Tanda-tanda Akhir Zaman

Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi dan merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq.Wallahu'alam Bish-shawab


Jumat, 21 Februari 2020

Banyaknya Wanita Berdagang Sebagai Tanda Kiamat


Orang yang sering membaca literatur hadits akan menjumpai bahwa Rasulullah saw tidaklah melewatkan satu pun kesempatan untuk menyelipkan kabar tentang tanda-tanda datangnya hari Kiamat. Ini adalah satu isyarat yang amat jelas bahwa dalam benak Rasulullah saw tidak pernah sedikitpun terkosongkan dari perihal tanda-tanda ini. Atau bisa jadi hal itu disebabkan wahyu masih dalam proses turun. Hal yang seperti ini tidak lain membuktikan bahwa masalah tanda-tanda hari Kiamat ini merupakan perkara yang agung.

Bagaimana mungkin hal ini bisa dianggap remeh sedangkan kejadiannya itu merupakan permulaan dari sebuah an-naba’ al-azhim? Bagaimana hal ini bisa dipandang remeh, padahal keempat penjuru mata angin turut mengiyakan betapa pentingnya mengetahui tanda-tanda yang dikabarkan oleh utusan langit?

Di antaranya adalah: pernah Rasulullah saw terbangun di tengah malam karena dikejutkan oleh peringatan (dalam mimpinya, penj) tentang sebuah bencana, yaitu mulai keroposnya tembok yang menghalangi Ya’juj dan Ma’juj. Tentunya, peristiwa terbangunnya Rasulullah saw ini merupakan dalil tersendiri yang menunjukkan betapa pentingnya urusan yang satu ini.

Kita juga menyimak perjalanan panjang yang ditempuh Rasulullah saw dalam perang Tabuk, yang dalam kesempatan tersebut beliau memanfaatkannya untuk menjelaskan tanda-tanda datangnya hari Kiamat. Di samping itu Rasulullah saw juga pernah memanggil para sahabat beliau agar melakukan shalat jamak kemudian mendengarkan khutbah beliau terkait peristiwa yang dialami oleh Tamim bin Aus Ad-Dari ra atas penampakkan Dajjal. Tentunya menjamak shalat tidak dilakukan kecuali ada hal-hal yang amat penting.

Bahkan sampai di saat wudhu pun beliau sempat menjabarkan tanda-tanda hari Kiamat kepada beberapa sahabatnya. Dan tentunya kita juga tidak melewatkan ketika Rasulullah saw menyampaikan Khutbah Ushama’ (Khutbah Haji Wada‘) yang di antara topiknya menyinggung tentang tanda-tanda hari Kiamat.

Moment-moment yang seperti ini dan masih banyak lagi moment-moment yang lain menjelaskan kepada kita betapa Rasulullah saw sangat menaruh perhatian besar terhadap tanda-tanda kedatangan hari Kiamat. Hal tersebut juga menunjukkan betapa pentingnya untuk mengetahui tanda-tanda hari Kiamat, padahal pada masa ini sering dilalaikan para ulama sehingga orang-orang yang sok alim berbicara semaunya sendiri tentang tema ini.

Di antara tanda-tanda Kiamat adalah banyaknya perdagangan, dan penyebarannya ditengah-tengah manusia, sehingga kaum wanita ikut bergabung di dalamnya bersama kaum pria.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Hakim dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ، وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ، حَتَّى تُشَارِكَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ.

“Menjelang tibanya hari Kiamat, salam hanya diucapkan kepada orang-orang tertentu, dan banyaknya perdagangan hingga seorang wanita membantu suaminya dalam berdagang.”[Musnad Ahmad (V/333, Syarah Ahmad Syakir), beliau berkata, “Sanadnya shahih” dan Mustadrak al-Hakim (IV/45-446).].

An-Nasa-i meriwayatkan dari ‘Amr bin Taghlib Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَفْشُوَ الْمَالُ وَيَكْثُرَ وَتَفْشُوَ التِّجَارَةُ.

‘Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah melimpah ruahnya harta dan banyaknya perdagangan.”[Sunan an-Nasa-i (VII/244, Syarh as-Suyuthi).
Hadits ini dari riwayat oleh al-Hasan dari ‘Amr bin Taghlib, sementara al-Hasan seorang mudallis, dan beliau meriwayatkannya secara ‘An’anah dalam hadits ini, akan tetapi beliau meriwayatkan dengan jelas dari ‘Amr bin Taghlib pada riwayat Imam Ahmad].

