusi dan kerajaan dan menghancurkan seluruh tempat api penyembahan. (Dengan demikian), masa pemerintahan Pishdadiyan, Kiyaniyan, Sasaniyan dan Ashkaniyan akan berakhir.”
Setelah itu, ia menulis berkenaan dengan Imam Mahdi as demikian: “Dari anak cucu putri Nabi itu yang dikenal dengan sebutan matahari dunia dan jujungan wanita semesta alam akan muncul satu orang yang akan menjadi seorang raja di dunia ini dengan ketentuan dari Yazdan. Ia adalah pengganti terakhir Nabi itu di dunia ini (Mekah) dan pemerintahannya akan bersambung kepada hari kiamat. Setelah kerajaannya usai, dunia akan berakhir, langit akan tergulung, bumi akan tenggelam ke dalam air, dan gunung-gunung akan sirna. Ia akan menangkap Ahriman yang menentang Yazdan dan selalu bermaksiat kepadanya, lalu ia akan menghukum dan membunuhnya.
Nama agamanya adalah sebuah hujah yang konklusif (qath’i)dan benar. Ia akan mengajak makhluk kepada Yazdan, dan akan menghidupkan makhluk, baik yang baik maupun yang jahat. Ia akan memberi pahala kepada orang-orang yang baik dan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang jahat. (Pada masanya), sangat banyak orang baik dan nabi yang akan hidup kembali, dan ia akan menghidupkan sebagian orang-orang yang jahat, para musuh tuhan dan para penentang. Ia akan menghidupkan sebagian raja-raja yang telah membuat fitnah-fitnah di dalam agama dan membunuh hamba-hamba Yazdan yang baik. Ia akan membunuh seluruh pengikut Ahriman dan orang-orang lalim.
Nama raja itu adalah Bahram.
Kemunculannya akan terjadi di akhir zaman ... Kemunculannya itu akan terjadi ketika kaum Mongol menang atas kaum Persia dan kota-kota Oman hancur karena ulah seorang raja dari ‘Ajam. Setelah itu, ia akan keluar, berperang dan membunuh Dajjal. Ia akan terus menjelajah hingga merebut Konstantinopel dan mengibarkan bendera iman dan Islam di sana. Tongkat merah Nabi Musa menyertainya dan cincin dan mahkota Sulaiman berada pada dirinya. Jin, manusia, hewan, bangsa burung dan hewan-hewan buas akan berada di bawah perintahnya ....
Ia akan menyatukan seluruh agama dunia sehingga agama Yahudi dan Zoroaster akan sirna. Seluruh nabi Allah, orang-orang bijak, putra-putri peri, hewan, bangsa burung, segala jenis binatang, awan, angin dan orang-orang yang bercahaya wajahnya akan berkhidmat kepadanya ....” [3]
Jamasb dikenal dengan julukan orang agung dan bijak dalam dunia sastra Persia dan Arab. Orang-orang Persia dan Arab juga menisbatkan beberapa prediksi kepadanya. Sepertinya, ia adalah seorang bijak yang ahli dalam ilmu perbintangan. Menurut pengakuan penulis buku “Habîb as-Sair”, “Ia adalah murid Lukman dan saudara Goshtasb. Ia memiliki kemahiran yang sempurna dalam ilmu perbintangan.”
Pengarang buku “Besharat-e ‘Ahdain” setelah menukil berita gembira dari buku Jamasb tersebut menulis tentang kehidupannya dalam catatan kakinya, “Para ahli sejarah menulis, ‘Jamasb, saudara Goshtasb bin Suhrab hidup setelah 4996 tahun Nabi Adam turun ke bumi. Selama beberapa waktu ia pernah belajar dari Zoroaster dan juga pernah menjadi murid Chankarmakhajeh, seorang ilmuan berkebangsaan India. Dalam “Jamasb-nameh”nya ia telah melakukan prediksi (tentang masa depan) sejak dari masa ia hidup hingga 5000 tahun mendatang. Kuburannya terletak di Khofrak, Persia.” [4]
e. Begitu juga dalam buku Jamasb berkenaan dengan pemerintahan makmur Imam Mahdi as, perdamaian yang mendominasi dunia binatang, terbasminya kelaliman dan kebejatan, kemanunggalan pemerintahan dunia, kesepakatan umat manusia untuk memeluk agama Islam, dan bahwa beliau akan mengikuti jalan Islam, agama kakek beliau disebutkan, “Salah seorang dari anak cucu Hasyim akan muncul dari negeri orang-orang ‘Ajam. Ia adalah seorang yang tegap. Ia akan mengikuti agama kakeknya. Ia akan menuju ke Iran dengan bala tentara yang sangat banyak dan menciptakan kemakmuran, serta memenuhi bumi ini dengan keadilan. Karena keadilannya srigala mau meminum dari dari satu air dengan kambing.
Jumlah penduduk dunia akan bertambah banyak dan usia akan bertambah panjang sehingga seseorang dapat memiliki lima puluh orang putra dan putri. Gunung dan padang rumput akan dipenuhi oleh manusia dan binatang layaknya kemeriahan sebuah sebuah pesta pernikahan.
Semua orang akan kembali kepada agama seorang penguji cinta (Muhammad) dan segala bentuk kejahatan akan sirna dari dunia ini sehingga setiap orang akan lupa bahwa ia harus memiliki persenjataan. Jika kuungkapkan segala kebaikan pada masa itu, niscaya kehidupan yang sedang kita jalani ini akan menjadi pahit.” [5]
f. Dalam buku “Bahman Yasht” telah disebutkan tentang kemunculan seorang figur luar biasa yang bernama Sushians (Juru Penyelamat Agung). Berkenaan dengan tanda-tanda kemunculannya ia berkata, “Tanda-tanda menakjubkan akan muncul di langit yang mengindikasikan kemunculan sang juru penyelamat dunia itu. Ia akan memerintahkan beberapa malaikat dari arah barat dan timur untuk menyampaikan pesannya ke seluruh penjuru dunia.”[6]
g. Ketika Goshtasb menanyakan tentang bagaimana Sushians akan muncul dan memimpin dunia, Jamasb Sang Bijak menjelaskan, “Sushians akan menyebarkan agama ke seluruh dunia dan membasmi kemiskinan. Ia akan menyelamatkan Izadan dari tangan Ahriman dan menjadikan seluruh umat manusia satu pemikiran, satu ucapan dan satu perilaku.” [7]
Perlu kami tekankan di sini bahwa keyakinan tentang kemunculan Sushians ini sudah mendarah daging di tengah-tengah masyarakat Persia kuno sehingga ketika mereka mengalami kekalahan perang dan pasang-surutnya kehidupan, mereka selalu menyelamatkan dirinya dari rasa keputusasaan dengan mengingat akan kemuculan seorang juru penyelamat yang kuat tersebut.
Saksi nyata atas realita ini adalah dalam peperangan Qadisiah, setelah Rustam Farrukh-zad, komandan pasukan terkenal itu meninggal dunia, Yazdgerd, raja terakhir dinasti Sasaniyan terpaksa harus melarikan diri bersama seluruh anggota keluarganya. Ketika ia sedang keluar dari istana Madain, sambil memandang balkon istananya yang megah ia berkata kepadanya, “Wahai balkon istanku, salam atasmu! Aku sekarang akan pergi dari sisimu hingga aku akan kembali lagi kepadamu bersama salah seorang putraku yang sekarang belum tiba kemunculannya.”
Sulaiman ad-Dailami bercerita, “Suatu hari aku bertamu kepada Imam ash-Shadiq as. Aku bertanya kepada beliau tentang maksud Yazgerd dari ucapannya “salah seorang putraku” tersebut. Beliau berkata,
‘Ia adalah Mahdi yang telah dijanjikan (kemunculannya) dan al-Qâ`im dari keluar Muhammad yang akan muncul di akhir zaman dengan perintah Allah. Ia adalah putraku yang keenam dan putra dari putri Yazdgerd. Dengan demikian, Yazdgerd adalah ayahnya juga.” [8]
Karena Shahzanan yang lebih dikenal dengan sebutan Syahrbanu—menurut riwayat yang terkenal—, ibunda Imam Sajjad adalah putri Yazdgerd, dapat dipahami bahwa ia adalah ayah Imam Mahdi as yang sejati.
[1] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 237.
[2] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 10-11, setelah mukadimah cetakan ke-2.
[3] Lama’ât an-Nûr, jilid 1, hal. 23-25.
[4] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 243.
[5] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 258, menukil dari buku Jamasb-nameh.
[6] Uu Khahad Amad, hal. 108.
[7] Ibid. menukil dari Jamasb-nameh, hal. 121-122.
[8] Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 164.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar