Danau
Thabariyyah atau Danau Tiberias (Ibrani) atau Danau Kinneret atau Danau
Gennesaret, terletak dekat Dataran Tinggi Golan dan Lembah Yordan.
Lokasinya tak jauh pertemuan lempeng Arabia dan Afrika, yang rawan
gempa. Danau Thabariyyah memiliki luas 166,7 kilometer persegi, dengan
kedalaman maksimum 43 meter. Danau ini merupakan ceruk yang rendah.
Posisinya 211 meter di bawah permukaan laut, dan merupakan danau air
tawar terendah di dunia.
Posisinya sedikit lebih tinggi dibanding Laut Mati. Laut Mati —yang
dalam al-Qur’an diistilahkan sebagai tempat terendah di bumi, tempat
pasukan Persia dikalahkan Romawi Byzantium— yang berada 427 meter di
bawah permukaan laut. Tak seperti Laut Mati yang berair asin, Danau
Thabariyyah berair tawar. Tak pelak, danau ini menjadi sumber air utama
di Israel. Air danau tersebut, sejak tahun 1964 silam, dikuras secara
ambisius oleh perusahaan nasional Israel, HaMovil HaArtzi, dan dialirkan
ke berbagai penjuru Israel, lewat pipa raksasa, kanal, terowongan,
hingga waduk buatan dan stasiun-stasiun pemompaan berskala besar.
Kini, setiap hari, rata-rata 1,7 juta meter kubik air dikuras dari
Danau Thabariyyah, atau sekitar 400 juta meter kubik per tahun.
Akibatnya, debit airnya terus menurun. Dan, penurunan diperkirakan bakal
terus terjadi karena konsumsi air terus naik akibat peningkatan
populasi, baik karena kelahiran, migrasi orang orang Yahudi dari
berbagai penjuru dunia menuju Israel, maupun kebutuhan in dustri dan
pertanian.
Sesekali memang terjadi peningkatan debit air di danau tersebut jika
iklim dan cuaca mendukung, seperti curah hujan yang tinggi dan musim
dingin. Namun, hingga kini kondisi permukaanya masih bertengger di garis
merah.
Harian terkemuka Israel, Haaretz, melaporkan bahwa dalam empat tahun
terakhir, terjadi kekurangan air yang parah di Israel, yang penurunannya
mencapai 90 persen. Sebuah persoalan serius bagi negara Zionis
tersebut.
Masih untung, curah hujan cukup tinggi dalam dua tahun terakhir,
sehingga debit air Danau Thabariyyah masih mengalami peningkatan. Pada
akhir 2013 lalu, permukaan Danau Thabariyyah naik setinggi 1,22 meter
dibanding tahun sebelumnya, demikian laporan Haaretz. Tapi, kondisi
tersebut masih tetap mengkhawatirkan. Maka, agar penurunan debit air
Danau Thabariyyah ke level yang berbahaya tidak terus terjadi, banyak
kalangan di Israel menyerukan untuk mengurangi pemompaan air dari sumber
sumber natural seperti Danau Thabariyyah dan air bawah tanah, dan mulai
beralih ke penyulingan air laut. Apalagi, air Danau Thabariyyah juga
berada dalam risiko menjadi asin oleh semburan mata air asin di bawah
danau.
Selain dari mata air bawah tanah, sumber air utama yang masuk ke
Danau Thabariyyah berasal dari Sungai Yordan yang mengalir dari utara ke
selatan. Pada 1964 silam, ketika Israel mulai menguras Danau
Thabariyyah dalam skala besar, negara-negara Arab yang marah oleh
pendudukan Palestina, juga membuat rencana terhadap danau itu.
Suriah –yang menjalankan rencana Liga Arab— membangun perusahaan yang
bertugas mengalihkan aliran air ke Danau Thabariyyah. Yaitu dengan
membelokkan aliran Sungai Hasbani dan Sungai Banis, ke arah Yarmuk.
Sehingga, air dari kedua sungai tersebut tak masuk ke Sungai Yordan,
yang bakal berlanjut ke Danau Thabariyyah.
Langkah Suriah tersebut, juga berbagai peristiwa lain, menjadi salah
satu pemicu Perang Enam Hari antara negaranegara Arab dengan Israel,
pada 1967 silam. Maka, untuk mengamankan sumber air tersebut, pada 1967
silam, Israel merebut Dataran Tinggi Golan.
bagus blognya,, gambarnya,, latarnya.. bahasanya menarik.. warna dan coraknya bagus,, izin share gan,, oia sekedar saran,, artikelnya kurang lengkap... tolong di lengkapin gan,, misalnya tentang salju di arab,, sungai di tengah gurun pasir,, dll
BalasHapus