Hal ini telah terjadi, perdagangan menjadi banyak dan wanita ikut serta di dalamnya, sehingga banyak manusia yang terfitnah untuk mengumpulkan harta, bahkan berlomba-lomba mendapatkannya.

Akhir abad ke-20 merupakan masa-masa tumbuh dan gencarnya emansipasi. Dan pada abad ke-21 sungguh mengejutkan banyaknya pabrik-pabrik, kantor-kantor, pasar dan pusat perdagangan, dan lapangan pekerjaan lainnya, dipadati oleh komunitas perempuan.

Bahkan pekerjaan kasar yang sejatinya dilakukan oleh kaum laki-laki pun tak luput dari campur tangan perempuan. Sebagai contoh pekerjaan kuli pasar, pekerja bangunan, kernet bus, polisi, pekerja SPBU, polisi lalu lintas, pendorong gerobak, kini sudah banyak diisi oleh kaum perempuan.

Hadits di atas juga menggambarkan maraknya perdagangan di kalangan manusia. Tugas mencari nafkah yang sebenarnya dibebankan kepada kaum laki-laki, ternyata juga banyak dilakukan oleh kaum perempuan.

Hadits di atas juga bisa sebut sebagai peringatan dari nabi untuk berhati-hati dengan fenomena yang terjadi saat ini, di mana peran seorang perempuan sudah banyak berubah di akhir zaman. Mereka tidak lagi menahan diri mereka di rumah, yang memang itu lebih baik untuk mereka. Namun, justru keluar dari rumah mereka dan ikut meramaikan pasar-pasar dengan kehadiran mereka di tengah-tengah kaum laki-laki.

Dengan alasan persamaan gender dan emansipasi, banyak dari kaum perempuan yang menuntut agar mereka mendapatkan peran dan posisi yang setara dengan kaum laki-laki, jelas ini merupakan penyimpangan fitrah mereka sebagai perempuan.

Meningkatnya aktivitas bisnis sehingga muncul wanita-wanita karir dan pebisnis yang membantu suaminya mengelola perdagangan dan perusahaan. Manusia diuji dengan kesibukan mengumpulkan harta dan berkompetisi di dalamnya. Rasulullah SAW mengingatkan :

فَوَاللَّهِ لاَ الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ»

“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi yang aku khawatirkan adalah jika dunia dibukakan atas kalian, sebagaimana dibukakan atas orang-orang sebelum kalian. Maka kalian akan saling berkompetisi sebagaimana mereka berkompetisi dan kalian hancur sebagaimana mereka hancur”. [Shahiih al-Bukhari, kitab al-Jizyah wal Muwaada’ah bab al-Jizyah wal Muwaada’ah ma’a Ahlidz Dzimmah wal Harb (VI/257-258, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab az-Zuhd (XVIII/95, Syarh an-Nawawi).]

Kompetisi mengejar dunia akan berekses negatif pada melemahnya perhatian kepada agama dan berimbas kepada kehancuran umat dan pecahnya persatuan mereka sebagaimana realitas sejarah masa lalu dan inilah yang terjadi dewasa ini.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa beliau tidak takut terhadap kefakiran yang menimpa umat ini, akan tetapi beliau takut ketika dunia dibentangkan kepada mereka hingga terjadi perlombaan di antara mereka (untuk mendapatkannya). Dijelaskan dalam hadits bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَـى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ.

“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang lebih aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian jika dunia dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan (dunia) menghancurkan kalian sebagaimana (dunia) telah menghancurkan mereka.”  [Muttafaq ‘alaihi ]

Dalam riwayat Muslim:
وَتُلْهِيْكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ.

“Dan (dunia) melalaikan kalian sebagaimana telah melalaikan mereka.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ، أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ؟ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ: نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَـا اللهُ. قَالَ رَسُـولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ: تَتَنَافَسُونَ، ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ، ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ، ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ، أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ.

“Jika Persia dan Romawi ditaklukkan untuk kalian, kaum apakah kalian?” ‘Abdurrahman bin Auf berkata, “Kami akan mengucapkan (pujian) sebagaimana Allah memerintahkan kepada kami.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Atau selainnya: kalian akan berlomba-lomba, kemudian saling iri, kemudian saling memutuskan hubungan, kemudian saling membenci atau yang serupa dengannya.”[HR Muslim]

Berlomba-lomba meraup dunia dapat melemahkan agama seseorang, menghancurkan umat, dan dapat mencabik-cabik persatuan mereka, sebagaimana terjadi pada masa-masa yang telah lalu, juga terjadi pada masa-masa sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar